• Tidak ada hasil yang ditemukan

Guru adalah suatu profesi. Oleh karena merupakan profesi, maka sebelum seseorang menjadi guru haruslah terlebih dahulu menempuh jenjang pendidikan keguruan. Untuk Sekolah Lanjutan jenjang pendidikan keguruan yang menghasilkan guru adalah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP). Sungguhpun para guru telah dipersiapkan sedemikian melalui lembaga pendidikan, realitas menunjukkan bahwa di dunia ini tidak ada manusia yang terdidik penuh termasuk guru. Perkembangan IPTEK yang demikian pesat mengharuskan guru untuk belajar terus. Kalau tidak, ia akan ketinggalan dengan laju perkembangan.

Jika pendidikan telah pernah disinyalir akan terbirit-birit mengejar IPTEK, maka guru sebagai faktor kunci pendidikan di sekolahpun, tidak ada yang menjamin kalau mampu mengejar IPTEK. Yang mungkin dapat dilakukan adalah berusaha menjadikan mereka tidak terlalu jauh tertinggal

36

dengan serangkaian upaya Pembinaan guru (Depdikbud,1986). Istilah Pembinaan guru sendiri sebenarnya berasal dari kurikulum SD, SMP dan SMA tentang Pembinaan Guru (Depdikbud,1984; 1986). Dalam berbagai kepustakaan, baik Indonesia maupun asing, sering diistilahkan supervisi. Meskipun haruslah disadari, bahwa ada juga yang menempatkan Pembinaan guru atau supervisi ini dalam kerangka staff development, staff improvement, profesional growth dan career development.

Secara terminologis, Pembinaan guru sering diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru,terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah, Penilik Sekolah untuk meningkatkan proses dan hasil belajar. Jika yang dimaksud Pembinaan guru adalah supervisi,maka banyak pakar yang memberikan pengertian berbeda dengan inti yang sama. Kurikulum 1975 memberikan batasan supervisi sebagai bantuan kepada staf untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik (Depdibbud;1975).

37 Berdasarkan pengertian tersebut, nyatalah bahwa Pembinaan guru atau supervisi adalah sebagai berikut:

1). Serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional.

2). Layanan profesional tersebut diberikan oleh orang yang lebih ahli (Kepala Sekolah, Penilik Sekolah, Pengawas dan ahli lainnya) kepada guru .

3). Maksud layanan profesional tersebut adalah agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat tercapai.

Pembinaan guru atau supervisi dengan model lama (inspeksi) bisa menjadikan penyebab guru menjadi takut,tidak bebas dalam melaksanakan tugas dan merasa terancam keamanannya bila bertemu dengan supervisor, tidak memberikan dorongan bagi kemajuan guru. Oleh karena itu, semua kegiatan pembaharuan pendidikan, termasuk pembaharuan kurikulumnya, yang dilakukan dengan pengerahan waktu, biaya dan tenaga akan sia-sia.

Conny Semiawan (1985) mengemukakan bahwa penghalang bagi pembaharuan, termasuk dalam supervisi adalah sebagai berikut:

38

1. Sistem Pembinaan yang kurang memadai. Hal ini disebabkan oleh:

a) Pembinaan yang masih menekankan aspek administratif dan mengabaikan aspek professional,

b) Tatap muka antara Pengawas dan guru sangat sedikit,

c) Pengawas banyak yang sudah lama tidak mengajar,sehingga banyak dibutuhkan bekal tambahan agar dapat mengikuti perkembangan baru,

d) Pada dasarnya masih menggunakan jalur searah, dari atas ke bawah,

e) Potensi guru sebagai Pengawas kurang dimanfaatkan.

2. Sikap mental yang kurang sehat dari Pengawas. Hal ini disebabkan oleh:

a)Hubungan profesional yang kaku dan kurang akrab akibat sikap otoriter Pengawas, sehingga guru takut bersikap terbuka kepada Pengawas, b)Banyak Pengawas dan guru sudah merasa berpengalaman, sehingga tidak merasa perlu lagi belajar,

c) Pengawas dan guru merasa cepat puas dengan hasil belajar siswa.

