Tabel 6.5. Konsep prancangan penekanan studi pada tapak dan ruang-ruang di dalamnya
NO RUANG KRITERIA DESAIN STIMULASI
1 Tapak Pengolahan tapak dengan meradial jalan masuk menuju ke bangunan untuk mendapatkan pilihan yang semu, menuju ke banyak pilihan ruang
Visual dan gerakan
2 Ruang inisiasi umum
Sirkulasi, ruang terbuka, warna dan tekstur yang dapat membangkitkan semangat
visual, gerakan dan perasaan
3 Ruang inisiasi pemula
Ruang yang lebih leluasa memungkinkan anak berlari, mengolah bentukan masa yang dapat menggerakkan motorik anak, mengolah dinding dengan tektur yang lebih kasar
visual, gerakan dan perasaan
4 Kelas pemula1 membuat garis sebagai kontur/perbedaan level Gerakan menggunakan geometri dasar sebagai bentukan masa
dan ornamen
Visual menggunakan warna-warna atraktif Visual menggunakan imajinasi benda-benda sederhana Visual 5 Kelas pemula 2 Pengolahan ruang dengan elemen vertikal dan
horizontal yang merupakan elemen garis
Visual dan gerakan Membuat ruang dengan geometri dan warna dasar Visual
Bukaan yang lebar Visual dan perasaan Pengulangan bentuk-bentuk dasar Visual
6 Kelas pemula 3 Menggunakan garis sebagai ornamen dengan warna yang lebih lembut
Visual Garis-garis yang lebih teratur dan seirama Visual
Penyatuan objek dengan lingkungannya Visual dan perasaan Ruang-ruang yang saling berhubungan Visual dan gerakan 7 Ruang Inisiasi
menengah
Pengolahan bentuk-bentuk geometri sebagai dinding, sirkulasi, dan elemen pendukung seperti kolam, jalan, selasar.
Visual
Pengolahan warna dengan gradasi Visual Pengolahan objek yang menyerupai peristiwa
tertentu, seperti suasana hutan, sungai, lautan, dsb
Visual dan perasaan 8 Kelas
menengah 1
Membuat bentuk yang kompleks untuk dilalui, dilewati, dipanjati oleh anak
Gerakan
Membuat ruang secara geometri dengan pengulangan Visual dan gerakan Memakai gradasi warna Visual
Menyerupai objek tertentu Visual 9 Kelas
menengah 2
Membuat bentuk yang kompleks/abstrak dan menyatu dengan lingkungannya
Visual dan perasaan Permainan ruang 3 dimensi Visual dan gerakan
Menyatukan peristiwa alam dengan ruang dalam Visual dan perasaan Gradasi warna-warna yang lebih lembut Visual
10 Ruang inisiasi terampil
Permainan elemen vertikal dan horizontal dengan pengulangan dan gradasi warna yang lebih lembut
Visual, dan perasaan 11 Kelas terampil 1 Bermain elemen vertikal dan horizontal untuk efek 3
dimensi
Visual dan perasaan
Bukaan yang lebar visual
Bentuk geometri yang diulang memperhatikan proporsi, saka, kesatuan dan keharmonisan
Visual dan perasaan 12 Kelas terampil 2 Menggunakan ruang-ruang 3 dimensi yang
menggunakan bentuk-bentuk geometri abstrak
Visual dan perasaan Proporsi dan skala yang berbeda Visual dan perasaan Gradasi warna dengan pembayangan Visual
13 Ruang inisiasi kelas mahir
Ruang lebih tenang, bersinggungan langsung dengan lingkungan alam
Visual dan perasaan Pengolahan elemen vertikal dan horizontal yang lebih
jelas dengan bukaan yang menyatu dengan alam
Visual Pengolahan tekstur dan ornamen yang lebih kasar
dan nyata
visual
14 Kelas mahir 1 Tekstur yang kasar Visual dan perasaan Garis yang lebih jelas Visual
15 Kelas mahir 2 Pendefinisian ruang-ruang yang lebih jelas Visual dan gerakan Pendefinisian ornamen dengan garis yang lebih
abstrak
Visual 16 Galeri utama
(indoor)
Pengolahan elemen vertikal dan horizontal menyerupai suasana alam
Visual dan perasaan Pengolahan warna gradasi hijau Visual
Pengolahan garis, dan bentuk geometri dasar yang lebih kompleks
