• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

5. Konsep Postmodernisme

Dari penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya mengenai perkembangan postmodernisme hingga ciri-ciri postmodernisme dapat diketahui bahwa dalam konsep postmodernisme terdapat beberapa prinsip yang menonjol dalam konsep pemikirannya. Berikut adalah skema prinsip-prinsip postmodernisme.

Skema 2.1 : Prinsip Postmodernisme

41

Jean Baudrillird, Kelahiran Postmodern, 2011. (Online)

(http://mouzena20.blogspot.com/2013/01/makalah-postmodernisme.html diakses pada 23 Desember 2013). POSTMODERNISME postmodernisme secara umum adalah proses diferensiasi dan munculnya peleburan di segala bidang merupakan intensifikasi (perluasan konsep yang dinamis) merupakan upaya terus menerus untuk mencari kebaruan eksperimentasi dan revolusi kehidupan menentang segala bentuk pemikiran totalitas

Dalam bukunya Visi-visi Postmodern, Dafid Ray Griffin menjelaskan bahwa konsep postmodernisme sebenarnya merupakan gagasan untuk bergerak maju ke suatu dunia postmodernisme, ini berarti mengambil unsur-unsur yang baik dari modernitas dan memperbaiki yang buruk. Hal-hal yang baik antara lain, ideal tentang komunitas, kebebasan dan persamaan. Kepekaan postmodernitas, yang mengakui adanya hubungan-hubungan internal, tidak menganggap kebebasan, persamaan dan persaudaraan sebagai pertentangan satu sama lain, melainkan sebagai ideal-ideal yang saling mendukung.42

Postmodernisme yang kita pahami saat ini, merupakan konsep pemikiran baru yang hadir dalam berbagai bidang kehidupan, antara lain seni, filsafat, sastra, arsitektur dan lain sebagainya. Namun, pemikiran Griffin di atas sangat mendukung terbentuknya konsep-konsep baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan saat ini. Hal-hal baik yang diusung oleh postmodernisme antara lain tentang komunitas, kebebasan, dan persamaan dapat dikembangkan dalam dunia pendidikan hingga menjadi warna baru dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Dari beberapa tema besar yang diusung oleh postmodernisme dapat ditarik beberapa kajian keilmuan dalam dunia pendidikan yang berkembang saat ini. Komunitas, kebebasan dan persamaan menjadi kajian penting

kebebasan akademik dalam pendidikan, khususnya di Perguruan Tinggi. Hal ini diperkuat dalam penjelasan yang dikemukakan oleh Akbar S Ahmed, dalam bukunya Post modernisme and Islam (1992), terdapat delapan ciri karakter sosiologis postmodernisme (yang telah dijelaskan sebelumnya). Dari beberapa ciri tersebut, dapat diambil salah satu diantaranya, yakni ciri keenam, sebagai berikut:

Ciri keenam, semakin terbukanya peluang bagi berbagai kelas sosial atau kelompok minoritas untuk mengemukakan pendapat secara lebih bebas dan terbuka. Dengan kata lain, era postmodernisme telah turut mendorong proses demokratisasi.43

Proses demokratisasi inilah yang berdampak pada kuatnya media sebagai ciri yang mendefinisikan postmodern. Akbar S. Ahmed juga mengemukakan pendapatnya tentang media, dalam bukunya Postmodernisme;Bahaya dan Harapan Bagi Islam, sebagai berikut:

Argumen saya adalah bahwa media merupakan ciri pokok postmodernisme, dan bahkan saya mendefinisikan peradaban global yang dominan pada zaman kita. Luas jangkauan postmodernisme – harapan, kemenduaan dan tantangannya – tidak mungkin dipahami tanpa memahami media.44

Postmodernisme juga mengusung wacana gender. Seperti yang kita ketahui, Gender merupakan salah satu tema besar dalam kajian dunia pendidikan saat ini yang bermula dengan munculnya paradigma feminisme. Dalam dunia pendidikan, pembahasan mengenai definisi, peran dan fungsi

43

Akbar S. Ahmed, Postmodernisme and Islam,hlm. 38 44

serta implemetasi gender tak akan pernah surut seiring dengan perkembangan zaman. Kajian gender dalam postmodern juga tertuang dalam pemikiran David Ray Griffin. Di dalam bukunya Visi-visi Postmodern dijelaskan:

Feminisme bukanlah persoalan menyesuaikan hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, akan tetapi sebaliknya politik sosial mencerminkan komplek keseluruhan interaksi manusia dengan alam. Kaum feminis memahami bahwa kaum perempuan tidak lagi bersifat pasif, karena sisi feminisme sudah masuk dalam berbagai bidang kehidupan, dan mulai menunjukkan eksistensinya dalam hal gender, ras, politik global, struktur keluarga, ekonomi lingkungan dan lain sebagainya.45

Diskursus tentang gender berawal dari persepsi feminis terhadap perbedaan biologis laki-laki dan perempuan, yang berlanjut pada pro dan kontra dalam mengkonstruk kembali peran sosial perempuan dalam relasinya dengan laki-laki. Epistemology penelitian gender secara garis besar bertitik tolak pada paradigma feminisme.46 Selanjutnya, wacana kesetaraan dan keadilan gender tidak hanya memasuki perguruan tinggi Islam baik negeri maupun swasta, tetapi juga organisasi dan lembaga-lembaga berbasis keagamaan yang secara intens menyuarakan perlunya pemikiran konstruktif seputar kesetaraan dan keadilan gender dalam kajian keislaman.47

45

Dafid Ray Griffin. Spirituality, hlm. 99 46Mufidah, Paradigma Gender, hlm. 23

B. Kebebasan Akademik

1. Pengertian Kebebasan Akademik

Pengertian Akademik secara etmologi berasal dari bahasa Yunani yaitu academos yang berarti sebuah “taman umum (plasa)” di sebelah barat laut kota Athena. Nama Academos adalah nama seorang pahlawan yang terbunuh pada saat perang legendaris Troya. Pada plasa inilah filosof Socrates berpidato dan membuka arena perdebatan tentang berbagai hal. Tempat ini juga menjadi tempat Plato melakukan dialog dan mengajarkan pikiran-pikiran filosofisnya kepada orang-orang yang datang. Sesudah itu, kata academos berubah menjadi akademik, yaitu semacam tempat perguruan. Para pengikut perguruan tersebut disebut academist, sedangkan perguruan semacam itu disebut academia. Sedangkan pengertian akademik secara terminologi adalah keadaan orang-orang bisa menyampaikan dan menerima gagasan, pemikiran, ilmu pengetahuan, dan sekaligus dapat mengujinya secara jujur, terbuka, dan leluasa di suatu perguruan tinggi.48

Kebebasan yang dimiliki oleh pribadi-pribadi anggota sivitas akademika (mahasiswa dan dosen) untuk bertanggungjawab dan mandiri yang berkaitan dengan upaya penguasaan dan pengembangan Iptek dan seni yang mendukung pembangunan nasional. Kebebasan akademik meliputi

48

Samudi. 2013. Upaya Meningkatkan Budaya Akademik Di Perguruan Tinggi. (Online), (http://samudi-mpd.blogspot.com/2013/10/budaya-akademik-di-perguruan-tinggi_1687.html, diakses pada 18 Januari 2014)

kebebasan menulis, meneliti, menghasilkan karya keilmuan, menyampaikan pendapat, pikiran, gagasan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni, dalam kerangka akademis.49

Dokumen terkait