• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Konsep Perilaku

Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2003) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia dari segi biologis adalah tindakan atau aktivitas manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas seperti berjalan, berbicara, menangis, bekerja dan sebagainya. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus Skiner membedakan perilaku menjadi dua yaitu :

a. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku Terbuka (Over Behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2003), perilaku dibagi dalam tiga domain (kognitif, afektrif, dan psikomotorik) untuk kepentingan tujuan pendidikan dalam pengembangan dan meningkatkan ketiga domain pengukuran hasil pendidikan. Caranya dengan mengukur pengetahuan terhadap materi yang diberikan (knowladge) sikap atau tindakan yang dilakukan sehubungan dengan materi (practice).

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Yakni, indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penegtahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan tindakan seseorang (Over Behavior). Perilaku didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan memiliki 6 tingkatan yaitu : a. Tahu (Know)

Meningkatkan kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami artinya kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan menjabarkan suatu objek kedalam komponen- komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya antara satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilain terhadap suatu materi atau objek.

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat dan pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan pernyataan hipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2003). Kuesioner mengacu pada skala likert dengan

bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan terdiri dari jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju (Hidayat, 2007).

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga memiliki beberapa tingkatan yaitu :

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.2.1. Perilaku

Perilaku berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia dan merupakan usaha memenuhi kebutuhannya. Perilaku merupakan refleksi berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi sikap dan sebagainya (Notoatmodjo 2003).

Menurut L. Green dalam Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa masalah kesehatan disebabkan oleh faktor perilaku dan non perilaku. Faktor non perilaku mempengaruhi secara tidak langsung terhadap masalah kesehatan. Sedangkan faktor perilaku mempengaruhi secara langsung.

Green membedakan faktor penyebab perilaku dalam tiga bentuk yaitu : 1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

Menjadi dasar/motivasi bagi perilaku. Termasuk didalamnya pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai.

2. Faktor Pendukung (Enabling Factor)

Yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas- fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

3. Faktor Pendorong (Reinforcing Factor)

Yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas- fasilitas, sikap, dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

2.2.2. Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja

Seks adalah jenis kelamin. Segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin disebut dengan seksualitas. Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas seperti dimensi biologis, psikologis, sosial dan kultural. Perilaku seksual

sering ditanggapi sebagai hal yang berkonotasi negatif, padahal perilaku seksual ini sangat luas sifatnya. Perilaku seksual merupakan perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan jenisnya seperti mulai dari berdandan, mejeng, mengerlingkan mata, merayu, menggoda , bersiul (Kusmiran, 2012).

Menurut Sarwono (2011), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkh laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama.objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sedangkan menurut Seotjiningsih (2008), perilaku seksual pranikah remaja adalah segala tingkah laku seksual yang didorong oleh hasrat seksual lawan jenisnya, yang dilakukan oleh remaja sebelum mereka menikah.

Perkembangan perilaku seksual pada remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perkembangan psikis, fisik, proses belajar dan sosio kultural yang erata kaitannya dengan aktifitas seksual remaja. Beberapa aktifitas seksual yang sering dijumpai pada remaja yaitu sentuhan seksual, seks oral, seks anal, masturbasi dan hubungan heteroseksual (Pangkahila dalam Soetjiningsih, 2010).

Dokumen terkait