• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Parkir

Dalam dokumen STRATEGI DINAS PERHUBUNGAN DALAM MENANGG (Halaman 38-42)

1. Konsep Parkir Liar

Parkir liar adalah merupakan suatu penyebab utama terjadinya kemacetan, kesemrawutan dan bahkan kecelakaan, baik bagi kendaraan itu sendiri maupun bagi pejalan kaki. Pengendalian dan penindakan umumnya adalah merupakan langkah yang dilakukan dan masalah parkir liar harus ditata oleh Pemerintah Daerah (Walikota/Bupati) setempat melalui beberapa jenis organisasi pengelola parkir perkantoran.

Pengertian mengenai parkir liar dapat dilihat dari pernyataan Ritongga (2010:21) dalam jurnal penelitian Paiman Rahardjo dengan judul Efektivitas Penerapan Sanksi Parkir Liar Kendaraan Bermotor di Wilayah Suku Dinas Perhubungan Kota Jakarta Selatan.

“Pelanggaran parkir adalah pelanggaran terhadap aturan lalu lintas yang ditandai dengan rambu larangan parkir, rambu larangan stop, serta marka larangan parkir di jalan. Larangan ditetapkan karena alasan kapasitas jalan lebih diutamakan daripada memberikan akses, ataupun karena alasan keselamatan.”

Secara langsung dapat dibedakan antara parkir liar dan parkir resmi selain dari lokasi parkir, juga kepada petugas parkir. Petugas parkir resmi adalah petugas parkir yang telah terdaftar di Dinas Perhubungan dengan bukti memiliki Surat Keputusan (SK) dalam melakukan parkir. Selain itu petugas parkir juga menggunakan rompi/jaket tukang parkir, topi dan peluit. (http://gegenna.blogspot.co.id/2014/06/kode-etik-profesi-non-formil-

19

Parkir liar biasanya adalah parkir yang berada bukan di lokasi yang memang ditentukan untuk menjadi lokasi parkir. Dalam buku Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir (1998:134), Ketentuan mengenai parkir tepi jalan adalah sebagai berikut:

a. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah tempat penyebrangan pejalan kaki, atau tempat penyeberangan sepeda yang telah ditentukan

b. Pada jalan yang sempit yang lebarnya kurang dari 6 meter dan menginjinkan parkir hanya pada 1 sisi jalan dengan lebar 6-9 meter c. Pada jalan dimana arus lalu lintas dipentingkan maka parkir

sebaiknya dilarang

d. Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah tikungan tajam dengan radius kurang dari 500 meter

e. Sepanjang 50 meter sebelum dan sesudah jembatan

f. Sepanjang 50 meter sebelum dan sesudah perlintasan sebidang g. Didalam daerah persimpangan dengan jarak sepanjang 25 meter

sebelum dan sesudah persimpangan.

Pengendalian terdapat petugas parkir ilegal perlu untuk dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi lokasi parkir yang dikelola oleh petugas parkir ilegal, baik ditempat yang ditunjuk sebagai lokasi parkir ataupun tempat- tempat yang tidak ditunjuk sebagai lokasi parkir. Bila ditemukan petugas parkir yang demikian maka perlu diambil langkah pengendalian. Agar langkah pengendalian ini mempunyai kekuatan hukum maka ketentuan mengenai hal ini harus dicantumkan dalam Peraturan Daerah mengenai perparkiran.

2. Kebijaksanaan Parkir

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 10 tahun 2008 yang dimaksud dengan parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara. Pola tata guna lahan penting dalam menyusun

20

suatu tarif parkir. Semakin mendekati pusat kota, maka harga lahan juga naik dan meyebabkan harga fasilitas parkir dapat lebih tinggi di pusat kota.

Dalam pengelolaan retribusi parkir dibutuhkan sebuah kebijaksanaan dari pemerintah. Dalam buku Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir (1998:3-4) sasaran utama dari kebijaksanaan parkir sebagai bagian dari kebijaksanaan transportasi adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengendalikan jumlah kendaraan yang masuk ke suatu kawasan, b. Meningkatkan pendapatan asli daerah yang dikumpulkan melalui

retribusi parkir,

c. Meningkatkan fungsi jalan sehingga sesuai dengan peranannya, d. Meningkatkan kelancaran dan keselamatan lalu lintas

e. Mendukung tindakan pembatasan lalu lintas lainnya.

