• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PERANCANGAN V.1 Penerapan Tema

1. Menghargai site

• Bangunan cottage pada perancangan ecotourism resort dikonsep menggunakan pondasi umpak, sehingga meminimalisir perusakan terhadap site.

Gambar 5.1 Penggunaan pondasi umpak pada bangunan

• Menggunakan perkerasan ramah lingkungan

2. Meminimalisir penggunaan SDA baru • Menggunakan konstruksi bambu

Penerapan bahan bangunan merupakan hal yang penting dalam menerapkan Green Architecture di dalam sebuah proyek. Dalam hal ini yang akan digunakan adalah bahan konstruksi bambu. Selain sebagai upaya untuk mengurangi pemakaian sumber baru untuk bahan bangunan, pemakaian bahan ini juga dimaksudkan untuk memperoleh pengudaraan alami terhadap bangunan. Karena bambu sebagai bahan alami yang memiliki pori-pori dan berbentuk tabung dengan rongga di dalamnya, juga memiliki kemampuan meredam panas. Pada saat bangunan terpapar panas di siang hari, bambu ini melepaskan udara dingin yang disimpan sejak semalam. Di lain pihak, pada saat malam hari di mana udara luar menjadi dingin, ia melepaskan panas yang disimpan sejak siang hari.

Dinding bangunan menggunakan anyaman bambu yang dibuat empat lapis, sehingga cukup rapat untuk tidak dimasuki debu dan udara. Plafonnya juga menggunakan anyaman bambu dengan mengekspos kasau dan gording yang juga dari bamboo. Sehingga pada siang hari di dalam bangunan terasa sejuk, pada malam hari terasa hangat.

Keunggulan bambu sebagai bahan bangunan

Penggunaan bambu sebagai bahan bangunan, baik primer, sekunder, atau semi-permanen adalah umum untuk daerah-daerah dimana bambu tumbuh dalam jumlah yang cukup memadai.

Bambu memiliki beberapa fitur berikut yang membuatnya menjadi bahan yang nyaman dan ekonomis untuk membuat bangunan rumah:

1. Bentuknya alamiah & artistik. Batang bambu bisa langsung dipakai tanpa proses pabrikasi, bentuk batang bambu memudahkan dalam penyimpanan dan pengiriman ke tempat penggunaan. Sehingga secara keseluruhan jika menggunakan bambu menjadi ekonomis. 2. Batang bambu memiliki struktur fisik karakteristik yang memberikan kekuatan tinggi dengan rasio berat bambunya. Bentuk bambu yang bulat, kekuatan strukturnya terkonsentrasi pada permukaan dinding luar, membentuk sebuah shell yang kuat dan tangguh.

3. Penggunaan batang bambu sebagai bahan bangunan tidak memerlukan mesin mahal, cukup dengan alat-alat yang sederhana.

4. Permukaan alami dari bambu banyak yang bersih, keras dan halus, dengan warna yang menarik, jika batang bambu dipanen pada umur yang cukup ketuaannya.

5. Bambu memiliki sedikit limbah dan boleh dikatakan semuanya bisa dimanfaatkan.

3. Bekerjasama dengan iklim

• Memanfaatkan energi angin sebagai pengudaraan alami

Energi angin yang di manfaatkan sebagai penghawaan alami dikonsep dengan melakukan bukaan yang besar, seperti selasar yang digunakan tanpa partisi. Angin yang datang disaring terlebih dahulu dengan memanfaatkan vegetasi yang berfungsi sebagai buffering. Angin yang kencang di saring sehingga menghasilkan udara yang sepoi-sepoi.

• Memanfaatkan energi matahari sebagai pencahayaan alami

Dengan menyediakan bukaan yang besar pada dinding bangunan.

Gambar 5.4 bukaan besar pada bangunan

• Memanfaatkan gelombang laut menjadi energi listrik

Pembangkit listrik tenaga ombak ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan pembangkit listrik lainnya. Sumber energi pembangkit listrik, yaitu gelombang laut, dapat diperoleh secara gratis sehingga biaya operasinya cenderung lebih rendah daripada pembangkit lainnya. Pembangkit ini tidak membutuhkan bahan bakar sehingga tidak menghasilkan limbah yang membahayakan lingkungan. Kapasitas energi yang dihasilkan jauh lebih besar daripada pembangkit tenaga angin. Energi yang dihasilkan oleh arus air 12 mph sebanding dengan energi yang dihasilkan oleh angin dengan kecepatan 110 mph. Produksi listrik juga relatif lebih stabil dan dapat diprediksi karena intensitas dan kondisi ombak di laut dapat diperkirakan sejak jauh-jauh hari.