Visual dan perasaan Pengolahan slab yang dibuat dinamis, sehingga
terdapat irama pergerakan
Gerakan 17 Galeri utama
(outdoor)
Pengolahan elemen horizontal dengan perbedaan slab, sehingga menimbulkan pergerakan dan pengalaman meruang yang lebih kaya
Gerakan
Pengolahan elemen vertikal yang sederhana, dengan kolom, atau dinding yang berbukaan lebar
Visual Pengolahan warna dan tekstur yang lebih lembut Visual 18 Perpustakaan Pengolahan bentuk dengan menggunakan
penggabungan geometri dasar
Visual Pengolahan bukaan, dan elevasi ruang sehingga
menghasilkan pengalaman meruang yang berbeda
Gerakan dan visual Pengolahan elemen vertikal yang menghasilkan
pembayangan
Visual 19 Kantin Pengolahan elemen yang menyerupai sebuah
bentukan buah atau tanaman
Visual Dengan pewarnaan dan geometri dasar yang saling
bertransformasi
Visual 20 Sirkulasi Pengolahan elemen sirkulasi dengan kolam sehingga
tercipta suasana seperti di pinggir sungai, danau, maupun lautan
Visual dan perasaan
Pengolahan elemen sirkulasi dengan pepohonan sehingga tercipta seperti berada di antara pepohonan di hutan
Pengolahan desain pada ruang-ruang sesuai dengan stimulasi imajinasi gambar anak dengan pendekatan filosofi gambar anak. Pengolahan tersebut menggunakan parameter rangsangan visual, dan fisik. Parameter rangsangan fisik terdiri dari gerakan, rabaan, dan sense of place. Pengolahan diterapkan pada elemen arsitektural sebagai berikut:
1. Bentuk Masa
Bentuk-bentuk masa yang digunakan adalah bentuk-bentuk geometri dasar yaitu persegi, persegi panjang, lingkaran, dan segitiga. Bentuk-bentuk tersebut mengalami transformasi baik secara dimensional, secara substraktif, maupun secara aditif.
Tabel 6.6. Konsep perancangan bentuk No Bentuk Transformasi Digunakan pada
1 persegi Dimensional, aditif, dan substraktif.
Bentukan masa bangunan ruang kelas. Contoh:
Gambar 6.38. Ilustrasi bentuk mobil Sumber : hasil analisis penulis
Ornamen masa, detail ruang dan elemen pendukung ruang
Gambar 6.39. Ilustrasi ornamen masa, detail ruang dan elemen pendukung ruang
2 Lingkaran Dimensional, aditif, dan substraktif.
Bentukan masa bangunan galeri dan ruang pertemuan, contoh:
Gambar 6.40. Ilustrasi bentuk ruang Sumber : hasil analisis penulis 3 Segitiga Dimensional, aditif,
dan substraktif.
Hubungan antar ruang, bentukan tata masa dan detail arsitektural. 4 Penggabungan bentuk dasar geometri Dimensional, aditif, dan substraktif.
blokplan pada tapak, pengolahan tekstur ground, pengolahan dinding dan bukaan serta pengolahan fasad bangunan, siteplan, denah, tampak dan detail arsitektural.
bentuk kluster yang semu.
Gambar 6.41. Ilustrasi pengolahan gabungan bentuk Sumber : hasil analisis penulis
Sumber: hasil analisis penulis
Bentuk masa bangunan apabila dilihat dari tampaknya mengalami transformasi dari tak berbetuk sampai berbentuk. Pada masa galeri bentuk masa mengalami perkembangan transformasi tampak dengan pengolahan fasade bangunan. Merupakan 1 masa bangunan yang terkamuflase, seakan-akan terdiri dari beberapa bagian. Pada masa bangunan edukasi, perubahan transformasi terjadi secara bertahap sesuai dengan tahapan ruang kelasnya. Tahapan kelas untuk kompetensi awal menggunakan bentuk yang abstrak, sedangkan untuk tingkat mahir menggunakan bentuk yang regular.
2. Bentuk Ruang
Pengolahan bentuk ruang dengan mengolah elemen vertikal dan horizontal pendefinisian ruang yang samar, sehingga tidak terlihat membatasi ruang.
