• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Konsep Keperawatan

Ilmu keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar manusia mulai dari biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pemenuhan kebutuhan dasar tersebut diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan dalam praktik keperawatan profesional. Untuk tercapainya suatu asuhan keperawatan profesional diperlukan suatu pendekatan, yang disebut Proses Keperawatan dan Dokumentasi keperawatan sebagai data tertulis yang menjelaskan tentang penyampaian informasi (komunikasi), penerapan sesuai standar praktik, dan pelaksanaan proses keperawatan (Nursalam, 2001).

Proses keperawatan adalah aktivitas ilmiah yang dilakukan secara sistematis melalui lima tahap, yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Kozier, 1995). Menurut Nursalam (2001) proses keperawatan adalah suatu metode di mana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, teknik, dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien atau keluarga. Lebih lanjut Nursalam (2001) dengan mengutip pendapat Iyer, et al., (1996) mengatakan bahwa proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan berhubungan, yaitu: pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tahapan tersebut berintegrasi terhadap fungsi intelektual problem solving dalam mendefinisikan suatu tindakan keperawatan.

Clark (1992) mendefinisikan proses keperawatan sebagai suatu metode atau proses berpikir yang terorganisir untuk membuat suatu keputusan klinis dan

pemecahan masalah. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Nursalam (2001) yang mengutip pendapat Yura dan Walsh, proses keperawatan adalah tindakan berurutan, dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah pasien, membuat perencanaan untuk mengatasinya, melaksanakan rencana tersebut atau menugaskan orang lain untuk melaksanakannya dan mengevaluasi keberhasilan secara efektif terhadap masalah yang diatasi.

Tahapan proses keperawatan secara berurutan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang respon pasien agar dapat mengidentifikasi dan mengenali masalah atau kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien. Area yang termasuk respon pasien antara lain kegiatan sehari-hari, emosional, sosio-ekonomi, kultural dan spiritual (Nursalam, 2001). Menurut Kozier, et al, (1995), proses pengkajian terdiri atas empat kegiatan, yaitu: pengumpulan data, organisasi data, validasi data dan pencatatan data.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Carpenito (Nursalam, 2001) diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok di mana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah. Selanjutnya

The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) dikutip Nursalam (2001) diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data di mana menurut NANDA diartikan sebagai definisi karekteristik. Definisi karakteristik tersebut dinamakan tanda dan gejala, tanda adalah sesuatu yang dapat diobservasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh pasien (Nursalam, 2001). Setelah perawat mengelompokkan, mengidentifikasi, dan memvalidasi data-data yang signifikan, maka tugas perawat pada tahap ini adalah merumuskan suatu diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan menurut Carpenito (Nursalam, 2001) dapat dibedakan menjadi 5 kategori yaitu; aktual, resiko, kemungkinan, keperawatan sejahtera (welness), dan keperawatan sindrom (syndrome). Diagnosa keperawatan aktual menjelaskan masalah nyata yang terjadi saat ini sesuai data klinik yang ditemukan. Syarat untuk menegakkan diagnosa keperawatan aktual harus ada unsur (P) = problem (masalah) yaitu, pernyataan terhadap masalah kesehatannya baik aktual maupun potensial, (E) = etiology (penyebab) adalah penyebab atau alasan yang dicurigai dari respon yang telah diidentifikasi dari pengkajian, (S) = sign and symtomps (tanda dan gejala) adalah manifestasi yang diidentifikasi dalam pengkajian yang menyokong diagnosa keperawatan. Menurut Nursalam (2001) diagnosa keperawatan resiko menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan

intervensi. Syarat untuk menegakkan diagnosa keperawatan resiko harus ada unsur P dan E (problem dan etiology). Diagnosa keperawatan kemungkinan menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan. Keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada akan tetapi sudah ada faktor yang dapat menimbulkan masalah (Nursalam, 2001). Diagnosa keperawatan sejahtera adalah keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga, dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi. Contoh diagnosa keperawatan sejahtera: potensial peningkatan hubungan dalam keluarga (Nursalam, 2001). Diagnosa keperawatan sindrom adalah diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu. Manfaat diagnosa keperawatan sindrom adalah agar perawat selalu waspada dan memerlukan keahlian dalam setiap melakukan pengkajian dan tindakan keperawatan. Menurut NANDA (Nursalam, 2001) ada dua diagnosa keperawatan sindrom, yaitu: sindrom trauma pemerkosaan (rape trauma syndrome) dan resiko sindrom penyalahgunaan (risk for disuse syndrome). Contoh diagnosa trauma pemerkosaan; cemas dan resiko tinggi sewaktu melakukan hubungan seksual. Sedangkan contoh diagnosa resiko sindrom penyalahgunaan antara lain; resiko konstipasi, fungsi pernafasan, resiko infeksi, resiko gangguan integritas jaringan, dan lain-lain.

