BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
B. Paparan Data
1. Konsep Pembentukan Karakter Religius Melalui Tahfidzul
Kata ٌقَلا ْخَا Ahlak berasal dari bahasa Arab bentuk jamak dari kata ُكٍُُخٌَْا
tabiat.83 Konsep karakter menurut Imam Al-Ghazali dalam Ihya‟ulumuddin membagi akhlak menjadi empat bagian yaitu ibadah, adab, akhlak yang menghancurkan (muhlikat), dan akhlak yang menyelamatkan (munjiyat). Akhlak yang buruk adalah rakus, banyak bicara, dengki, kikir, ambisi dan cinta dunia, sombong, ujub dan takabbur serta ri‟a. Adapun akhlak yang baik adalah tobat,
khauf, zuhud, sabar, syukur, keikhlasan dan kejujuran, tawakkal, cinta, ridha, dan
ingat mati.84
Lickona mengemukakan karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knowing), sikap moral (moral felling), dan prilaku moral (moral behavior).
Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik dapat didukung oleh pengetahuan tantang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik dan melakukan perbatan kebaikan.85
Pembentukan karakter religius dapat melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal terutama di Madarasah karena nilai agama yang diajarkan di madrasah lebih banyak dibandingkan madrasah umum, seperti di Madarasah Ibtidaiyah Yusuf Abdussatar membentuk karakter melalui Tahfidzul Qur‟an, faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter seperti keluarga, madrasah dan masyarakat. Madrasah merupakan wadah yang strategis untuk membentuk kepribadian anak.
Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan dasar umurnya sekitar 6-13 tahun didalam diri anak ada rasa ingin tahu dan membutuhkan guru
83
Abu Muhammad Iqbal, Konsep Pemikiran Al-Ghazali Tentang
Pendidikan, (Madiun:Jaya Star Nine 2013), hlm. 200.
84
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Aplikasinya
Dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta:Kencana 2013), hlm. 98.
yang bisa membimbing bukan hanya sebagai ustaz dan ustazah tapi juga bisa dikagumi supanya anak senang belajar, sehingga guru bisa dijadikan contoh yang baik sikap tersebut telah berperan penting didalam membentuk kepribadian atau karakter religius siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran yang menyenangkan bukan yang membosankan.
Perkembangan anak harus diikuti dengan kebiasaan yang baik karena perkembangan adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju.86 Perkembangan harus diikuti oleh nilai religius karena konsep religius adalah mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman, nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-niai tersebut kedalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi religius tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi sebagai potensi yang dimiliki manusia yang aktalisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.87
Konsep karkater di MI Yusuf Abdussatar melalui peniruan dan penyajian contoh prilaku didalam pembiasaan, dalam hal ini siswa belajar mengubah prilakunya sendiri melalui penyaksian cara orang atau kelompok, ustazh memberikan contoh cara menghafal al-Qur‟an dengan latihan setiap hari peniruan siswa dari ustazh dan ustazah sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter peserta didik karena yang ditiru bersifat religius, konsep pembiasaan dalam hal yang fositif seperti membaca al-Qur‟an, shalat zuhur berjamaah dll.88
Dari konsep tersebut anak-anak rutinitas jm 06.00-07.30 selalu dilatih menghafal al-Qur‟an melalui peniruan yang ditunjukkan oleh ustaz dan ustazah didalam kelas dilakukan pengulangan sehingga peserta didik terbiasa menghafal
86
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja RoMIa Karya, 2011), hm. 40.
87Asman Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Madrasah Upaya
Mengembangkan PAI dari Teori ke Aksi, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm.
30.
al-Qur‟an melalui peniruan yang baik telah membentuk karakter religius yang
baik faktor madrasah menjadi tempat yang baik untuk membentuk karakter yang
reiligius atau bersifat keagamaan.
Proses pembentukan karakter siswa terutama di Madrasah Ibtidaiyah guru mempunyai peranan yang sangat penting kerena peniruan yang dilakukan oleh siswa bersumber dari bagaimana etika guru kepada peserta didik, oleh karena itu guru harus mempunyai keribadian yang mantap didalam sikap yang bersifat agamis/religius seperti rajin mempraktikkan cara menghafal al-Qur‟an sikap menghargai sesama manusia tolong menolong, disiplin dan yang berkaitan dengan sikap yang berakhlak mulia yang menjadi teladan terhadap peserta didik
Karakter religius dimaknai sebagai pendidikan nilai yang diwarnai oleh
integrasi agama sehingga kepribadian peserta didik selalu ditanamkan sikap yang religius sehingga mempu mengenal mana yang baik dan mana yang buruk,
pengembangan dari sikap religius adalah sikap didalam keseharian dengan
refleksi berbuat sesuatu yang baik karena dibiasakan berbuat dan bersikap baik
terhadap kehidupan sehari-hari yang dicontohkan langsung oleh ustaz/ustazah di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah.
Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia, diyakini bahwa nilai dan karakter yang secara dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan pendidikan nasional, harus dimiliki peserta didik agar mampu menghadapi tantangan hidup pada saat ini dan di masa mendatang.
Konteks karakter religius didalam kehidupan bermasyarakat dinyakini mampu menghadapi tantangan melalui sikap kepribadian yang baik, tantangan pada masa sekarang maupun tantangan pada masa akan datang yang menjadi
tujuan pendidikan nasional, pembentukan karakter religius menjadi alternatif yang baik, guru harus menganggap anak didiknya mempunyai kedudukan sebagai generasi yang bermartabat yang mengkondisikan terciptanya saling menghargai didalam proses pembelajaran berprilaku yang baik dan prilaku yang kurang baik diperbaiki demi terbentuknya karakter yang religius baik secara individu maupun secara kelompok.
Konsep karakter dapat berjalan melalui kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk budaya madrasah kegiatan kurikuler/ekstra
kurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah, dan dalam masyarakat.89
Pembelajaran bersifat karakter religius guru menjadi figur teladan yang
berakhlak mulia proses pembiasaan yang baik menjadi dasar didalam
pembentukan karakter religius yang dapat menggerakkan anak didik menjadi orang yang berprilaku baik.
Nilai karakter religius ditujukan kepada pengalaman siswa terutama yang berkaitan dengan kepribadian siswa kegiatan pembiasaan dirancang untuk kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu, tidak selalu diperlukan kegiatan belajar khusus untuk mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan budaya dan karakter bangsa. Meskipun demikian, untuk pengembangan nilai-nilai tertentu seperti kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan gemar membaca dapat dikembangkan melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan guru. Pegembangan beberapa nilai lain seperti peduli sosial, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, dan
kreatif memerlukan upaya pengkondisian sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai tersebut.
Pembentukan karakter religius berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal yang bersumber dari agama. Karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah SWT dan ciptaannya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan.
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pembentukan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena pendidikan yang berkembang, yakni banyaknya anak yang malas mempelajari ilmu agama karena tidak dibiasakan dari sejak usia dini.
Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas Religiusnya dalam pembentukan karakter.
Konsep karakter yang telah ditananmkan oleh MI Yusuf Abdussatar bersifat religius pentingnya upaya peningkatan nilai karakter yang bersifat religius pada jalur pendidikan formal. Penggunaan pendekatan-pendekatan melalui penanaman nilai-nilai religius tertentu dalam diri peserta didik.