• Tidak ada hasil yang ditemukan

Digital Repository Universitas Jember

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kepemimpinan

Menurut Nawawi dan Hadari (2006:8) organisasi secara dinamis adalah proses atau rangkaian kegiatan kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kenyataannya banyak usaha kerjasama itu yang diatur secara tertib dan terarah, sehingga berwujud sebagai suatu sistem. Sedangkan organisasi secara statis adalah wadah atau tempat berlangsungnya kegiatan/kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan tertentu. Unsur-unsur organisasi disebutkan oleh Sarwoto (1991:15) antara lain:

1. Adanya dua orang/lebih.

2. Adanya maksud untuk kerjasama. 3. Adanya pengaturan hubungan. 4. Adanya tujuan yang hendak dicapai.

Adanya unsur-unsur tersebut dan dalam kenyataan seperti apapun bentuk suatu organisasi pasti memerlukan seseorang dengan atau tanpa dibantu oleh orang lain untuk menempati posisi sebagai pimpinan/pemimpin (leader). Seseorang yang menduduki posisi pemimpin didalam suatu organisasi mengemban tugas melaksanakan kepemimpinan. Dengan kata lain pemimpin adalah orangnya dan kepemimpinan (leadership) adalah kegiatannya. Gary Yukl dalam bukunya kepemimpinan dalam organisasi (1994:3) menyatakan bahwa :

”Semua kelompok mempunyai spesialisasi peran yang didalamnya termasuk peran khusus kepemimpinan. Termasuk didalamnya peran tersebut adalah beberapa tanggung jawab dan fungsi yang tidak dapat dibagi-bagi tanpa merugikan efektivitas kelompok tesebut”. Sedangkan pengertian kepemimpinan yang lainnya yaitu :

”Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan /kecerkasan mendorong sejumlah orang (dua orang/lebih) agar bekerjasama

20

dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.” (Nawawi dan Hadari, 2006:9).

Jadi dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang yang diwujudkan dalam perilakunya untuk mempengaruhi dua orang/lebih agar bekerjasama melakukan aktivitas-aktivitas dalam situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunukasi kearah pencapaian suatu tujuan bersama.

Kepemimpinan merupakan kedudukan yang sangat strategis yang merupakan titik sentral dan dinamisator seluruh proses kegiatan organisasi dalam menentukan dinamikanya sumber-sumber yang ada (Wahjosumidjo, 1987:21).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Ichsan (1991:26), menyatakan: ”Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan atau terhambatnya tujuan organisasi”.

Baik secara eksplisit maupun implisit, sebagian besar peneliti kepemimpinan mengasumsikan bahwa kepemimpinan adalah penentu penting keefektifan organisasi (Yukl, 1994:299), Neihoff (dalam Suharto, 2006:36) mengatakan :

”Kepemimpinan merupakan kunci untuk meningkatkan produktivitas dan inovasi organisasi”.

Selanjutnya menurut Meyer (dalam Suharto, 2006:36), kepemimpinan mengubah masalah menjadi kesempatan organisasi. Menurut Ichikawa (dalam Suharto, 2006:36), agar seorang pemimpin dapat mengarahkan organisasi (individu/kelompok yang didalam organisasi) secara efektif, maka seorang pemimpin tersebut harus memahami: (1) kesesuaian sasaran/tujuan kelompok dengan sasaran/tuntutan organisasi, (2) lingkungan eksternal kelompok/organisasi untuk membangun lingkungan internal organisasi, (3) karakteristik individu/kelompok menentukan bentuk dan intensitas pengarahannya, (4) bagaimana penerimaan bawahan terhadap kepemimpinannya.

Berikut unsur-unsur, dimensi, dan fungsi-fungsi kepemimpinan yang dikemukakan oleh Nawawi dan Hadari (2006:15) antara lain:

1. Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin.

21

2. Adanya orang lain yang dipimpin.

3. Adanya kegiatan menggerakkan orang lain, yang dilakukan dengan mempengaruhi dan mengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya.

4. Adanya tujuan yang hendak dicapai, baik yang dirumuskan secara sitematis maupun bersifat sukarela.

5. Berlangsung berupa proses didalam kelompok atau organisasi, baik besar maupun kecil, dengan banyak maupun sedikit orang yang dipimpin.

Sejalan dengan pengertian dan unsur-unsur kepemimpinan tersebut diatas dapat terjadi pada seseorang yang menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan. Fungsi kepemimpinan itu memiliki dua dimensi sebagai berikut :

1. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau aktifitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan

orang-orang yang dipimpinnya.

2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau

keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan pemimpin.

Secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu : 1. Fungsi Instruktif.

Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu

memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah. 2. Fungsi konsultatif.

Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.

3. Fungsi Partisipasi.

22

Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.

4. Fungsi Delegasi

Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab. Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri.

5. Fungsi Pengendalian.

Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

Hadari dan Nawawi (2006:83) juga mengemukakan bahwa dalam mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan secara integral akan berlangsung aktivitas-aktivitas kepemimpinan. Apabila aktivitas-aktivitas-aktivitas-aktivitas tersebut dipilah-pilah, maka akan terlihat gaya kepemimpinan dengan polanya masing-masing. Pola-pola dasar yang mencerminkan gaya kepemimpinan tersebut dalam proses kepemimpinan secara operasional tidaklah terpisah secara deskrit. Dalam kenyataannya satu dengan yang lain saling mengisi dan saling menunjang, namun terlihat kecenderungan/titik beratnya yang berbeda. Berdasarkan kombinasi diantara pola-pola dasar itu, ternyata

Dokumen terkait