3. Rencana keperawatan

Rencana keperawatan merupakan metode komunikasi tentang asuhan keperawatan kepada pasien.

Setiap pasien yang memerlukan asuhan keperawatan perlu suatu perencanaan yang baik. Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, penetapan pemecahan masalah, dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah pasien (Hidayat, 2001). Ali (2002) menyebutkan perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan pasien dapat diatasi. Langkah-langkah dalam membuat perencanaan keperawatan menurut Nursalam (2001) terdiri atas empat langkah, yaitu:

a. Menentukan prioritas

Secara realistik, perawat tidak dapat mengharapkan dapat menyelesaikan semua diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif yang terjadi kepada pasien sebagai individu, keluarga dan masyarakat. Dengan mengidentifikasi prioritas diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif, perawat dapat memprioritaskan peralatan yang diperlukan (Nursalam, 2001). Penetapan prioritas dilakukan karena tidak semua masalah dapat diatasi dalam waktu yang bersamaan. Salah satu metode dalam menetapkan prioritas dengan mempergunakan hirarki Maslow. Menurut hirarki Maslow (Nursalam, 2001) kebutuhan manusia dibagi dalam lima tahap, yaitu: fisiologis, rasa aman dan nyaman, sosial, harga diri

dan aktualisasi diri. Dia menyatakan bahwa pasien memerlukan suatu tahapan kebutuhan jika pasien menghendaki suatu tindakan yang memuaskan. Dengan kata lain, kebutuhan fisiologis biasanya sebagai prioritas utama bagi pasien dari pada kebutuhan lainnya.

b. Menentukan kriteria hasil

Tujuan pasien dan tujuan keperawatan adalah standar ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan pasien atau keterampilan perawat. Tujuan pasien merupakan pernyataan yang menjelaskan suatu perilaku pasien, keluarga atau kelompok yang dapat diukur setelah intervensi keperawatan diberikan. Sebaliknya tujuan keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan suatu tindakan yang dapat diukur berdasarkan kemampuan dan kewenangan perawat. Karena kriteria hasil untuk diagnosa keperawatan mewakili status kesehatan pasien yang dapat dicapai atau dipertahankan melalui rencana tindakan keperawatan yang mandiri, sehingga dapat membedakan antara diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif. Nursalam (2001) menggunakan pedoman penulisan kriteria hasil berdasarkan SMART, yaitu: S = spesific (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda), M = measurable (tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku pasien; dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan, dan dibau), A = achievable (tujuan harus dapat dicapai), R = reasonable (tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah), dan T = time (tujuan harus dapat dicapai dalam batas waktu tertentu).

c. Menentukan rencana tindakan

Rencana tindakan adalah disain spesifik intervensi untuk membantu pasien dalam mencapai kriteria hasil. Rencana tindakan dilaksanakan berdasarkan komponen penyebab dari diagnosa keperawatan. Oleh karena itu rencana mendefinisikan suatu aktivitas yang diperlukan untuk membatasi faktor-faktor pendukung terhadap suatu permasalahan. Menurut Bulecheck dan Mc. Closkey (Nursalam, 2001) intervensi keperawatan adalah suatu tindakan langsung kepada pasien yang dilaksanakan oleh perawat. Tindakan tersebut meliputi tindakan independent keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan, tindakan medis berdasarkan diagnosa medis dan membantu pemenuhan kebutuhan dasar fungsi kesehatan kepada pasien yang tidak dapat melakukannya. Definisi tersebut berhubungan dengan semua intervensi keperawatan dengan diagnosa keperawatan dan atau masalah kolaboratif.

d. Dokumentasi

Rencana tindakan keperawatan adalah sesuatu yang paling efektif jika dilaksanakan setelah pertama kali perawat kontak dengan pasien. Segera setelah melakukan pengkajian, perawat harus memulai untuk mendokumentasikan diagnosa aktual atau resiko, kriteria hasil, dan rencana tindakan.

4. Implementasi (pelaksanaan)

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendy, 1995). Menurut Nursalam (2001) mengutip pendapat Iyer, et al. pelaksanaan atau implementasi adalah

inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan dari implementasi adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri (independent), saling ketergantungan atau kolaborasi (interdependent), dan tindakan rujukan atau ketergantungan (dependent).

5. Evaluasi

Kurniawati (2004) menyebutkan evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Menurut Nursalam, (2001) ada beberapa komponen yang dievaluasi mengenai status kesehatan pasien, yaitu: pengetahuan (kognitif), status emosional (affektif), kemampuan pasien melakukan tindakan yang benar (psikomotor), perubahan fungsi tubuh, tanda dan gejala yang spesifik.

2.3. Konsep Kinerja

Dokumen terkait