Tabel 6.7. Konsep perancangan ruang No Pendefinisi
ruang
Transformasi Digunakan pada 1 Elemen
horizontal
elevasi lantai, atap, dan ruang perantara sebagai stimulasi pergerakan. Contoh: Bidang yang terangkat kesan yang ditimbulkan, seperti terbang (melayang)/ terbang semu
Gambar 6.42. Ilustrasi pengolahan elemen horizontal
Sumber : hasil analisis penulis Diterapkan pada bangunan galeri utama.
2 Elemen vertikal dimensional Kolom yang berdiri sendiri, atau hubungan dari 3 buah kolom, dapat membentuk ruang yang semu.
Pendefinisian elemen vertikal pada dinding, kolom, dan bukaan sebagai stimulai visual.
Sumber: analisis penulis
Pengolahan elemen horisontal yang berundak pada ruang publik untuk memenuhi konsep stimulasi fisik dan pengolahan elemen vertikal dengan batasan imajiner berupa kolom atau vegetasi untuk menyatukan dengan alam.
Pada pengolahan bangunan galeri, slab dinaikkan lebih tinggi dari lantai dasar, untuk mencapai konsep keberlanjutan visual dan keterbatasan fisik. Elemen vertikal yang digunakan adalah batasan-batasan imajiner yaitu dinding-dinding kaca, sehingga ruang dalam pada bangunan galeri seakan-akan berada di luar ruang. Pada pengolahan bangunan luar ruang, batasan ruang menggunakan perbedaan slab.
Pada bangunan edukasi, konsep keberlanjutan visual antara ruang luar dengan ruang dalam diolah dengan batasan elemen vertikal yang imajiner. Pengalaman yang berbeda-beda diolah dengan view ke segala arah. Pengolahan dinding, atap dan lantai
yang menonjol akan menimbulkan pola pada interior dan eksterior yang berfungsi sebagai stimulasi imajinatif.
3. Pola organisasi ruang dan tata masa
Konsep pola organisasi Ruang yang digunakan yaitu bertujuan untuk menstimulasi imajinatif anak, melalui pergerakan dalam ruang-ruang yang menghasilkan pengalaman kepada anak-anak, melalui beberapa tahapan hingga mencapai tahap akhir. Pola organisasi ruang yang digunakan pada hubungan antar ruang adalah dengan organisasi radial dengan menyamarkan keberadaan ruang pusat.
Tabel 6.8. Konsep perancangan ruang No Pola organisasi
ruang
Transformasi Digunakan pada 1 radial Menggunakan datum,
atau anomali bentuk, posisi maupun ukuran
Pengolahan pada tapak. Peletakan masa bangunan utama, yaitu bangunan galeri dan bangunan pendidikan disusun secara radial. Keberadaan pusat dikaburkan oleh ruang lain disekitarnay yang mengalami pengenaan desain yang berbeda. Pusat merupakan ruang bersama, dapat berupa ruang terbuka maupun taman.
Menggunakan anomali posisi dan ukuran.
Gambar 6.43. Ilustrasi pengolahan anomali posisi Sumber : hasil analisis penulis
2 Kluster Menggunakan pola kluster dengan transformasi bentuk dan datum.
pola tatanan masa ini digunakan pada masa bangunan pendidikan, peletakan ruang-ruang kelas dengan dihubungkn oleh ruang-ruang bersama yang adalah ruang inisiasi. Pengolahan ruang inisiasi digunakan untuk menstimulasi visual, gerakan dan perasaan.
3 Linier Linier secara berkelok-kelok
Pola linier digunakan untuk menghubungan masa bangunan satu dengan lainnya, hal ini untuk mendukung pengalaman meruang yang lebih kaya yang diperoleh anak-anak di dalam tapak. Pola linier digunakan juga pada bangunan galeri. 3 hierarki Pengolahan topografi
tanah
Gambar 6.44. Ilustrasi pengolahan hierarki Sumber : hasil analisis penulis
Hal ini untuk merangsang keaktifan motorik anak. Sumber: analisis penulis
4. Skala
Skala yang digunakan adalah skala normal, karena mengingat penggunanya sebagian besar adalah anak-anak. Penerapan skala normal terutama dilakukan pada kelompok massa bangunan pendidikan. Skala monumental digunakan dalam perencanaan kelompok massa galeri, karena fungsinya sebagai vocal point sehingga dapat menarik perhatian pengunjung Graha Apresiasi Seni Lukis Anak di Yogyakarta, terutama dari luar tapak.
