• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

C. Konsep Pemberdayaan Masyarakat Miskin

Penuntasan kemiskinan dapat dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat miskin. Karena melalui kegiatan pemberdayaan semua potensi yang dimiliki masyarakat di dorong dan ditingkatkan untuk berdaya dalam melawan faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan. Kegiatan pemberdayaan tersebut dilakukan melalui berbagai kegiatan yang dapat mendorong kemampuan dan ketrampilan yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan dengan masyarakat, menciptakan berbagai kesempatan lapangan kerja, menghidupkan kembali budaya

57

dan kearifan-kearifan lokal sebagai modal sosial, serta mengubah pandangan masyarakat untuk berdaya dan mandiri. Kegiatan pemberdayaan tersebut yang pada hakikatnya merupakan pembangunan sosial, harus menjadi gerakan masyarakat yang didukung oleh semua unsure mulai pemerintah, anggota legislatif, perguruan tinggi, dunia usaha, LSM, organisasi sosial, masyarakat dan juga media massa.

Pemberdayaan dilakukan agar masyarakat mampu meningkatkan kualitas kehidupannya untuk berdaya, memiliki daya saing dan mandiri. Dalam melaksanakan pemberdayaan khususnya kepada masyarakat. Prinsip-prinsip pemberdayaan perlu dilakukan secara baik dan benar, adapun beberapa prinsip-prinsip dalam pemberdayaan, antara lain:

a) Pemberdayaan dilakukan secara demokratis dan menghindari unsur paksaan. Setiap individu memilki hak yang sama untuk berdaya. Setiap individu juga memilki kebutuhan, masalah, bakat, minat dan potensi yang berbeda. Unsur-unsur pemaksaan melalui berbagai cara perlu dihindari karena bukan menunjukan cirri dari pemberdayaan.

b) Kegiatan pemberdayaan didasarkan kepada kebutuhan, masalah dan potensi masyarakat. Pada hakikatnya setiap manusia memiliki kebutuhan dan potensi dalam dirinya. Proses pemberdayaan di mulai dengan menumbuhkan kesadaran kepada individu dan masyarakat akan potensi dan kebutuhannya yang dapat dikembangkan dan diberdayakan untuk mandiri. Proses

58

pemberdayaan juga dituntut berorientasi kepada kebutuhan dan potensi yang dimiliki sasaran. Biasanya pada masyarakat pedesaan yang masih tertutup, aspek kebutuhan, masalah dan potensi tidak nampak.

c) Sasaran pemberdayaan adalah sebagai subjek atau pelaku dalam kegiatan pemberdayaan. Oleh karena itu sasaran menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan tujuan, pendekatan dan bentuk aktivitas pemberdayaan.

d) Pemberdayaan berarti menumbuhkan kembali nilai, budaya dan kearifan-kearifan lokal seperti sifat gotong royong, kerjasama, hormat kepada yang lebih tua, dan kearifan lokal lainnya sebagai jati diri masyarakat perlu ditumbuh kembangkan melalui berbagai bentuk pemberdayaan sebagai modal sosial dalam pembangunan. e) Pemberdayaan merupakan sebuah prosesyang memerlukan

waktu, secara dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Tahapan ini dilakukan secara logis dari yang sifatnya sederhana menuju yang komplek.

f) Kegiatan pembinaan dan pendampingan perlu dilakukan secara bijaksana, bertahap dan berkesinambungan. Kesabaran dan kehati-hatian dari pemberdayaan perlu dilakukan terutama dalam menghadapi keragaman karakter, kebiasaan dan budaya masyarakat yang sudah tertanam lama.

59

g) Pemberdayaan tidak bisa dilakukan dalam satu aspek saja, tetapi perlu dilakukan secara holostik terhadap semua aspek kehidupan yang ada dalam masyarakat.

h) Pemberdayaan perlu dilakukan terhadap kaum perempuan terutama remaja dan ibu-ibu muda sebagai potensi besardalam mendongkrak kualitas kehidupan keluarga dan pengentasan kemiskinan.

i) Pemberdayaan dilakukan agar masyarakat memiliki kebiasaan utnuk terus belajar, belajar sepanjang hayat. Individu dan masyarakat perlu dibiasakan belajar menggunakan berbagai sumber yang tersedia. Sumber belajar tersebut bisa berupa pesan, orang atau masyarakat yang ada disekitarnya, bahan, alat, tehnik, dan juga lingkungan yang ada disekitar tempat mereka tinggal. Pemberdayaan juga perlu digunakan untuk menggunakan prinsip belajar sambil bekerja.