Keberadaan kebijaksanaan parkir adalah agar pengaturan mengenai dasar hukum yang jelas. Kebijaksanaan parkir dengan adanya otonomi daerah dapat direpresentasikan dalam bentuk peraturan daerah (perda) maupun peraturan walikota (perwali). Keduanya memiliki dasar hukum yang kuat tetapi harus tetap memperhatikan hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia.

3. Masalah Pengendalian Parkir

Dalam proses pemungutan retribusi parkir tidak selalu berjalan optimal karena adanya berbagai hambatan yang dihadapi. Menurut Abubakar, et al (1998:151) masalah yang dihadapi dalam pengendalian pendapatan parkir diantaranya:

21

a. Penolakan untuk membayar

Penolakan ini sering menimbulkan keributan antara juru parkir dengan pelaku parkir terutama terjadi bagi pengemudi motor atau masyarakat yang menolak untuk membayar retribusi parkir.

b. Pengumpulan pendapatan oleh petugas tidak resmi

Di beberapa kota besar sering ditemui juru parkir tidak resmi yang menggunakan seragam juru parkir yang umumnya beroperasi dikawasan yang tidak ditetapkan sebagai kawasan parkir. Sebagian juru parkir memiliki para pengelola parkir tidak resmi atau disebut dengan mafia parkir. Jika jumlah juru parkir tidak resmi banyak maka dapat dipastikan potensi pendapatan asli daerah yang hilang akan cukup besar.

c. Penarikan tarif parkir yang lebih tinggi

Tarif parkir yang sudah sangat rendah dikawasan pusat perdagangan yang tinggi penggunaannya sering dimanfaatkan oleh juru parkir untuk meminta bayaran lebih atau pelaku parkir tidak meminta uang kembaliannya.

d. Juru parkir tidak menyetorkan hasil

Masalah lain yang ditemukan adalah juru parkir yang tidak menyetorkan hasil retribusi parkir yang dipungutnya, atau tidak menyetorkan secara utuh. Sering kali karcis tidak diberikan kepada pelaku parkir atau pelaku parkir tidak mau menerima karcis.

e. Penggunaan karcis lebih dari satu kali

Hambatan yang dihadapi dalam pengendalian pendapatan parkir memang sering terjadi. Berbagai faktor mampu mempengaruhi pendapatan parkir. Kota Metro juga mengalami permasalahan dalam pengendalian pendapatan parkir karena adanya parkir liar di tepi jalan umum.

4. Masalah Pengendalian Petugas Parkir

Berdasarkan permasalahan pendapatan parkir, terlihat bahwa petugas parkir/juru parkir merupakan salah satu penyebab terjadinya masalah parkir. Untuk itu diperlukan pengendalian petugas parkir. Abubakar, et .al (1998:161-162) juga menyatakan permasalahan pengendalian terhadap petugas parkir/juru parkir ini muncul kemudian diantaranya:

a. Parkir oleh petugas ilegal ditempat parkir ilegal b. Petugas ilegal ditempat parkir ilegal

22

c. Petugas legal meminta pelaku parkir untuk parkir ditempat dimana parkir dilarang (parkir ganda, parkir di tempat dilarang parkir)

d. Petugas memungut ongkos parkir diatas tarif yang diberlakukan

e. Petugas tidak membagikan karcis parkir atau menggunakan kembali karcis yang sudah dibagikan sebelumnya kepada pelaku parkir lain f. Petugas parkir pulang lebih awal atau masuk kerja terlambat dan lain-

lain.

Hambatan yang dihadapi dalam pengendalian petugas parkir juga merupakan masalah dalam perparkiran. Berbagai faktor mampu mempengaruhi maasalah petugas parkir. Kota Metro juga mengalami permasalahan dalam pengendalian petugas parkir karena adanya parkir liar di tepi jalan umum.

Dalam dokumen STRATEGI DINAS PERHUBUNGAN DALAM MENANGG (Halaman 38-42)

Dokumen terkait