• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep dan Prinsip Dasar Good Corporate Governance (GCG) .1 Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance (GCG)

LANDASAN TEORITIS

2.6 Konsep dan Prinsip Dasar Good Corporate Governance (GCG) .1 Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance (GCG)

sendiri akan merasa kemenangan yang tiada taranya, dan akan membawa martabatmu naik di sisi manusia dan di sisi Allah. Lawan adil adalah zalim, dan zalim adalah salah satu puncak dari maksiat kepada Allah. “Dan taqwalah kepada Allah”. Artinya, “Peliharalah hubungan baik dengan Tuhan, supaya diri lebih dekat dengan Tuhan. Sesungguhnya Allah amat mengetahui apa juapun yang kamu kerjakan”. 25

2.6 Konsep dan Prinsip Dasar Good Corporate Governance (GCG) 2.6.1 Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance (GCG)

Berdasarkan dari berbagai definisi Good Corporate Governance (GCG) di atas, dapat di simpulkan bahwa terdapat tujuan utama dapat penerapan Good Corporate Governance (GCG) itu sendiri, di antaranya :

 Untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan nilai perusahaan.

 Untuk dapat mengelola sumber daya dan resiko secara lebih efektif dan efisien.

 Untuk dapat meningkatkan disiplin dan tanggung jawab dari organ perusahaan

demi menjaga kepentingan para shareholder dan stakeholder perusahaan.

 Untuk meningkatkan kontribusi perusahaan (khususnya perusahaan-perusahaan

pemerintah) terhadap perekonomian nasional.

 Meningkatkan investasi nasional.

 Mensukseskan program privat-isasi perusahaan-perusahaan pemerintah.26

25 Hamka, Tafsir AL-Azhar Jus VI, Pustaka Panji Mas, Jakarta, 2003, hlm. 156. 26 Di akses melalui http://nyarimakalah.blogspot.co.id/2015/06/makalah-good-corporate-governance-dan.html pada 22 Agustus 2016.

Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya maupun para pemegang saham atau memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja perusahaan tersebut dapat dicapai jika perusahaan tersebut mampu beroperasi dengan mencapai laba yang ditargetkan. Melalui laba yang diperoleh tersebut perusahaan akan mampu memberikan dividen kepada pemegang saham, meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan mempetahankan kelangsungan hidup.

Namun di lain pihak, manajer sebagai pengelola perusahaan mempunyai tujuan yang berbeda terutama dalam hal peningkatan prestasi individu dan kompensasi yang akan diterima. Jika manager perusahaan melakukan tindakan-tindakan yang mementingkan diri sendiri dengan mengabaikan kepentingan investor maka akan menyebabkan jatuhnya harapan para investor tentang pengembalian (return) atas investasi yang telah mereka tanamkan. Oleh karenanya dibutuhkan adanya perlindungan terhadap berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut.

Pemahaman Good Corporate Governance (GCG) merupakan wujud penerimaan akan pentingnya suatu perangkat peraturan atau tata kelola yang baik untuk mengatur hubungan, fungsi dan kepentingan berbagai pihak dalam urusan bisnis maupun pelayanan publik. Pemahaman terhadap Good Corporate Governance (GCG) juga merupakan wujud respek terhadap sistem dan struktur yang baik untuk mengelola organisasi dengan tujuan meningkatkan produktivitas perusahaan.

29

Konsep Good Corporate Governance (GCG) memiliki berbagai ragam sejalan dengan waktu, definisinya terombang-ambing diantara dua ujung yaitu dari konsep mekanisme perlindungan kepentingan investor ke konsep lebih luas, yaitu mendukung perlindungan terhadap semua hak stakeholder baik internal maupun eksternal. Sprektum yang luas dari konsep tersebut bersumber dari dua pandangan yang berbeda, bagaimana sebuah perusahaan harus diterima dalam sistem ekonomi, dan bentuk sistem intensif untuk melindungi hak dan menjaga kewajiban agen

ekonomi dalam lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi.27

Selanjutnya, tujuan untuk memenuhi kepentingan seluruh stakeholder telah menjadi perhatian penting dalam peran Good Corporate Governance (GCG). Inti persoalan dalam peran ini adalah menciptakan keseimbangan bagi seluruh stakeholder melalui pemisahan aturan formal maupun non formal, standar dan batasan di buat untuk mengarahkan dan mengontrol perusahaan agar melindungi kepentingan semua pihak.

