• Tidak ada hasil yang ditemukan

Maharani Gamalia

DAFTAR GAMBAR

A. Tinjauan Pustaka

2. Konsep Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT)

Salah satu tujuan dalam berusaha tani padi adalah memperoleh produksi dan pendapatan atau keuntungan yang tinggi. Akan tetapi, keuntungan yang diperoleh petani seringkali tidak sebanding dengan biaya dan tenaga yang dikeluarkan. Salah satu cara untuk meningkatkan keuntungan telah dikembangkan metode budidaya padi yang dikenal dengan istilah

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).

Menurut Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Lampung (2010), pengelolaan tanaman dan sumberdaya secara terpadu atau Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan pendekatan bersifat partisipatif yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi, tetapi bukan merupakan paket teknologi yang bisa diterapkan di semua lokasi. Lebih lanjut Menurut Kementrian Pertanian (2010), PTT adalah suatu pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani melalui

perbaikan sistem atau pendekatan dalam perakitan paket teknologi yang sinergis antara komponen teknologi, dilakukan secara partisipatif oleh petani serta bersifat spesifik lokasi. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT) merupakan Sekolah

14

Lapangan bagi petani dalam menerapkan berbagai teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien menurut spesifik lokasi sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi untuk menunjang peningkatan produksi secara berkelanjutan.

Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung (2008), SL-PTT adalah suatu tempat pendidikan nonformal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam

mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. Adanya program SL-PTT petani diharapkan dapat belajar secara langsung di lapangan melalui pembelajaran dan penghayatan

langsung (mengalami), mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan, menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi.

Menurut Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Lampung (2010), tujuan dari program SL-PTT antara lain:

1. Mendukung penyebarluasan PTT.

2. Mendukung peningkatan penerapan mutu intensifikasi. 3. Meningkatkan mutu dan daya saing produksi.

15

Pemerintah mencanangkan penyebarluasan PTT untuk dapat mendorong atau memotivasi peningkatan produksi nasional. Intensifikasi merupakan penggunaan lebih banyak faktor produksi, tenaga kerja dan modal atas sebidang tanah tertentu untuk mencapai hasil produksi yang maksimal. Menurut Wahjosumidjo (1987), motivasi ialah dorongan kerja yang timbul pada diri seesorang untuk berprilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsik atau faktor di luar diri yang disebut faktor ekstrinsik. Faktor di dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau masa depan. Sedangkan faktor di luar diri, dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, bisa karena pengaruh atau faktor-faktor lain yang sangat kompleks. Baik faktor intrinsik maupun faktor luar motivasi timbul karena adanya rangsangan.

Mengenai pendekatan intensifikasi berkaitan erat dengan penerapan teknologi di antaranya penggunaan benih bersertifikat. Benih bersertifikat adalah benih unggul berlebel yang dikeluarkan oleh Lembaga Pembenihan baik Pemerintah, BUMN maupun penangkar benih. Rendahnya mutu benih yang digunakan oleh petani akan mempengaruhi produksi

pertanaman baik dalam jumlah maupun kualitas produksi dan lebih lanjut dapat mempengaruhi program pemerintah dalam pelestarian dan

peningkatan produksi pangan.

Menurut Kementerian Pertanian (2010), PTT mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut :

16

1. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumberdaya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.

2. Sinergis : PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi.

3. Spesifik lokasi : PTT memperrhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat. 4. Partisipatif : Petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji

teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan.

Lebih lanjut Kementerian Pertanian mengemukakan bahwa ketentuan SL-PTT sebagai berikut:

1. Lokasi diusahakan berada pada satu hamparan, produktivitas masih rendah, mempunyai potensi peningkatan produktivitas dan anggota kelompok taninya responsif terhadap penerapan teknologi.

2. Luas satu unit lokasi SL-PTT padi hibrida adalah kurang lebih 15 ha yang di dalamnya terdapat satu unit luas lahan seluas 1 ha.

3. Luas satu unit SL-PTT dapat disesuaikan pada kondisi luasan setempat dengan ketentuan :

a. Total luasan dan total jumlah SL-PTT tidak boleh kurang dari yang dibiayai.

17

b. Total luasan dan total jumlah SL-PTT bisa lebih dari yang dibiayai. Kelebihan luasan ataupun jumlah SL-PTT ditanggung anggaran lain ataupun swadana petani.

4. Petani tiap unit terdiri dari kurang lebih 25 petani yang berasal dari satu kelompok tani yang sama, jumlah peserta dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.