39 a. Tujuan Pembinaan Guru

Tujuan Pembinaan guru adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru. Jika proses belajar meningkat, maka hasil belajar diharapkan juga meningkat. Dengan demikian,rangkaian usaha Pembinaan profesional guru akan memperlancar

pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar (Depdikbud,1986).

Secara umum, Pembinaan guru atau supervisi bertujuan untuk memberikan bantuan dalam mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui usaha peningkatan profesional mengajar (Depdikbud,1975), menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan perbaikan dan bila mana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan untuk diperbaiki sendiri (Nawawi, 1983).

Joesoef Djajadisastra (1975) mengemukakan tujuan Pembinaan guru atau supervisi, sebagai berikut:

40

a. Memperbaiki tujuan khusus mengajar guru dan belajar siswa

b. Memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan belajar mengajar

c. Memperbaiki metode, yaitu cara mengorganisasi kegiatan belajar mengajar d. Memperbaiki penilaian atas media

e. Memperbaiki proses belajar mengajar dan hasilnya

f. Memperbaiki pembimbingan siswa atas kesulitan belajarnya

g. Memperbaiki sikap guru atas tugasnya.

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut sangatlah jelas, bahwa supervisi atau Pembinaan guru bertujuan sebagai berikut:

a. Memperbaiki proses belajar mengajar

b. Perbaikan tersebut dilaksanakan melalui Pembinaan profesional

c. Yang melakukan Pembinaan adalah Pengawas d. Sasaran Pembinaan tersebut adalah guru, atau

orang lain yang ada kaitannya

e. Secara jangka panjang, Pembinaan tersebut adalah memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pendidikan.

41 b. Fungsi Pembinaan Guru

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, kemudian dapat diidentifikasi fungsi-fungsi Pembinaan guru. Fungsi-fungsi tersebut meliputi :memelihara program pengajaran sebaik-baiknya, menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi hal belajar ,memperbaiki situasi belajar anak-anak.

Supervisi juga berfungsi untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru, mengkoordinasi semua usaha sekolah, memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus, menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan dan ketrampilan guru serta staf, mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru.

Nyatalah, bahwa fungsi Pembinaan guru adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya pembinaan terhadap guru-guru dalam wujud layanan profesional.

42

c. Prinsip-prinsip Pembinaan Guru

Agar Pembinaan guru tersebut dapat dilakukan dengan baik, perlu dipedomani prinsip-prinsip Pembinaan guru. Yang dimaksud dengan prinsip adalah sesuatu yang harus dipedomani dalam suatu aktivitas. Para pakar mengidentifikasi prinsip-prinsip Pembinaan guru sesuai dengan sudut tinjau mereka. Depdikbud (1986) mengemukakan prinsip-prinsip Pembinaan guru sebagai berikut:

a. Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru b. Hubungan antara guru dengan Pengawas

didasarkan atas kerabat kerja

c. Pengawas ditunjang sifat keteladanan dan terbuka

d. Dilakukan secara terus menerus

e. Dilakukan melalui berbagai wadah yang ada f. Diperlancar melalui peningkatan koordinasi

dan sinkronisasi horizontal dan vertikal baik di tingkat pusat maupun daerah.

Dalam penggolongan yang lebih rinci lagi, Djajadisastra (1976) mengemukakan prinsip Pembinaan guru menjadi prinsip fundamental dan prinsip praktis. Yang dimaksud dengan prinsip fundamental adalah Pembinaan guru atau supervisi dipandang sebagai bagian dari keseluruhan proses

43 pendidikan yang tidak terlepas dari dasar-dasar pendidikan nasional Indonesia, yakni Pancasila. Supervisi pendidikan haruslah menggunakan prinsip-prinsip sila pertama sampai kelima Pancasila. Prinsip fundamental ini haruslah menjiwai kegiatan supervisi.