Adapun tujuan utama Good Corporate Governance (GCG),28 sebagai

berikut:

1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.

2. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.

3. Melindungi hak dan kepentingan para stakeholders non pemegang saham.

27 Zamir Iqbal dan Abbas Mirakror, Pengantar Keuangan Islam : Teori dan Praktik,

Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 344.

28 Siswanto Sutojo dan Aldridge, E. Jhon. Good Corporate Governance :Tata Kelola

4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja Dewan Pengurus (Board of Directors) dan manajemen perusahaan.

5. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen senior perusahaan.

Sebagai institusi yang memiliki visi dan misi dalam sebuah perusahaan untuk menerapkan Good Corporate Governance (GCG) dengan tujuan untuk mengontrol jalannya aktivitas bisnis dan dinamika perusahaan agar berjalan dengan benar, serta memastikan pihak yang telah diberi tanggung jawab tidak menyalahgunakan kewenangan kepentingan dan dapat bekerja semata-mata untuk kepentingan perusahaan. Dengan adanya Good Corporate Governance (GCG) perusahaan tersebut diharapkan mampu beroperasi menjaga aktivitas dan perilaku manajemen dengan cara aman dan terkendali serta memenuhi semua kepentingan stakeholder secara adil.29

Dan selanjutnya terdapat manfaat dari pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) pada Pedoman Umum Good Corporate Governance (GCG)

Indonesia,30 yaitu dalam rangka :

1. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi, dan Rapat Umum Pemegang Saham.

29 Ferry N Idroes dan Sugiarto, Manajemen Resiko Perbankan dalam Konteks Kesepakatan

Basel dan Peraturan Bank Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006, hlm. 170.

30 Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Pedoman Good Corporate Governance

31

2. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan.

3. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap perundang-undangan.

4. Mendororng timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.

5. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.

6. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.

Manfaat penerapan Good Corporate Governance (GCG) juga untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efesiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholder. Good Corporate Governance (GCG) akan memungkinkan dapat meminimalisir tindakan penyalahgunaan wewenang oleh pihak direksi dalam pengelolaan perusahaan, serta penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang konsisten juga akan meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan.

Corporate Governance (CG) yang efektif pada bank dan nasabah pengguna dana adalah salah satu pilar penting yang harus diciptakan untuk mengganti kondisi sosio-ekonomi yang lama. Namun sangat disayangkan, Corporate Governance (CG)

justru menjadi unsur kelemahan pada perusahaan-perusahaan di sejumlah negara berkembang. Hal ini disebabkan karena semua institusi yang seharusnya berperan penting dalam mengawasi dan menjamin efisiensi dan integritas pasar justru tidak berfungsi dengan baik.

Kesenjangan informasi sangat mencolok, para pelaku pasar kurang berpengalaman, dan undang-undang. Meskipun ada, tidak mampu mengatur dengan efektif dan independen karena mental korupsi dan sejumlah kelemahan sistem peradilan. Konsep transparansi tidak diterapkan dengan baik, begitu juga dengan praktik akuntansi yang tidak berkembang secara optimal. Konsekuensinya, perusahaan-perusahaan tersebut menjadi tidak efisien sehingga menyebabkan kerugian bagi seluruh stakeholder. Kerugian yang disebabkan oleh ketidakefektifan corporate governance dapat menjadi lebih serius lagi jika terjadi pada lembaga keuangan karena jumlah stakeholder-nya lebih banyak dan resiko sistemiknya lebih besar.

