• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep diri merupakan objek sosial penting yang didefenisikan dan dipahami berdasarkan waktu tertentu selama interaksi antara kita dengan orang-orang terdekat. Konsep diri anda tidak lebih dari rencana tindakan terhadap diri anda, identitas anda, ketertarikan, kebencian, tujuan, ideologi serta evaluasi diri anda. Konsep diri memberi acuan dalam menilai objek lain. Seluruh rencana tindakan ini berawal dari konsep diri. (Morisan M,A 2009,75)

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri boleh bersifat psikologis, sosial, dan fisis. Kita membayangkan munculnya pertanyaan- pertanyaan untuk diri kita sendiri seperti:

1. Bagaimana watak saya sebenarnya? Apa yang membuat saya bahagia atau sedih? Apa yang sangat mencemaskan saya?

2. Bagaimana orang lain memandang saya? Apakah mereka menghargai atau merendahkan saya? Apakah mereka membenci atau menyukai saya?

3. Bagaimana pandangan saya tentang penampilan saya? Apakah saya orang yang cantik atau jelek ? apakah tubuh saya kuat atau lemah?

Jawaban pada tiga pertanyaan yang pertama menunjukkan persepsi sosial tentang diri kita, dan jawaban pada tiga pertanyaan kedua persepsi sosial tentang diri kita, dan jawaban pada tiga pertanyaan terakhir yaitu persepsi fisis tentang diri kita. Konsep diri bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian kita tentang diri kita. Jadi, konsep diri meliputi apa yang kita pikirkan dan apa yang kita rasakan tentang diri kita. Anita Taylor et al mendefinisikan konsep diri sebagai “all you think and feel about you, the entire complex of beliefs and atitudes you hold about yourselft”,” semua yang anda pikirkan dan anda rasakan adalah seluruh kompleks dari keyakinan dan sikap anda pegang tentang diri anda”. (Rakhmat, 2005:100).

Terdapat dua komponen konsep diri yaitu komponen kognitif dan komponen afektif. Contoh komponen kognitif ialah “saya ini orang bodoh” dan komponen afektif berkata ,”saya senang diri saya bodoh, ini lebih baik bagi saya”. Ada juga contoh lain yang komponen kognitifnya sama seperti tadi tetapi komponen afektifnya berkata,”saya malu sekali karena saya menjadi orang bodoh.” Dalam psikologi sosial, komponen kognitif disebut citra-diri ( self image), dan komponen afektif disebut harga-diri (self esteem). (Rakhmat , 2005:100).

Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat dengan diri kita. Goerger Herbet Mead (1934) menyebut mereka significant others yaitu orang lain yang sangat penting. Ketika kita masih kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan W.J Humber (1966:105) menyebutnya affective others yaitu orang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional. Dari merekalah secara perlahan kita membentuk konsep diri kita. Senyuman, pujian, pengharapan pelukkan mereka, membuat kita menilai diri kita secara positif.

Sedangkan ejekan dan cemoohan membuat kita memandang diri kita secara negatif ( Rakhmat , 2005 :101-102). Pandangan diri kita tentang keseluruhan pandangan orang kain

terhadap kita disebut generalized others. Konsep ini juga berasal dari Goerge Herbet Mead yaitu memandang diri kita seperti orang lain memandangnya, berarti kita mencoba menempatkan diri kita sebagai orang lain. Contohnya, bila kita seorang ibu, bagaimana ibu memandang kita. Mengambil peran sebagai ibu, ayah atau sebagai generalized others disebut role taking. Role taking sangat penting dalam pembentukan konsep diri. (Rakhmat, 2005 : 103-104).

Konsep diri mempunyai dua dimensi yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal :

• Dimensi Internal

1. Diri identitas, yaitu label ataupun simbol yang dikenakan oleh seseorang untuk menjelaskan dirinya dan membentuk identitasnya. Label-label ini akan terus bertambah seiring dengan bertumbuh dan meluasnya kemampuan seseorang dalam segala bidang.

2. Diri pelaku, yaitu adanya keinginan pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan rangsang internal maupun eksternal. Konsekuensi perilaku tersebut akan berdampak pada lanjut tidaknya perilaku tersebut, sekaligus akan menetukan apakah suatu perilaku akan diabstraksikan, disimbolisasikan, dan digabungkan dalam diri identitas.

3. Diri penilai, yang lebih berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, penghayal, pembanding, dan terutama sebagai penilai. Disamping fungsinya sebagai jembatan yang menghubungkan kedua diri sebelumnya.

• Dimensi Eksternal (terkait dengan konsep diri positif dan konsep diri negatif) 1. Konsep diri fisik, yaitu cara seseorang dalam memandang dirinya dari sudut pandang

fisik, kesehatan, penampilan keluar, dan gerak motoriknya. Konsep diri seseorang dianggap positif apabila ia memiliki pandangan yang positif terhadap kondisi fisiknya, penampilannya, kondisi kesehatannya, kulitnya tampan atau cantiknya, serta

ukuran tubuh yang ideal. Dianggap sebagai konsep diri yang negatif apabila ia memandang rendah atau memandang sebelah mata kondisi yang melekat pada fisiknya, penampilannya, kondisi kesehatannya, kulitnya, tampan atau cantiknya, serta ukuran tubuh yang ideal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Moreno & Cervello (2005) membuktikan bahwa terdapat relevansi yang signifikan antara intensitas melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik dengan tinggi rendahnya konsep diri fisik individu. Semakin sering individu melakukan kegiatan-kegiatan fisik seperti olahraga dan bekerja maka akan semakin tinggi pula konsep diri fisiknya, demikaian pula sebaliknya.