Yang dimaksud dengan prinsip praktis adalah kaidah-kaidah yang harus dijadikan pedoman praktis dalam pelaksanaan supervisi. Prinsip praktis oleh Djajadisastra dibagi lagi menjadi prinsip positif dan negatif. Tahalele (1979) juga mengemukakan bahwa prinsip praktis Pembinaan guru dapat digolongkan prinsip positif dan negatif. Prinsip positif berisi anjuran untuk memedomani sesuatu yang baik dalam pelaksanaan supervisi,sementara prinsip negatif berisi anjuran untuk meninggalkan sesuatu yang tidak baik, yang berakibat terhalangnya pencapainya tujuan pendidikan.

Adapun prinsip-prinsip positif tersebut meliputi hal-hal (Djajadisastra, 1976; Tahalele,1979) sebagai berikut:

a. Ilmiah, yaitu dilaksanakan secara sistematis,obyektif dan menggunakan instrumen. Sistematis maksudnya berurut dari masalah satu ke masalah berikutnya secara runtut. Obyektif maksudnya apa adanya,tidak

mencari-44

cari atau mengarang-ngarang. Menggunakan instrumen maksudnya, dalam melaksanakan Pembinaan guru harus ada instrumen pengamatan yang dijadikan sebagai panduan.

b.Kooperatif, artinya terdapat kerjasama yang baik antara guru dengan Pengawas. c. Konstruktif, artinya dalam melaksanakan

Pembinaan, hendaknya mengarah kepada perbaikan, apapun perbaikannya dan seberapapun perbaikannya.

d.Realistik, sesuai dengan keadaan,tidak terlalu idealistik.

e. Progresif, artinya dilaksanakan maju selangkah demi selangkah namun tetap mantap.

f. Inovatif, yang berarti mengihtiarkan pembaharuan dan berusaha menemukan hal-hal baru dalam Pembinaan.

g. Menimbulkan perasaan aman bagi guru-guru.

h.Memberi kesempatan kepada guru dan Pengawas untuk mengevaluasi diri mereka sendiri, dan menemukan jalan pemecahan atas kekurangannya.

Adapun prinsip-prinsip negatif Pembinaan guru adalah sebagai berikut:

a. Pembinaan guru tidak boleh dilaksanakan dengan otoriter.

b. Pembinaan guru tidak boleh mencari-cari kesalahan guru.

c. Pembinaan guru tidak boleh dilaksanakan berdasarkan tingginya pangkat.

45 d. Pembinaan guru tidak boleh terlalu cepat

mengharapkan hasil.

e. Pembinaan guru tidak boleh dilepaskan dari tujuan pendidikan dan pengajaran.

f. Pengawas tidak boleh merasa dirinya lebih tahu dibandingkan dengan guru.

g. Pembinaan guru tidak boleh terlalu memperhatikan hal-hal yang terlalu kecil dalam mengajar sehingga membelokkan maksud Pembinaan.

h. Pengawas tidak boleh lekas kecewa jika mengalami kegagalan.

d. Standar Kompetensi Guru

Standar kompetensi guru dikembangan secara utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru, yang dikembangkan menjadi kompetensi guru mata pelajaran. Untuk lebih jelasnya keempat standar kompetensi tersebut akan diuraikan satu-persatu, yaitu:

1). Kompetensi Pedagogik, meliputi:

a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.

46

b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.

d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.

f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

g) Berkomunikasi secara efektif,empatik dan santun dengan peserta didik.

h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

j) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2). Kompetensi Kepribadian, meliputi:

a) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia

47 b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

c) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa. d) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

e) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. 3). Kompetensi Sosial, meliputi:

a.Bersikap inklusif, bertindak subjektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. b.Berkomunikasi secara efektif, empatik dan

santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat. c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh

wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

d.Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

48

a.Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

b.Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.

c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

d.Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.

Dokumen terkait