Tidak ada alasan untuk berasumsi bahwa meskipun selama ini lembaga keuangan Islam telah berjalan dengan baik, lembaga ini tetap harus bisa mengungkap dan menyikapi kelemahan corporate governance yang ada di negara-negara berkembang. Lembaga keuangan Islam juga harus dapat meningkatkan kinerjanya secara sungguh-sungguh dan memenuhi kepentingan para stakeholder dengan

menerapkan Corporate Governance (CG) secara efektif.31

31M. Umar Chapra dan Habib Ahmed, Corporate Governance Lembaga Keuangan Syariah, PT Bumi Aksara, Jakarta Timur, 2008, hlm. 12.

33

Tanpa adanya penerapan Corporate Governance (CG) yang efektif, perusahaan-perusahaan akan sulit untuk bisa memperkuat posisi, memperluas jaringan, dan menunjukkan kinerjanya dengan lebih efektif. Kebutuhan bank syariah dan perusahaan-perusahaan akan Corporate Governance (CG) menjadi lebih serius lagi seiring dengan makin kompleksnya masalah yang dihadapi, dimana permasalahan ini akan mengikis kemampuan bank dan perusahaan dalam menghadapi tantangan dalam jangka panjang. Dengan demikian, adalah keharusan bagi lembaga keuangan syariah untuk memakai semua ukuran yang dapat membantu meningkatkan

perannya.32

2.6.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)

Pemerintah pusat maupun Daerah serta beberapa perusahaan sudah mulai menerapkan praktik Good Corporate Governance(GCG), tak terkecuali perusahaan yang berbasis syariah. Penerapan Good Corporate Governance(GCG) di anggap sangat penting, karena banyaknya stakeholders yang terlibat serta adopsi nilai-nilai Islam dalam aktivitasnya yang menyebabkan perlunya hubungan yang baik di antara

para stakeholders dengan manajemen, sehingga berjalan sesuai dengan tujuannya. 33

32Ibid, hlm. 14.

33Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hlm. 259.

Sekalipun dinyatakan bahwa kepentingan para pemegang saham harus diutamakan, bukan berarti kepentingan stakeholder yang lain akan dikesampingkan. Bagaimanapun juga, pembuatan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) memiliki tujuan untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditor, pemerintah, karyawan, serta kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Artinya, kepentingan semua pihak menjadi bagian yang akan diperhatikan dengan sebaik-baiknya.

Stakeholder yang paling utama dalam sistem keuangan Islam adalah Islam itu sendiri. Jika suatu perusahaan atau Lembaga Keuangan Syariah tidak mampu menunjukkan kinerja dengan baik, maka orang akan beranggapan bahwa sistem Islam tidak selaras dengan dunia modern dan Islam akan disalahkan karena kinerja Lembaga Keuangan Syariah yang jelek tersebut, meskipun Islam sendiri tidaklah demikian.

Tujuan untuk memenuhi kepentingan seluruh stakeholder telah menjadi perhatian penting dalam peran corporate governance. Inti persoalan ini adalah menciptakan keseimbangan bagi seluruh stakeholder melalui pemisahan aturan formal maupun non formal, standar dan batasan dibuat untuk mengarahkan dan mengontrol Lembaga Keuangan tersebut agar melindungi kepentingan semua pihak dengan biaya sekecil mungkin.

Masalah biaya ini sangat penting karena jika biayanya tinggi, maka akan menyebabkan kepentingan seluruh stakeholder menjadi tidak aman. Dalam hal ini,

35

jika salah satu stakeholder dalam posisi lemah maka kepentingannya akan tidak terlindungi, dan sebab itu keseimbangan menjadi tidak stabil. Hal ini akan

menyebabkan ketidakpuasan dan kegelisahan yang direfleksikan oleh

ketidakpercayaan stakeholder terhadaap keadilan dalam sistem yang pada akhirnya akan menyebabkan pertumbuhan sektor keuangan dan ekonomi menjadi lebih

memuaskan.34

Tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance (GCG)

mencakup prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban,

indenpendensi dan kewajaran di dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.35

Dalam bagian penjelasan umum PBI No. 8/4/PBI/2006 dikemukakan sebagai berikut: 1. Transparansi(transparency)

Transparansi (transparency) diartikan sebagai keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan. Dimana untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan masalah yang tidak hanya disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting

34M. Umar Chapra dan Habib Ahmed, Corporate Governance Lembaga Keuangan Syariah, PT Bumi Aksara, Jakarta Timur, 2008, hlm. 24-25.

35Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hlm. 259.

untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

2. Akuntabilitas (accountability)

Akuntabilitas (accountability) merupakan kejelasan fungsi dan

pertanggungjawaban bank atau perusahaan sehingga pengelolaannya berjalan efektif. Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan tersebut harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Akuntabilitas juga merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3. Pertanggungjawaban (responsibility)

Pertanggungjawaban (responsibility) adalah kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat. Dalam hal ini, perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

4. Independensi (independency)

Independensi (independency) yaitu pengelolaan secara professional tanpa pengaruh / tekanan dari pihak mana pun. Independensi (independency) diharapkan mampu melancarkan pelaksanaan asas Good Corporate Governance (GCG), dan

37

perusahaan dapat dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. 5. Kewajaran (fairness)

Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku

kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.36

Terlaksananya prinsip Good Corporate Governance (GCG) merupakan keharusan bagi subjek hukum termasuk bank maupun perusahaan untuk menerapkan prinsip kejujuran (shiddiq), edukasi kepada masyarakat (tabligh), kepercayaan (amanah), dan pengelolaan secara professional (fathanah).37 Hal ini merupakan disiplin yang Islam harapkan mengharuskan penekanan yang lebih pada masalah Good Corporate Governance (GCG), sebab pembangunan dan keadilan merupakan dua kata kunci dari orientasi keuangan Islam.

2.3.3 Faktor Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG)

Penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) tidak hanya berkaitan dengan kepentingan para pemegang saham yang sudah ada dalam suatu

36 Amir Machmud dan Rukhmana, Bank Syariah (Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di

Indonesia), Penerbit Erlangga, Jakarta, 2010, hlm. 77.

37 Muh. Arief Efendi, The Power Of Good Corporate Governance : Teori dan

perusahaan, melainkan turut meliputi kepentingan para calon investor (future investors). Dengan kata lain, implementasi prinsip Good Corporate Governance (GCG) akan memerhatikan kepentingan dari para calon investor dengan memberi akses informasi material yang cukup baik dari suatu perusahaan, sebelum

memutuskan untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. 38

Bagi para pemegang saham, kepentingan mendasar selain mendapat keuntungan adalah mendapat perlakuan dan perlindungan yang seimbang dari perusahaan, baik pemegang saham mayoritas atau minoritas, asing atau domestik. Perlindungan dan persamaan ini terutama diperlukan oleh pemegang saham minoritas, mengingat kenyataan bahwa kedudukan pemegang saham minoritas sering kali berada dalam posisi yang lemah, dan oleh karenanya perlu dilindungi.

Kepentingan ini dipenuhi melalui implementasi prinsip pertama, yaitu prinsip fairness yang menyatakan keharusan bagi sebuah perusahaan untuk memberikan kedudukan yang sama terhadap para pemegang saham, sehingga kerugian akibat perlakuan diskriminatif dapat di cegah sedini mungkin. Secara konkret, implementasi dari prinsip tersebut bagi kepentingan para pemegang saham dapat diwujudkan dengan memberikan hak-hak sebagai berikut:

38 Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance

39

1. Hak untuk menghadiri dan memberikan suara dalam RUPS berdasarkan ketentuan satu saham memberi hak kepada pemegangnya untuk mengeluarkan satu suara atau one man one vote.

2. Hak untuk memperoleh informasi material mengenai perseroan secara tepat waktu dan teratur, dan hak ini harus diberikan kepada semua pemegang saham tanpa ada pembedaan atas klasifikasi saham yang dimiliki olehnya.