4. Holistik

Konsep green architecture memerlukan pendekatan holistik terhadap lingkungan, baik itu alam maupun manusia.

Dalam perancangan ecotourism resort ini, disediakan sarana workshop untuk menunjang perekonomian masyarakat sekitar. Pada sarana workshop ini pengunjung dapat belajar tentang budaya setempat, seperti membuat souvenir dengan bahan baku kerang, proses penjemuran ikan, pembuatan souvenir dari akar kayu laut, dan sebagainya.

Gambar 5.6 Sarana Workshop V.2 Konsep Vegetasi

1. Pohon kelapa

Pohon kelapa merupakan pohon khas yang terdapat disepanjang tepi pantai kepulauan ini.

Keberadaan pohon kelapa ini akan dipertahankan sebagai vegetasi khas.

Gambar 5.7 vegetasi kelapa V.3 Konsep Dancing Light

Konsep dancing light yaitu memanfaatkan sinar matahari sebagai ornamen penghias ruangan. Konsepnya, sinar matahari yang masuk dari celah-celah daun pohon di biarkan masuk ke ruang objek rancang, dengan meletakkan atap skylight pada teras. Sinar matahari akan jatuh kelantai teras. Dan ketika daun pepohonan bergerak akibat hembusan angin, sinar matahari tersebut akan bergerak juga seolah-olah menarai.

Gambar 5.8 Penerapan konsep dancing light pada teras

V.4 Konsep IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah)

Terdapat dua cara untuk mencegah dan mengatasi pencemaran peraira, yaitu dengan cara kimia dan dengan cara biologis.

Untuk menerapkan konsep green pada perancangan Ecotourism Resort ini, digunakan sistem biologis dalam pengelolaan air limbah. Air limbah dari hunian di tampung kedalam 3 (tiga) bak penampungan. Bak pertama berfungsi menampung limbah hunian. Kemudian disalurkan ke bak penampungan 2 (dua) yang berisi eceng gondok sebagai penetralisir kadar zat-zat yang berbahaya bagi lingkungan. Kemudian limbah yang telah dinetralisir pada bak penampungan 2 (dua) disalurkan ke bak penampungan 3 (tiga) yang berisi ikan mas. Ikan mas merupakan ikan yang stabil sehingga apabila ikan pada bak penampungan mati, dapat ditarik kesimpulan bahwa air yang melewati bak penampungan 2(dua) belum bersih, sehingga blm dapat dibuang ke laut. Namun apabila ikan tersebut masih bertahan hidup, makan limbah yang telah disaring tersebut dapat di buang ke laut.

Gambar 5.9 Konsep instalasi penyaringan air limbah V.5 Konsep Dinding Plaster

Konstruksi dinding bambu plasteran merupakan salah satu alterbatif konstruksi yang patut dikembangkan mengingat potensi bambu yang masih sangat besar di Indonesia. Konsep dinding bambu plesteran merupakan konsep rumah murah dengan karakter dinding tembok yang memanfaatkan potensi bambu suatu daerah. Bambu dipakai sebagai bahan dinding dan sekaligus rangka bangunan, yang kemudian diplester untuk mendapatkan tambahan kekuatan dan ekspresi dinding tembok pada umumnya.

Konstruksi dinding bambu plaster dikembangkan berdasarkan penelitian rumah bambu plasteran peninggalan Belanda yang mampu bertahan hingga 90 tahun. Perubahan mendasar daru rumah bambu plasteran Belanda adalah pemakaian bambu sebagai rangka dinding menggantikan kayu. Keseluruhan sinsing anyaman sasak dan rangka bambu ini akan diplester sehingga menghasilkan kekuatan yang lebih baik dan ekspresi rumah tembok.

Bak Penampungan 1

Bak Penampungan 2 Berisi eceng gondok

Bak Penampungan 3 Berisi ikan mas

V.6 Konsep Zoning

Gambar 6.1 Konsep zoning berdasarkan tamu menginap dan tidak menginap

Gambar 6.1 Konsep zoning berdasarkan fungsi bangunan

Public area Private area

Private area

Public area

BAB VI

Dokumen terkait