• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan scientific menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan

70

ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi komunikasi, menalar/asosiasi, mencoba/mengumpulkan informasi, menanya, mengamati.71 Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

Menurut Dyer dkk. dalam buku Ridwan Abdullah Sani mengatakan bahwa pendekatan saintifik dapat dikembangkan dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses pembelajaran yakni: 1. mengamati, 2. menanya, 3. mencoba/mengumpulkan informasi, 4. menalar/asosiasi, 5. membentuk jejaring/melakukan komunikasi.72 Selain itu pendekatan ilmiah (scientific) dalam pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut:73

a) Mengamati, metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.

b) Menanya, guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan

71

Ridwan Abdullah Sani. Pembelajaran Saintifik …. hal. 54

72

Ibid, hal. 53

73

pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula guru membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula guru mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah

“pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga

dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal.

c) Menalar, istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah berguna untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

d) Mencoba, untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.

e) Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran Kolaboratif, pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai

kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru dan fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar. Sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinkan peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama.

Tahapan aktivitas belajar yang dilakukan dengan pembelajaran saintifik tidak harus dilakukan mengikuti prosedur yang kaku, namun dapat disesuaikan dengan pengetahuan yang hendak dipelajari. Pada suatu pembelajaran mungkin dilakukan observasi terlebih dahulu sebelum memunculkan pertanyaan, namun pada pelajaran yang lain mungkin siswa mengajukan pertanyaan terlebih dahulu sebelum melakukan eksperimen dan observasi. Aktivitas membangun jejaring juga mungkin dilakukan dalam upaya melakukan eksperimen atau juga mungkin dibutuhkan ketika siswa mendesiminasikan hasil eksperimennya.74 Oleh karena itu kegiatan pada pendekatan saintifik dapat dilakukan secara tidak urut dan didasarkan pada kebutuhan suatu kegiatan pembelajaran. Selain itu padanan kata dalam kegiatan pendekatan saintifik sangat banyak. Ridwan

74

menyebutkan kegiatan saintifik terdiri dari mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan informasi, menalar/asosiasi, komunikasi.75 Sedangakn Hosnan menyebutkan bahwa kegiatan pada pembelajaran pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kegiatan Pembelajaran Pendekatan Scientific76

Kegiatan Aktivitas Belajar

Mengamati (observing)

Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak, (tanpa dan dengan alat)

Menanya (Questioning)

Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang bersifat hipotesis, diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan)

Pengumpulan Data (experimenting)

Menentukan data yang diperlukan dan pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen), mengumpulkan data

Mengasosiasi (associating )

Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data/kategori, menyimpulkan dari hasil analisis data, mulai dari unstructured-uni structure-multistructure-complicated structure Mengomunikasikan

(communication)

Menyampaikan hasil konseptual dalam bentuk lisan,tulisan, diagram, bagan, gambar, atau media lainnya.

Sedemikian hingga dari kajian pendekatan saintifik di atas dapat menggunakan kata yang berbeda asalkan kata-kata tersebut merupakan padanan kata. Selain itu kegiatan pada pendekatan saintifik dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan yang ada dan dapat dilakukan secara fleksibel tanpa mengikuti prosedur yang kaku seperti yang dijelaskan di atas menurut pendapat ahli yang membuat kajian mengenai pendekatan saintifik.

75

Ibid, hal. 54

76

Hosnan, Pendekatan Saintifik …. hal. 39

E.Aritmatika Sosial 1. Prinsip

Di dalam prinsip matematika ada terdapat fungsi aritmatika, yaitu suatu fungsi matematika sederhana yang terdiri dari, penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian serta gabungan.77 Untuk lebih dapat memahami aritmatika sosial ini dengan baik, kita harus mengingat kembali materi yang terdahulu mengenai pecahan. Kita juga harus mengingat kembali mengenai operasi hitung pada bentuk aljabar karena materi yang akan dipelajari ini merupakan penggunaan aljabar dalam kehidupan sehari-hari.

Aritmatika sosial adalah materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari kita,78 seperti: Menghitung Nilai Keseluruhan, Nilai Per Unit dan Nilai Sebagian serta Harga Beli, Harga Jual, Untung, Rugi, Diskon (Rabat), Bruto, Tara dan Neto. Untuk lebih memperjelas materi ini, sebaiknya kita pahami pengertian dari masing-masing sub materi yang berkaitan dengan aritmatika sosial.

2. Karakteristik

Dalam pembelajaran matematika terdapat karakteristik tentang materi aritmatika sosial dalam kegiatan ekonomi, yang berupa harga keseluruhan, harga per unit, dan harga sebagian. Selain itu juga terdapat harga pembelian, harga penjualan, untung dan rugi serta rabat (diskon), bruto, tara, dan neto.