3. Hak untuk menerima sebagian dari keuntungan perseroan yang diperuntukkan bagi pemegang saham, sebanding dengan jumlah saham yang dimilikinya dalam perseroan dalam bentuk dividen dan pembagian keuntungan lainnya.

Jadi, setiap pemegang saham yang memiliki saham dengan klasifikasi yang sama harus diperlakukan setara berdasarkan asas bahwa pemegang saham yang memiliki saham dengan klasifikasi yang sama mempunyai kedudukan yang setara

terhadap perseroan.39

Kepentingan berikutnya dari para pemegang saham adalah kepentingan untuk mendapatkan keterbukaan informasi material suatu perusahaan. Hal ini akan berkaitan dengan 2 permasalahan, yaitu :

1. Pemenuhan informasi penting yang berkaitan dengan kinerja suatu perusahaan sebagai bahan pertimbangan bagi para pemegang saham atau calon investor untuk menanamkan modalnya.

39Ibid, hlm. 71-72.

2. Perlindungan terhadap kedudukan pemegang saham dari penyalahgunaan wewenang dan penipuan yang dapat dilakukan oleh direksi perusahaan.

Untuk memenuhi kepentingan tersebut, prinsip kedua dari Good Corporate Governance (GCG) yang dapat di implementasikan, yaitu prinsip transparansi yang merupakan salah satu prinsip tertua dalam bidang hukum perusahaan. Pada umumnya, penerapan prinsip ini ditujukan untuk menghindari berbagai kemungkinan buruk akibat kurang terbukanya perusahaan terhadap para pemegang saham, seperti adanya pernyataan menyesatkan, sistem akuntansi yang buruk, dan penyalahgunaan informasi keuangan.

Kepentingan akan keterbukaan ini juga berkaitan erat dengan pencegahan terhadap kerugian yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya penyalahgunaan terhadap informasi-informasi penting dan rahasia dari suatu perusahaan yang dilakukan oleh direksi dan komisaris perusahaan. Kebanyakan peraturan perundang-undangan di bidang hukum perusahaan di berbagai negara telah mengatur mengenai tanggung jawab direksi dan komisaris untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan doktrin fiduciary duties, yaitu doktrin yang merupakan bagian yang integral dalam pelaksanaan tugas dan wewenang direksi dan komisaris tidak mampu menjamin

penyalahgunaan wewenang tidak akan terjadi.40

40Ibid, hlm. 74-75.

41

Pada kenyataannya, pada penerapan prinsip transparansi memiliki kelemahan yang kadang disebabkan oleh fakta bahwa kebanyakan pemegang saham tidak terlalu berminat untuk mengetahui suatu perusahaan, dan lebih sering menanamkan uangnya sekadar berdasarkan pada laporan keuangan yang ada dalam perusahaan tersebut. Permasalahannya, laporan keuangan sangat mudah untuk direkayasa dan tidak mampu menggambarkan kinerja suatu perusahaan secara utuh.

Atas dasar hal tersebut, efektivitas dari implementasi prinsip transparansi harus pula didukung oleh keaktifan dari para pemegang saham dalam menjalankan haknya. Selain itu, perusahaan harus memiliki kemauan untuk memberikan informasi material yang penting sebagai sarana bagi para pemegang saham dalam mengambil keputusan berinvestasi.

Untuk memecahkan masalah tersebut, dapat digunakan prinsip yang ketiga dari Good Corporate Governance (GCG), yaitu prinsip akuntabilitas yang didasarkan system internal cheks and balances yang mencakup praktik audit yang sehat. Akuntabilitas dapat dicapai melalui pengawasan efektif yang didasarkan pada keseimbangan kewenangan antara pemegang saham, komisaris dan direksi. Praktik audit yang sehat dan independen akan sangat diperlukan untuk menunjang akuntabilitas perusahaan, dan hal ini nantinya dapat dilakukan antara lain dengan

mengefektifkan peranan komite audit.41

41Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance

(Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha), Kencana, Jakarta, 2006, hlm.