j) Pemberdayaan perlu memperhatikan adanya keragaman budaya. Oleh karena itu perlu dilakukan beberapa metode dan pendekatan pemberdayaan yang sesuai dengan kondisi dilapangan.

k) Pemberdayaan diarahkan utnuk menggerakan partisipasi aktif individu dan masyarakat seluas-luasnya. Partisipasi ini dimulai dari tahapan perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, evaluasi, termaksud partisipasi dalam menikmati hasil dari aktivitas pemberdayaan.

60

l) Sasaran pemberdayaan perlu ditumbuhkan jiwa kewirausahan sebagai bekal menuju kemandirian. Jiwa kewirausahaan tersebut mulai dari mau berinovasi, berani mengambil resiko terhadap perubahan, mencari dan memanfaatkan peluang, serta mengembangkan networking sebagai kemampuan yang diperlukan dalam era globalisasi.

m) Setiap petugas yang melakukan pemberdayaan perlu memilki kemampuan, yang cukup, dinamis, fleksibel dalam bertindak serta dapat mengikuti perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat. Petugas pemberdayaan lebih berperan sebagai fasilisator.

n) Pemberdayaan perlu melibatkan berbagai pihak yang ada dan terkait dalam masyarakat, mulai dari unsure pemerintah, tokoh, guru, kader, ulama, pengusaha, LSM, relawan, dan anggota masyarakat lainnya. Semua pihak tersebut dilibatkan sesuai peran, potensi, dan kemampuannya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam sebuah laporannya mengenai konsep dan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat, memaparkan sepuluh prinsip yang dianggap dapat diterapkan diseluruh dunia. Sepuluh prinsip tersebut adalah:62

1) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan harus berhubungan dengan kebutuhan dasar dari masyarakat, program-program pertama

62 Fredian Tonny Nasdian. Pengembangan Masyarakat(Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), h. 47-48.

61

harus dimulai sebagai jawaban atas kebutuhan yang dirasakan orang-orang.

2) Kemajuan lokal dapat dicapai melalui upaya-upaya tak saling terkait dalam bidang dasar, akan tetapi pengembangan masyarakat yang penuh dan seimbang menuntut tindakan bersama dan penyusunan program-program multi tujuan.

3) Perubahan sikap orang-orang adalah sama pentingnya dengan pencapaian kemajuan material dan program-program masyarakat selama tahap-tahap awal pembangunan.

4) Pengembangan masyarakat mengarah pada partisipasi orang-orang yang meningkat dan lebih baik dalam masalah-masalah masyarakat, revitalisasi bentuk-bentuk yang ada dari pemerintah lokal yang efektif apabila hal tersebut belum berfungsi.

5) Identifikasi, dorongan semangat, dan pelatihan pemimpinan lokal harus menjadi tujuan dasar setiap program.

6) Kepercayaan yang lebih besar pada partisipasi wanita dan kaum muda dalam proyek-proyek pengembangan masyarakat akan memperkuat program-program pembangunan, memapankannya dalam basis yang luas dan menjamin ekspansi jangka panjang. 7) Agar sepenuhnya efektif proyek-proyek swadaya masyarakat

memerlukan dukugan insentif dan ekstensif dari pemerintah. 8) Penerapan program-program pengembangan masyarakat dalam

62

konsisten pengaturan administrasiyang spesifik, perekrutan dan pelatihan personil, mobilisasi sumberdaya lokal dan nasional, dan organisasi penelitian, eksperimen dan evaluasi.

9) Sumberdaya dalam bentuk organisasi-organisasi non pemerintah harusdimanfaatkan penuh dalam program-program pengembangan masyarakat pada tingkat lokal, nasional, dan internasional.

10)Kemajuan ekonomi dan sosial pada tingkat lokal mensyaratkan pembangunan yangparalel ditingkat nasional.

Dalam pelaksanaanya pemberdayaan memiliki makna dorongan atau motivasi, bimbingan atau pendampingan dalam meningkatkan kemampuan individu atau masyarakat untuk mampu mandiri. Upaya tersebut merupakan tahapan dari sebuah proses pemberdayaan dalam mengubah prilaku, mengubah kebiasaan lama menuju kebiasaan baru yang lebih baik, dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraanya.

Dokumen terkait