• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN - BAB I II III DP (Halaman 31-39)

2.4.1 Pendidikan Nasional

Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan melalui undang-undang berupa Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 dan ditetapkan pada tanggal 27 Maret 1989.

Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, terarah, dan berkesinambungan yang memungkinkan seluas-luasnya peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukannya,masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Agar cita-cita mulia itu menjadi kenyataan, sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan. Ini penting agar (output) pendidikan kita mampu menghadapi rupa-rupa tantangan dan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Fungsi dan tujuan Standar Nasional Pendidikan, yaitu:

1) Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.

2) Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan Nasional yaitu: Pasal 2

Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pasal 3

Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional.

Pasal 4

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan

jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Pendidikan Nasional memiliki Visi dan Misi. Visi dan misi pendidikan nasional telah menjadi rumusan dan dituangkan pada bagian “penjelasan” atas UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Visi dan misi pendidikan nasional ini adalah merupakan bagian dari strategi pembaruan sistem pendidikan.

Visi Pendidikan Nasional:

Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya system pendidikan sebaga pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Misi Pendidikan Nasional:

Dengan visi pendidikan tersebut, pendidikan nasional mempunyai misi sebagai berikut:

1. mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;

2. membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar;

3. meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral; 4. meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga

pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; dan

5. memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI.

2.4.2 Konsep Budaya dalam Pendidikan Nasional Indonesia

Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah konsep budaya, yaitu menginternalisasikan nilai-nilai sebagai bangsa yang berkarakter, mempunyai jati diri, watak sebagai bangsa yang bermartabat, berdaulat, mandiri, tangguh, mencintai sesama, mampu menjadi tuan di tanah air sendiri, merasa berdiri sejajar dengan bangsa lain, dan mampu mendisain masa depannya sendiri tanpa menggantungkan nasibnya pada bangsa lain.

Oleh karena itu, kurikulum sebagai operasionalisasi dari hakikat, fungsi dan tujuan pendidikan nasional tidak hanya harus mampu berperan untuk transfer pengetahuan (knowledge transfer), tetapi juga harus mampu berperan dalam membentuk karakter peserta didik menjadi manusia Indonesia (nation and character building) dalam penyelenggaraan pendidikan di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Prof. Dr. Meutia Hatta Swasono menyampaikan bahwa saat ini, kita seringkali mendengar bahwa anak-anak Indonesia mampu menjuarai berbagai kompetisi ilmu pengetahuan pada tingkat internasional yang membuat perasaan kagum dan bangga, tetapi disisi yang lain, seringkali juga masih terjadi perkelahian antar pelajar, ‘bekerjasama dalam kecurangan” untuk menghadapi ujian, tidak merasa mencintai bangsanya dengan merusak atau mengotori fasilitas umum, merasa minder atau rendah diri dan cenderung untuk mengagungkan bahkan meniru nilai-nilai budaya asing tanpa mengetahui atau mengenal kebudayaan Indonesia yang kaya akan nilai-nilai luhur, sehingga terkadang mendistorsi rasa kebangsaan sebagai bangsa yang bermartabat.

Hal tersebut terjadi sebagai akibat dari kelengahan budaya dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia untuk membangun rasa keindonesiaan dalam bingkai pendidikan kebangsaan dan karakter bangsa (nation and character building) dalam dunia pendidikan di Negara Indonesia.

Oleh karena itu dalam sistem pendidikan nasional, harus dipahami esensinya bahwa pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan. Karena berkaitan dengan fungsinya dalam membangun rasa keindonesiaan dimana kebudayaan nasional (seluruh kebudayaan yang tersebar di Indonesia beserta nilai-nilai luhur yang ada didalamnya) harus berdaulat, dengan menjadi materi yang disosialisasikan dalam kurikulum pendidikan di Indonesia.

Pendidikan merupakan jalan utama dalam proses internalisasi dan sosialisasi kebudayaan, oleh karena itu nilai kebudayaan pada tiap daerah yang kaya makna dalam bentuk cerita rakyat, bahasa, ungkapan, pantun, kesenian, upacara adat yang didalamnya berisi nilai-nilai yang mengajarkan tentang kerukunan, kebersamaan, dan kearifan hubungan antara manusia dalam mengelola alamnya harus dikemas dan disajikan dalam kegiatan belajar-mengajar di tiap sekolah yang ada di seluruh Indonesia.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

1. Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/ menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi.

2. Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun luar sekolah.

3. Dapat disimpulkan bahwa profesi guru merupakan suatu bidang pekerjaan khusus yang memerlukan keahlian, kemampuan, ketelatenan, dan pengetahuan yang digunakan untuk melaksanakan tugas pokok seperti mendidik, mengajar, membimbing melatih, serta mengevaluasi peserta didiknya, agar memiliki sikap dan prilaku yang diharapkan.

4. Guru yang profesional yang memiliki kompetensi keguruan berkat pendidikan atau latihan di lembaga pendidikan guru dalam jangka waktu tertentu. Kompetensi guru yang dikatan sebagai modal dalam pengelolaan pendidikan dan pengajaran banyak macamnya. Secara garis besar dapat di lihat dari dua segi yaitu dari segi kompetensi pribadi dan dari kompetensi profesional.

5. Tujuan pendidikan nasional adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Oleh karena itu agar pendidikan dapat terwujud diperlukan tenaga pendidikan yang berlatar belakang mengerti akan profesi keguruan. Menjadi guru adalah menghayati profesi. Apa yang membedakan sebuah profesi, dengan pekerjaan lain adalah bahwa untuk sampai pada profesi itu seseorang berproses lewat belajar.

3.2 Saran

1. Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa menambah pengetahuan dan wawasan tentang profesi kependidikan.

2. Diharapkan bagi penulis lain untuk mencari referensi yang lebih relevan sebagai bahan dalam pembuatan makalah guna menciptakan tulisan yang lebih bermanfaat mengenai apa saja syarat-syarat profesi kependidikan tersebut.

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN - BAB I II III DP (Halaman 31-39)

Dokumen terkait