Gambar 6.45. Rencana skala pada Graha Apresiasi Seni Lukis di Yogyakarta Sumber: hasil analisis penulis
Gambar 6.46. Konsep Skala Ruangpada galeri Sumber: hasil analisis penulis
5. Bukaan
Konsep bukaan yang digunakan adalah bukaan yang besar untuk memaksimalkan kamuflase antara ruang luar dengan luar dalam, sehingga anak-anak seperti berada di luar ruang saat di dalam ruang dengan adanya keberlanjutan visual, namun ada keterbatasan pencapaian secara fisik, supaya kegiatan belajar mereka tidak
terganggu.
Gambar 6.47. Konsep Bukaan pada ruang-ruang kelas dan galeri Sumber: hasil analisis penulis
6. Pendekatan, akses masuk, dan sirkulasi
Konsep aksesibilitas pencapaian dari luar tapak menuju ke dalam tapak adalah akses pencapaian langsung (frontal). Hal ini untuk mempermudah pencapaian bagi anak-anak dan pengunjung. Namun sirkulasi menuju bangunannya digunakan pencapaian memutar. Hal ini digunakan untuk menyamarkan fokus anak dan menunda sekuen pencapaian sehingga diperoleh pengalaman meruang yang lebih lama.
Tabel 6.9. Konsep perancangan akses dan sirkulasi
No Pola Transformasi Digunakan pada
1 Frontal Menghilang di
dalam ruang
Pengolahan pada akses masuk ke dalam site bagi pengguna kendaraan.
2 Dibelokkan oleh suatu hal atau tidak langsung
Pada setiap titik diberi pengalaman visual yang berbeda
beda, dengan
menggunakan sequen waktu.
Pengolahan pada akses pejalan kaki, dan sirkulasi antar ruang-ruang di dalam tapak untuk memperoleh pengalaman imajinasi yang berbeda-beda.
Sumber: analisa penulis
7. Konfigurasi Jalur
Konsep Konfigurasi Jalur yang digunakan ada 3, yang pertama adalah penggunaan konfigurasi jalur langsung untuk mencapai gedung Utama dengan
mudah. Lalu digunakan konfigurasi Spiral pada area inisiasi sebagai wujud stimulasi imajinatif. Lalu digunakan konfigurasi jaringan pada hubungan antara ruang-ruang studio. Hal ini untuk memperlihatkan keterkaitan tahapan satu dengan lainnya.
8. Cahaya dan Pemandangan
Konsep Pencahayaan alami dirancang dengan mengoptimalkan bukaan-bukaan ke arah timur dan utara, hal ini untuk mendapatkan sinar matahari langsung dari arah timur dan memperoleh pemandangan akan peristiwa matahari terbit di sebelah timur. Pencahayaan buatan dirancang dengan direct lamp, dan indirect lamp untuk aksentuasi sehingga menimbulkan pengalaman meruang, dan diberi pula pencahayaan spot untuk vocal point yang menarik ingin tahu anak-anak.
Pemandangan ke bagian selatan dan barat tapak dimaksimalkan untuk memperoleh stimulasi imajinasi lingkungan alam yaitu persawahan, sedangkan pada ruang kelas yang berada di bagian utara site dimaksimalkan pemandangan ke pepohonan, untuk memberikan stimulasi imajinasi situasi hutan dalam rekayasa. 9. Material dan tekstur
Sebagian besar material yang digunakan adalah material lokal dari alam, yaitu batu dan kayu, karena salah satu stimulasi yang ingin diberikan adalah kedekatan dengan lingkungan alam. Dalam perancangan ruang-ruang digunakan material batu bata, kayu dan batu alam untuk memberikan kesan dekat dengan alam, namun pada beberapa bagian ditutup dengan plester dan cat berwarna polos untuk menutpi material asli.
Teksur digunakan sebagai stimulasi rabaan terhadap anak-anak. Tekstur yang digunakan adalah tekstur yang kasar, dan lembut sehingga anak-anak dapat merasakan perbedaan tekstur tersebut. Tekstur yang kasar dibentuk dengan menggunakan pola pada ground, pada dinding, dan dengan memaju mundurkan dinding, sehingga menimbulkan tekstur secara visual.