Sebenarnya, baik direksi maupun pemegang saham sama-sama memiliki tanggung jawab yang besar terhadap kemajuan suatu perusahaan. Peranan dua organ perusahaan ini memang berbeda, tetapi tidak diperlukan pembedaan yang terlalu kaku sehingga merugikan kedua belah pihak. Justru perlu dibangun suatu bentuk kerja sama yang harmonis, sehingga dewan direksi tidak perlu kehilangan pengawasan atas perusahaan yang mereka bangun. Dengan demikian, prinsip akuntabilitas memiliki peranan penting untuk menyeimbangkan kepentingan antara organ perusahaan dengan para pemegang saham.

Prinsip akuntabilitas juga berkaitan erat dengan prinsip transparansi, karena dengan prinsip akuntabilitas, segala informasi material yang telah diberikan dapat diolah sedemikian rupa sehingga didapatkan bahan yang komprehensif dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja suatu perusahaan. Prinsip ini juga turut mendukung keberadaan doktrin fiduciary duties yang pada dasarnya memberikan konsep normatif mengenai wewenang dan tanggung jawab direksi dan komisaris dalam menjalankan perusahaan, sehingga doktrin tersebut dapat diimplementasikan

secara konkret.42

Selanjutnya, kepentingan yang perlu diwujudkan bagi para pemegang saham adalah terciptanya nama baik (reputasi) dari perusahaan tempat mereka menanamkan modal. Suatu perusahaan mungkin telah memiliki kinerja yang efektif dan efisien

42Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance

43

dalam menghasilkan produk barang dan jasa, tetapi itu semua tidak akan lengkap tanpa adanya nama baik perusahaan yang akan sangat membantu dalam pemasaran produk-produk perusahaan tersebut. Nama baik perusahaan merupakan salah satu aset

yang paling berharga.43

Corporate Governance yang baik menentukan kemampuan perusahaan untuk melindungi kepentingan stakeholders. Menurut para ahli-ahli ekonomi Islam, kepentingan stakeholders bukan hanya terwujud financial, tetapi dapat pula menjangkau etika, agama, dan nilai-nilai luhur lainnya. Dalam hubungan dengan lembaga keuangan syariah, stakeholders tentulah mengharapkan apa yang dilakukan perusahaan memenuhi prinsip-prinsip syariah. Karena itu, struktur perusahaaan yang dapat menerapkan governance yang baik melalui kegiatan operasional yang patuh

syariah sangat penting untuk stabilitas dan efisiensi pelayanan keuangan syariah.44

Tuntutan untuk melakukan aktivitas yang memenuhi prinsip-prinsip syariah mengharuskan bank-bank syariah maupun lembaga keuangan syariah lainnya untuk tidak terlibat dalam transaksi utang berdasarkan bunga, tidak melakukan transaksi yang semata-mata bersifat finansial, yang terlepas dari kegiatan ekonomi, tidak terlibat dalam transaksi yang mengandung eksploitasi kepada salah satu pihak, dan tidak terlibat dalam kegiatan yang dianggap membahayakan masyarakat. Kagagalan

43Ibid, hlm. 81

44 Mal An Abdullah, Corporate Governance Perbankan Syariah di Indonesia, Ar-Ruzz Media, Jakarta, 2010, hlm. 50-51.

suatu lembaga untuk menjamin kepatuhan membawa resiko reputasi yang

mengancam industri keuangan syariah.45

Dapat dinyatakan bahwa prinsip Good Corporate Governance (GCG) memiliki korelasi yang kuat dengan kepentingan para pemegang saham, bahkan dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) adalah penopang utama pemenuhan beragam kepentingan para pemegang saham suatu perusahaan. Tentunya, semua itu harus didukung dengan pemahaman yang

menyeluruh dari para pemegang saham terhadap hak-hak yang dimiliki.46

Berdasarkan uraian di atas dapat dipastikan bahwa Islam jauh mendahului

Dokumen terkait