77

http://id.wikipedia.org/wiki/Aritmetika, diakses Senin, 9 Pebruari 2015, pukul 11.15 WIB

78

http://lenteramatematika.blogspot.com/2014/03/aritmatika-sosial.html, diakses Senin, 9 Pebruari 2015, pukul 11.26 WIB

Dalam karakteristik ini, dapat menggunkan konteks-konteks yang berupa permainan transaksi jual beli dengan memberikan beberapa kesepakatan awal. Penggunaan konteks ini bertujuan untuk memudahkan dalam mengkonstruksi konsep matematika tentang aritmatika sosial (harga keseluruhan, harga per unit, dan harga sebagian, dsb). Kegiatan yang digunakan dalam aritmatika sosial yaitu berupa benda yang dapat di perjualbelikan. Istilah ini merupakan bentuk situasi yang dikenal melalui proses generalisasi dan formalisasi.79

3. Ciri-ciri

a. Materi aritmatika sosial ini selalu berhubungan dengan kehidupan sehari-hari

b. Materi ini berkaitan dengan perekonomian atau perdagangan serta transaksi jual-beli

c. Pada materi ini, terdapat harga keseluruhan, harga per unit, dan harga sebagian. Selain itu juga terdapat harga pembelian, harga penjualan, untung dan rugi serta rabat (diskon), bruto, tara, dan neto

d. Perhitungan dalam materi ini menggunakan konsep aljabar melalui operasi hitung yang berupa pecahan dan lain-lain

e. Bentuk contoh soal-nya berupa soal cerita.

79

4. Langkah-langkah

a. Menghitung Harga Keseluruhan, Harga Per Unit dan Harga Sebagian

1) Pengertian

a) Harga keseluruhan adalah harga dari keseluruhan barang seperti : satu lusin, satu kuintal, satu kodi, dll.80

b) Harga Per Unit adalah harga dari satu buah barang seperti : satu buah pensil, satu buah pena, satu buah buku, dll.81

c) Harga Sebagian adalah harga sebagian barang dari keseluruhan seperti : tiga buah buku, lima pasang baju, delapan buah mangga, dll.82

2) Rumus83

a) Harga Keseluruhan = harga bayar - kembalian

b) Harga Per Unit = harga eceran = harga per satuan barang

c) Harga Sebagian = Jumlah sebagian barang x harga per unit barang.

80

Tim MGMP Kabupaten Tulungagung, Matematika. (Tulungagung: Tim MGMP Kab. Tulungagung, 2014), hal. 219-220

81

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Matematika. (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013), hal. 353

82

http://lenteramatematika.blogspot.com/2014/03/aritmatika-sosial.html, diakses Senin, 9 Pebruari 2015, pukul 11.30 WIB

83

b. Harga pembelian, Harga Penjualan, Untung, dan Rugi

1) Pengertian84

a) Harga beli adalah harga barang dari pabrik, grosir, atau tempat lainnya. Harga beli sering disebut modal. Dalam situasi tertentu, modal adalah harga beli ditambah dengan ongkos atau biaya lainnya

b) Harga jual adalah harga barang yang ditetapkan oleh pedagang kepada pembeli

c) Untung atau laba adalah selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian jika harga penjualan lebih dari harga pembelian d) Rugi adalah selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian

jika harga penjualan kurang dari harga pembelian. 2) Rumus85

a) Harga penjualan = harga beli + biaya perawatan

b) Harga pembelian = harga yang telah disepakati antara penjual dan pembeli = biaya pembuatan + uang kerja

c) Laba = harga penjualan – harga pembelian d) Rugi = harga pembelian – harga penjualan.

84

Tim MGMP Kabupaten Tulungagung, Matematika…, hal. 223 85

c. Rabat (Diskon), Bruto, Tara, dan Neto86

1) Rabat (diskon)

Rabat (diskon) adalah potongan harga atau lebih dikenal dengan istilah diskon. Dalam pemakainnya, terdapat perbedaan istilah antara rabat dan diskon. Istilah rabat digunakan oleh produsen kepada grosir, agen, atau pengecer. Sedangkan istilah diskon digunakan oleh grosir, agen, atau pengecer kepada konsumen.

2) Bruto, Tara, dan Neto

Bruto adalah berat barang beserta kemasannya, Tara adalah berat kemassan barang, dan Neto adalah berat barangnya saja.

Bruto = neto + tara Neto = bruto – tara Tara = bruto – neto

Jika diketahui persen tara dan bruto, dapat dicari tara dengan rumus sebagai berikut :

Tara = persen tara x bruto

Untuk menentukan harga bersih setelah memperoleh potongan berat (tara) dapat dirumuskan sebagai berikut :

Harga bersih = neto harga : satuan berat.

86

5. Kelebihan

a. Mempermudah perhitungan dalam perdagangan dan lain-lain

b. Untuk memperjelas harga keseluruhan, harga per unit, dan harga sebagian dari suatu barang

c. Untuk memperjelas harga pembelian, harga penjualan, untung dan rugi serta rabat (diskon), bruto, tara, dan neto dalam sistem perdagangan.

6. Kekurangan

a. Bisa terjadi kesalahan dalam perhitungan yang dapat menimbulkan kerugian

Dokumen terkait