10. Warna
Konsep penggunaan warna yang akan digunakan untuk menstimulasi imajinasi anak yaitu sebagai berikut:
Tabel 6.10. Konsep penggunaan warna dalam ruangan STIMULASI ANALISIS
KARAKTER
ANALISIS WARNA APLIKASI PERANCANGAN Imajinasi Imajinasi
memancing keingin tahuan anak, energik. Kaya akan ide dan gagasan. Optimis.
Warna merah memberi kesan menggairahkan energik dan kuat.
Diaplikasikan sebagai aksen desain studio Pengalaman Pengalaman memberikan stimulasi kepada perasaan. Membangkitkan semangat, menimbulkan gejolak emosi.
Warna oranye dapat memainkan perasaan.
Diaplikasikan sebagai aksen desain studio
Presentasi Dapat menarik perhatian anak, cerdik, kaya ide, sumber kekuatan.
Ketenangan, kedamaian. Istirahat, sejuk.
Warna kuning dapat menarik perhatian.
Warna biru dapat memberikan ketenangan dalam melukis
Warna hijau dapat memberikan kesan kedekatan dengan alam
Dimainkan sebagai aksen pada desain ruang-ruang
komunal
Diaplikasikan pada ruang studio tingkat mahir Diaplikasikan pada aksen ruang-ruang galeri. Kepolosan Kepolosan merupakan titik awal imajinasi
murni Warna putih mencerminkan kepolosan anak-anak, untuk menerima pengaruh dari luar, sebagai penetral.
Karena putih melambangkan kepolosan, maka putih digunakan sebagai dasar warna bangunan
keseluruhan. Sumber: analisis penulis
Beberapa ilusrasi detail arsitektural sebagai stimulasi imajinasi, di antaranya adalah sebagai berikut:
Tabel 6.11. Konsep pengolahan detail arsitektural
Gambar 6.48. Sculpture sebagai vocal point, manerik perhatian anak-anak
Gambar 6.49. Sebuah sirkulasi, dibangun supaya anak mersa di dalam ruang
Gambar 6.50. Tantangan dalam sirkulasi (pengolahan ground)
Gambar 6.51. Dinding menjadi bidang alas
Gambar 6.52. Studio luar ruang,peristiwa matahari terbit,
pengolahan bidang alas yang fungsional
Gambar 6.53. Perbedaan level membuat orang dilantai 2 bisa melihat orang seakan-akan
berada disungai
Gambar 6.54. Anak-anak tertarik menuju sesuatu yang menarik perhatian mereka
Gambar 6.55. Permainan bukaan dinding, sebagai alat mereka menggambar bulan, yang seakan berada dalam sebuah bidang gambar
Gambar 6.56. Skematik ruang baca dan studio perpustakaan
Gambar 6.57. Sekuen yang berbeda-beda dengan pengolahan elemen vertikal
Gambar 6.58 .anak seakan berada di dalam air, pengolahan pada dinding dan bidang alas
Gambar 6.59. Keberlanjutan visual, anak-anak tetap bisa merasa seperti di dalam hutan, dengan bukaan yang maksimal kematik
Gambar 6.60. Anak menghafal sesuatu karena apa yang sudah dilaluinya
Gambar 6.61. Susunan geometri bentuk menyerupai istana, stimulasi imajinatif anak
Sumber: analisis penulis 6.2.3. Konsep Perancangan Aklimatisasi Ruang
1. Penghawaan Ruang Konsep perancangan :
Dengan konsep perancangan level bangunan yang berbeda-beda maka untuk menunjang konsep penghawaan, bangunan Graha Apresiasi Seni Lukis Anak di Yogyakarta dirancang dengan ketinggian yang berbeda sehingga udara dapat mengalir. 2. Pencahayaan Ruang
Konsep perancangan :
Pengoptimalan cahaya matahari sebagai penerangan utama pada Graha Apresiasi Seni Lukis Anak di Yogyakarta untuk kegiatan yang lebih banyak dilakukan pada waktu siang hari. Pencahayaan pada ruang dalam bangunan diperoleh dari atas (lubang atap) dan/atau dari samping (lubang dinding). Cahaya dari samping, melalui jendela, tidak optimal karena terbatas jangkaunnya. Maka diterapkan mempertinggi jendela atau memberi cahaya dari dua arah dengan pencahayaan bertingkat menguntungkan penerangan. Bukaan yang bervarisi juga dapat
memebrikan teknik pembayangan yang berbeda-beda yang jatuh pada slab, hal ini dijadikan stimulasi penglihatan.
