• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Jahiliah Modern Muhammad Qutb

Dalam dokumen Melawan Sistem Jahiliah (Halaman 32-36)

Muhammad Qutb bernama lengkap Muhammad Qutb Ibrahim Husein Syadzali. Ia adalah seorang pemikir Muslim dan penulis produktif. Ia lahir di Mesir pada 26 April 1919, dan wafat pada tanggal 4 April 2014 di Arab Saudi dalam usia 94 yahun.

55

Penafsiran Kata Jahiliah Menurut Sayyid Qutb Dalam Tafsir Fi Zhilal Al-Qur’an, hlm. 9-10.

56

Sayyid Qutb,Ma’alim fi al-Tariq(Kairo: Darusy Syuruq, 1979), hlm. 149-150

57

30

Konsep Jahiliah: Sejarah Pemikiran

Spesialisasi Muhammad Qutb adalah dalam bidang pemikiran dan pergerakan Islam.58

Sebagaimana Sayyid Qutb, Muhammad Qutb juga berpendapat bahwa jahiliah tidak terbatas hanya pada suatu masa dalam rentang waktu sejarah manusia, namun jahiliah adalah suatu subtansi tertentu yang memungkinkan untuk tampil dalam beberapa rupa dan bantuk sesuai dengan lingkungan, situasi kondisi, serta waktu dan tempat yang berbeda. Muhammad Qutb juga menilai bahwa jahiliah bukanlah lawan dari terma ilmu, pengetahuan, peradaban, kebudayaan, kemajuan materi, nilai-nilai intelektual, sosial, politik, serta kemanusiaan secara umum. Menurutnya, inti dari jahiliah yaitu suatu kondisi kejiwaan yang menolak untuk menjadikan syariat Allah sebagai pedoman hidup, dan membuat suatu aturan, adat, tradisi dan undang-undang yang menolak hukum Allah. Jadi lawan dari terma jahiliah yaitu mengenal Allah (ma rifatullah), menjadikan syariat Allah sebagai pedoman hidup, dan berhukum dengan hukum Allah59

Atas dasar di atas, Muhammad Qutb menyebut sejarah Eropa (Barat) dipenuhi sejarah jahiliah yang antar satu epsisode ke episode selanjutnya saling bersambung. Oleh karena Eropa lah yang sedang berada di depan pada masa ini, maka peradaban yang dihasilkankan juga dapat disebut dengan jahiliah modern.60

Dalam penilaian Muhammad Qutb, Jahiliah Yunani dan Romawi merupakan akar bagi 'peradaban' Eropa (Barat) Modern. Meski, menurutnya, mereka tentu saja tidak menamainya jahiliah, tetapi menyebut 'peradaban' sebagai ganti jahiliah.61

Dari peradaban Yunani-Romawi, Eropa mendapat atau mengambil semangat rasionalisme, sensualisme (paham keindahan inderawi manusia), paradigma

58

https://ar.wikipedia.org/wiki/%D9%85%D8%AD%D9%85%D8%AF_%D9%82%D8%B7%D 8%A8

59

Muhammad Qutb,Jahiliyyah al-Qarn al-’Isyrin, (Cet XII, Kairo: Darusy Syuruq, 1992), hlm. 6-7.

60

Ibid, hlm. 22.

61

31

Konsep Jahiliah: Sejarah Pemikiran

mitologis untuk menafsirkan problem-problem metafisis tentang tuhan, alam dan manusia (Qutb menyebutkan mitologi Prometheus sebagai contoh), juga watak imperialisme peradaban. Dari kekristenan sebagaimana terefleksi dalam sejarah Eropa abad pertengahan, jahiliah modern mendapat warisan etika-kekristenan. Peradaban Islam, walaupun banyak yang tidak mengakui, melalui perjumpaan intelektual ataupun perjumpaan politik, menyumbangkan aspek metode ilmiah bagi peradaban Barat.62

Menurut Muhammad Qutb, cara pandang jahiliah Eropa tersebut menyebabkan berbagai distorsi hampir dalam segala bidang penting, seperti dalam pola pikir atau persepsi (tashawwur), perilaku. Politik, ekonomi, etika (akhlak), interaksi antara lawan jenis, seni, dan sebagainya.63Kerusakan dalam pola persepsi tersebut seperti penyimpangan terkait esensi tentang ketuhanan (ilahiah), dan hubungan manusia dengan Allah; penyimpangan persepsi tentang alam semesta dan kaitannya dengan Allah, hubungan manusia dengan alam semesta, atau sebaliknya; penyimpangan terhadap persepsi kehidupan, hubungannya antara satu dengan lainnya, dan tujuan kehidupan; serta penyimpangan persepsi tentang jiwa manusia, hubungannya antara manusia satu dengan lainnya, baik berupa hubungan pribadi, kelompok, maupun antara lawan jenis.64