2. Konsep Diri Pribadi, yaitu cara seseorang dalam menilai kemampuan yang ada pada diriya dan menggambarkan identitas dirinya. Konsep diri seseorang dapat dianggap positif apabila ia memandang dirinya sebagai pribadi yang penuh kebahagiaan, memiliki optimisme dalam menjali hidup, mampu mengontrol diri sendiri, dan sarat akan potensi. Dapat dianggap sebagai konsep diri yang negatif apabila ia memandang dirinya sebagai individu yang tidak pernah (jarang) merasakan kebahagiaan, pesimis dalam menjalani kehidupan, kurang memiliki kontrol terhadap dirinya sendiri, dan potensi diri yang tidak ditumbuhkembangkan secara optimal.

3. Konsep Diri Sosial, yaitu persepsi, pikiran, perasaan, dan evaluasi seseorang terhadap kecenderungan sosial yang ada pada dirinya sendiri, berkaitan dengan kapasitasnya dalam berhubungan dengan dunia di luar dirinya, perasaan mampu dan berharga dalam lingkup interaksi sosialnya. Konsep diri dapat dianggap positif apabila ia merasa sebagai pribadi yang hangat, penuh keramahan, memiliki minta terhadap orang lain, memiliki sikap empati, supel, merasa diperhatikan, memiliki sikap tenggang rasa, perduli akan nasib orang lain, dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial di lingkungannya. Dapat dianggap sebagai konsep diri yang negatif apabila ia merasa

tidak berminta dengan keberadaan orang lain, tidak (kurang) ramah, kurang perduli terhadap perasaan dan nasib orang lain, dan jarang atau bahkan tidak pernah melibatkan diri dalam aktivitas-aktivitas sosial.

4. Konsep Diri Moral Etik, berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan, serta penilaian seseorang terhadap moralitas dirinya terkait dengan relasi personalnya dengan Tuhan, dan segala hal yang bersifat normatif, baik nilai maupun prinsip yang memberi arti dan arah bagi kehidupan seseorang. Konsep diri seseorang dapat dianggap positif apabila ia mampu memandang untuk kemudian mengarahkan dirinya untuk menjadi pribadi yang percaya dan berpegang teguh pada nilai-nilai moral etik, baik yang dikandung oleh agama yang dianutnya, maupun oleh tatanan atau norma sosial tempat di mana dia tinggal. Sebaliknya, konsep diri individu dapat di kategorikan sebagai konsep diri yang negatif bila ia menyimpang dan tidak mengindahkan nilai-nilai moral etika yang berlaku baik nilai-nilai agama maupun tatanan sosial yang seharusnya dia patuhi.

5. Konsep diri keluarga, berkaitan dengan perspesi, perasaan, pikiran, dan penilaian seseorang terhadap keluarganya sendiri, dan keberadaan dirinya sendiri sebagai bagian integral dari sebuah keluarga. Seseorang di anggap memiliki konsep diri yang positif apabila ia mencintai sekaligus dicintai oleh keluarganya, merasa bahagia berada di tengah-tengah keluarganya, merasa bangga dengan keluarga yang dimilikinya, dan mendapat banyak bantuan serta dukungan dari keluarganya. Dianggap negatif apabila ia merasa tidak mencintai sekaligus tidak dicintai oleh keluarganya, tidak merasa bahagia berada di tengah-tengah keluarganya, tidak memiliki kebanggaan pada keluarganya, serta tidak banyak memperoleh bantuan dari keluarganya.

6. Konsep Diri Akademik, berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan dan penilaian seseorang terhadap kemampuan akademiknya. Konsep diri positif apabila ia menganggap bahwa dirinya mampu berprestasi secara akademik, dihargai oleh teman- temannya, merasa nyaman berada dilingkungan tempat belajarnya, menghargai orang yang memberi ilmu kepadanya, tekun dalam mempelajari segala hal, dan bangga akan prestasi yang diraihnya. Dapat dianggap sebagai konsep diri akademik yang negatif apabila ia memandang dirinya tidak cukup mampu berprestasi, merasa tidak disukai oleh teman-teman dilingkungan tempatnya belajar, tidak menghargai orang yang memberi ilmu kepadanya, serta tidak merasa bangga dengan prestasi yang diraihnya. (Nashori,2000).

II.8.1 Konsep Diri Positif

Menurut Brooks dan Emmart (1976), orang yang memiliki konsep diri positif menunjukkan karakteristik sebagai berikut :

1. Merasa mampu mengatasi masalah. Pemahaman diri terhadap kemampuan subjektif untuk mengatasi persoalan-persoalan obyektif yang dihadapi.

2. Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusai dilahirkan tidak dengan membawa pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan kekayaan didapatkan dari proses belajar dan bekerka sepanjang hidup. Pemahaman tersebut menyebabkan individu tidak merasa lebih atau kurang terhadap orang lain.

3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian, atau penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa yang telah dikerjakan sebelumnya.

4. Merasa mampu memperbaiki diri. Kemampuan untuk melakukan proses refleksi diri untuk memperbaiki perilaku yang dianggap kurang.

II.8.1 Konsep Diri Negatif

Orang yang memiliki konsep diri yang negatif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:

1. Peka terhadap kritik. Kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari orang lain sebagai proses refleksi diri.

2. Bersikap responsif terhadap pujian. Bersikap yang berlebihan terhadap tindakan yang telah dilakukan, sehingga merasa segala tindakannya perlu mendapat pengharapan. 3. Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subyektif bahwa setiap orang

lain disekitarnya memandang dirinya dengan negatif.

4. Mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik negatif secara berlebihan terhadap orang lain.

5. Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Merasa kurang mampu dalam berinteraksi dengan orang-orang lain.

Gambar 2.3 Model Teoritis

Sumber : Peneliti,21 maret 2014

Dokumen terkait