D. Konsep Perancangan Struktur dan Konstruksi 1. Sistem Struktur
Struktur pondasi yang dipilih adalah yakni Pondasi Foot Plat untuk massa bangunan utama dan Pondasi Menerus dari batu kali untuk massa bangunan penunjang dan massa-massa sederhana lainnya. Sedangkan untuk struktur atap dipilih struktur rangka ruang.
Secara keseluruhan struktur yang digunakan menggunakan struktur sederhana (untuk bangunan 2-3 lantai), dengan kolom dan balok. Grid-grid disusun beraturan dengan eksplorasi pada struktur:
a. menonjolkan kolom dan balok dari elemen pengisinya. Selain berfungsi sebagai eemen structural, secara arsitektural juga sebagai pengolahan fasade dan stimulasi imajinasi bagi anak-anak.
b. Pengolahan bentuk dan posisi struktur sehingga menjadi elemen yang menarik perhatian penikmat saat melaluinya.
c. Pengolahan warna dan posisi yang berbeda dari deretannya. Menggunakan anomali sebagai pengolahan perbedaan tersebut. Struktur yang dibedakan tersebut dapat sebagai penunjuk arah.
Gambar 6.62. Ilustrasi tampak bangunan dengan struktur yang dieksplorasi Sumber : analisis penulis
2. Konstruksi dan Bahan Bangunan
Berdasarkan analisis penyelesaian konsep, bahan yang digunakan adalah bahan yang sama dengan kondisi asli suasana yang ingin diciptakan. Untuk menciptakan suasana alami hutan, maka digunakan material asli kayu, dan batu-batuan. Untuk mendukung suasana alami sungai, kolam didesain dengan batu-batuan asli didalam aliran air. Penggunaan material asli pada bangunan, seperti batu bata, dan batu ekspos yang tidak tertutup finishing. Pada beberapa bagian ditutupi oleh finishing warna, sebagai perbedaan atau penunjuk arah.
Konstruksi beton bertulang menjadi pilihan utama pada perancangan struktur, dengan asumsi bahan mudah didapat dan harga relatif terjangkau.
E. Konsep Perancangan Utilitas Bangunan 1. Sistem Jaringan Air
Jaringan Air Bersih
Sistem distribusi yang digunakan adalah sistemDown-Feed Distribution, yaitu pengaliran air bersih dari PDAM dan sumur air tanah yang ditampung kewater tower, kemudian dialirkan ke ruang-ruang dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
Gambar 6.63.Konsep Sistem Jaringan Air Bersih
Jaringan Air Kotor
Pembuangan air kotor dalam bangunan Graha Apresiasi Seni Lukis Anak di Yogyakarta dapat dialirkan ke sumur peresapan atau selokan yang terdapat di sekitar site.
Pada prinsipnya pembuangan air kotor adalah:
· Air hujan : dialirkan melalui saluran yang menuju parit/ sungai. · Air kotor : dialirkan ke sumur peresapan.
· Air kotoran : dimasukkan ke dalamseptic tank, kemudian dialirkan ke sumur peresapan.
Gambar 6.64. Konsep sistem jariangan air kotor
2. Sistem Jaringan Listrik
Sumber aliran listrik yang direncanakan adalah :
· Melalui Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) sebagai sumber utama.
· Generator set yang digunakan sebagai sumber cadangan bila aliran listrik dari PLN mati.
Gambar 6.65. Konsep sistem jariangan air kotor 3. Sistem Pemadam Kebakaran
Perencanaan sistem pemadam kebakaran :
·Smoke detector,deteksi dini terhadap asap yang ditimbulkan oleh api.
·Sprinkler system,alat penyembur air di dalam ruang yang secara otomatis bekerja bila suhu di dalam ruangan telah melampaui ambang batas normal, dengan jarak antara 6-9 meter,
·House rack,terletak di dalam bangunan dengan jarak strategis 25-30 m.
· Hydrant, yaitu sumber air dengan tekanan tinggi, ditempatkan di luar bangunan dengan jarak 10 meter.