Sama dengan Al-Maududi dan Sayyid Qutb, dengan terjadinya berbagai kerusakan hampir dalam semua bidang penting kehidupan tersebut, Muhammad Qutb, kemudian menegaskan bahwa tidak jalan keluar bagi manusia dari sistem jahiliah tersebut kecauli dengan kembali kepada ajaran Islam. Islam lah satu-satu penawar untuk setiap jenis jahiliah di muka bumi ini, terkhusus bagi jahiliah modern.65

62

Budiman,Tafsir Imani Atas Realitas, Telaah Pemikiran Muhammad Qutb, di

https://refleksibudi.wordpress.com/2008/12/05/tafsir-imani-atas-realitas-telaah-pemikiran-muhammad-qutb/. Lihat juga Muhammad Qutb,Jahiliyyah al-Qarn al-’Isyrin, hlm. 23-41.

63

Lihat Muhammad Qutb,Jahiliyyah al-Qarn al-’Isyrin, 55-199.

64

Ibid, hlm. 55.

65

32

Kesimpulan

Kesimpulan

Meski secara etimologi jahiliah berarti bodoh dan merupakan antonim dari ilmu dan pengetahuan, tetapi jahiliah sebagai suatu worldview (cara pandang), konsep, karakter, dan suatu sistem tidaklah identik dengan kebodohan, tidak berilmu dan terbelakang. Pada zaman sebelum Nabi Muhammad diutus sebagai rasul, sudah ada tatanan nilai yang dianggap baik oleh masyarakat, tetapi tetap dianggap sebagai jahiliah ketika bertentangan dengan Islam atau tidak diakomodasi oleh Syariat. Sebagai contoh positif yang dihargai di dalam Islam adalah hilful fudhul dan ajaran memuliakan tamu.

Adapun tokoh pembesar Quraisy Abul Hakam di dalam Islam dianggap sebagai Abu Jahl (Bapak Kebodohan), meskipun sebelumnya dianggap sebagai Bapak Kebijaksanaan dan penasihat di Darun Nadwah (semacam lembaga perwakilan Quraisy), tetapi disifati dengan kejahiliahan ketika lebih berpegang dengan tatanan nilai lama dan menolak tatanan nilai Islam. Oleh sebab itu pula, disebutkan dalam hadits bahwa Rasulullah diutus untuk perbaikan akhlak (yang sudah ada).

Mengapa Rasul tetap menyempurnakan atau mengganti tatanan yang sudah ada? Karena setiap yang tidak sejalan dengan Islam berarti jahiliah. Dengan demikian, jahiliah dalam arti ini tidak terbatas hanya pada masa sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai nabi dan rasul, tetapi juga mungkin terjadi kapan pun dan di mana pun; termasuk pada era sekarang dan yang akan datang, karena tabiat pertarungan antara yang hak (Islam) dan yang batil berlangsung hingga akhir zaman.

Ibarat air dan minyak, Islam dan jahiliah tidak akan pernah bisa menyatu dan hidup rukun berdampingan. Islam tetaplah Islam; yang tidak boleh tercampur sedikit pun dengan kejahiliahan. Jahiliah tetaplah jahiliah meski ia diberi label keislaman apa pun yang dilekatkan padanya. Hanya ada satu penyelesaiannya, Islam yang menang dan jahiliah yang tunduk; atau sebaliknya.

33

Kesimpulan

Tidak ada penyelesaian yang setengah-setengah; setengah Islam dan setengah jahiliah. Pilihan yang ada hanyalah: Islam saja; atau jahiliah. Oleh sebab itu, agar bisa mengarungi kehidupan secara islami, seorang Muslim mau tidak mau dituntut untuk melawan sistem jahiliah yang senantiasa menghalangi kokoh dan kembalinya sistem Islam yang dijunjung tinggi olehnya.

Dalam dokumen Melawan Sistem Jahiliah (Halaman 32-36)

Dokumen terkait