• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.9 Konsep Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka sebelumnya penulis akan mengoperasionalkan beberapa konsep yang berhubungan dengan penelitian ini, antara lain :

1. Pemerintahan adalah sebuah sistem multiproses yang bertujuan memenuhi dan melindungi kebutuhan dan tuntunan yang memenuhi jasa publik dan berkewajiban memproses pelayanan sipil bagi setiap anggota masyarakat melalui hubungan pemerintahan, sehingga masyarakat yang bersangkutan menerimanya pada saat diperlukan.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Manajemen pemerintahan adalah upaya instansi pemerintah untuk mengelola negara agar tercapai ketertiban, kesejahteraan, dan kemakmuran Negara. Manajemen pemerintahan disebut manajemen publik merupakan suatu upaya pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan publik dengan menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia.

4. Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital hidup akan tetapi

mengalami kemunduran dan degradasi. Revitalisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai ekonomi lahan melalui pembangunan kembali suatu bangunan untuk meningkatkan fungsi bangunan sebelumnya.

5. Pasar tradisonal/rakyat merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transasi secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar.

6. Revitalisasi fisik adalah perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan.

7. Revitaliasi manajemen adalah pasar harus mampu membangun manajemen pengelolaan pasar yang mengatur secara jelas aspek-aspek seperti: hak dan kewajiban pedagang, tata cara penempatan, pembiayaan, fasilitas-fasilitas yang harus tersedia di pasar, standar operasional prosedur pelayanan pasar.

8. Revitalisasi ekonomi adalah perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek, untuk mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal (local economic development).

9. Revitalisasi sosial budaya adalah menciptakan lingkungan yang menarik dan berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga.

10. Pemerintahan Kolaboratif (Collaborative Gavernance) merupakan sebuah susunan pemerintahan yang mana lembaga publik dan lembaga

nonpemerintah secara langsung terlibat dalam proses pengambilan keputusan kolektif yang formal, berorientasi konsensus dan deliberatif serta bertujuan untuk membuat atau menerapkan kebijakan publik, mengelola program publik atau aset.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian

Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah „penelitian studi kasus‟

(case study), yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengadakan penelaahan secara mendalam atas suatu kasus yang bersifat terbatas dan kesimpulannya hanya berlaku atau terbatas pada suatu kasus tertentu saja. Studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, batas antara fenomena dan konteks tidak terlihat jelas, dan multi sumber bukti dimanfaatkan.67

Lebih lanjut Yin mengatakan studi kasus digunakan dan menjadi strategi penelitian dalam bidang ilmu psikologi, sosiologi, ilmu politik, perencanaan dan juga penelitian di bidang ekonomi. Studi kasus memungkinkan peneliti untuk mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwa-peristiwa kehidupan nyata seperti siklus kehidupan seseorang, proses-proses organisasional dan manajerial, perubahan lingkungan sosial, hubungan-hubungan internasional, dan kematangan industri-industri.68

Sebagian studi kasus (case study) berciri kualitatif, sebagian tidak. Bisa jadi sebagian besar peneliti menggunakan istilah lain untuk menyebut studi kasus.

Howard Becker, misalnya, ketika ditanya tentang istilah yang digunakannya, ia menyebutnya dengan “tugas lapangan” (Field-Work), sambil menandaskan bahwa istilah tersebut hanya sedikit melengkapi pemahaman tentang apa yang dilakukan

67 Yin, Robert. 2013. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Hal 18.

68 Ibid, hal 1-12.

oleh seorang peneliti. Beberapa peneliti lebih sering menggunakan istilah studi kasus karena model penelitian ini lebih fokus pada pertanyaan tentang: apa yang dapat dipelajari dari kasus tunggal.69

Creswell dalam Wahyuningsih mengemukakan beberapa karakteristik dari suatu studi kasus yaitu:70

1. Mengidentifikasi “kasus” untuk suatu studi;

2. Kasus tersebut merupakan sebuah “sistem yang terikat” oleh waktu dan tempat;

3. Studi kasus menggunakan berbagai sumber informasi dalam pengumpulan datanya untuk memberikan gambaran secara terinci dan mendalam tentang respons dari suatu peristiwa, dan

4. Menggunakan pendekatan studi kasus, peneliti akan “menghabiskan waktu” dalam menggambarkan konteks atau setting untuk suatu kasus.

Hal ini mengisyaratkan bahwa suatu kasus dapat dikaji menjadi sebuah objek studi.

Secara umum, tidak semua peristiwa merupakan sebuah kasus. Kasus itu spesifik. Bahkan kasus itu terkait engan keberfungsian secara spesifik. Kasus adalah suatu sistem yang terbatas (a bounded system). Dalam ilmu-ilmu sosial dan layanan kemanusiaan, kasus memiliki bagian-bagian kemanusiaan, kasus memiliki bagian-bagian operasional, bisa jadi bertujuan, dan bahkan memiliki jiwa. Kasus adalah sebuah sistem yang padu. Bagian-bagian tidak harus

69 Robert E. Stake. 2009. Studi Kasus, dalam Handbook of Qualitative Research, Norman K.

Denzin & Yvonna S. Lincoln (Eds.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

70 Wahyuningsih. 2013. Metode Penelitian Studi Kasus (Konsep, Teori Pendekatan Psikologi Komunikasi, dan Contoh Penelitiannya). Universitas Trunojoyo Madura: UTM Press. Hal 2-3.

beroperasi dengan baik, tujuan bisa jadi irasional, namun itu tetaplah sebuah sistem.

Perilaku kasus memiliki pola. Konsistensi dan sekuensi sangat menonjol.

Sebagaimana diketahui bersama bahwa aspek-aspek tertentu itu berada dalam system terbingkai dalam kasus dan sebagian berada di luar. Beberapa aspek memang signifikan sebagai konteks. William telah mengamati bahwa bukanlah hal mudah bagi peneliti kasus untuk mengatakan “di mana anak (sebagai kasus) berakhir” atau “di mana lingkungan (sebagai kasus) berawal”. Akan tetapi, keterbingkaian (boundedness) dan pola-pola perilaku sistem adalah faktor kunci dalam memahami sebuah kasus.

Konsep kasus selalu menjadi tema perdebatan di antara para ahli. Dan istilah studi masih bersifat ambigu. Studi kasus bisa berarti “proses mengkaji kasus” sekaligus “hasil dari proses pengkalian” tersebut. Lawrence mengistilahkan hasil tersebut dengan “catatan kasus”, seperti yang sesekali kita gunakan, namun praktik penyebutan laporan akhir dengan “studi kasus” sudah mapan.

Dokumen terkait