5. Memiliki pemandu lapangan yang dapat membantu memberikan saran maupun solusi setiap masalah yang dihadapi petani dalam budidaya padi sawah.

Kementerian Pertanian mengemukakan persyaratan kelompok tani pelaksana SL-PTT antara lain :

1. Kelompok tani tersebut harus diusahakan oleh kepala desa, dan mempunyai kepengurusan yang lengkap yaitu ketua, sekretaris dan bendahara.

2. Kelompok tani telah menyusun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK).

3. Kelompok tani yang termasuk dalam kelompok tani penerima bantuan SL-PTT yang telah ditetapkan dengan surat keputusan Kepala Dinas pertanian Kabupaten/Kota.

4. Kelompok tani memiliki rekening di bank pemerintah

(BUMN/BUMD/Bank Daerah) yang terdekat dan bagi kelompok tani yang belum memiliki, harus membuka rekening di bank.

18

5. Kelompok tani membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup menggunakan dana bantuan SL-PTT sesuai peruntukannya dan sanggup mengembalikan dana apabila tidak sesuai peruntukannya. 6. Kelompok tani bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan

SL-PTT.

Menurut Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Lampung (2010), komponen PTT padi dikelompokkan menjadi dua dalam Program SL-PTT yaitu:

a. Komponen Teknologi Dasar

Komponen ini sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi padi sawah, meliputi :

1. Varietas Unggul Baru (UVB) Inhibrida atau Hibrida

VUB umumnya mempunyai daya hasil tinggi, tahan hama penyakit utama atau toleran deraan lingkungan setempat dan mempunyai sifat khusus tertentu. Pemilihan VUB disesuaikan dengan kondisi setempat. 2. Bermutu dan berlabel

Benih bermutu adalah benih varietas asli (murni), bernas dan seragam, daya kecambah tinggi dan sehat. Penggunaan benih yang bermutu, pertumbuhan dan produksi dapat ditingkatkan.

3. Pemberian bahan organik

Pemberian bahan organik dapat berupa sisa tanaman (jerami), kotoran hewan, pupuk hijau dan kompos. Bahan organik ini bermanfaat untuk memperbaiki sifat kimia (kesuburan) tanah, struktur tanah, dan biologi tanah. Maka dari itu, jerami sebaiknya dikembalikan ke sawah dengan

19

cara dibenam, dibuat kompos terlebih dahulu dan dijadikan pakan ternak yang kotorannya diproses menjadi pupuk kandang.

4. Pengaturan populasi tanaman

Sampai batas tertentu, semakin tinggi populasi tanaman semakin banyak jumlah malai persatuan luas sehingga mempunyai peluang meningkatkan produksi. Salah satu cara meningkatkan populasi tanaman adalah dengan menggunakan jejer legowo. Jejer legowo adalah pengosongan satu baris tanaman setiap dua atau lebih baris dan merapatkan dalam barisan tanaman. Misalnya jejer legowo 2:1, jika satu baris kosong diselingi dua baris tanaman padi, atau 4:1, jika diselingi 4 baris tanaman padi.

5. Pemupukan

Dosis pupuk yang digunakan berdasarkan pada kebutuhan tanaman dan status hara tanah. Oleh karena itu, dosis pemupukan antar lokasi dapat berbeda tergantung pada kesuburan tanahnya.

6. Pengendalian OPT

Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dilakukan secara terpadu dengan melakukan identifikasi jenis dan populasi hama. Teknik pengendaliannya dilakukan dengan mengusahakan tanaman selalu sehat, menggunakan varietas tahan, menerapkan pengendalian hayati, biopestisida, fisik, mekanis, dan pestisida kimia sesuai anjuran.

b. Komponen Teknologi Pilihan

Penerapan komponen ini disesuaikan dengan kondisi, kemauan dan kemampuan petani setempat yang meliputi :

20

1. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah sampai berlumpur dan diratakan. Hal ini dimaksudkan untuk menyediakan tempat tumbuh yang baik dan seragam bagi tanaman padi serta mengendalikan gulma. Pengolahan tanah dapat menggunakan traktor atau ternak, menggunakan bajak singkal sampai kedalaman lebih dari 20 cm. Tanggul jerami, gulma, dan bahan organik yang telah dikomposkan dibenamkan kedalam tanah bersamaan dengan pengolahan tanah pertama. Pembajakan biasanya dilakukan dua kali diikuti penggaruan untuk perataan tanah dan pelumpuran.

2. Penggunaan bibit muda

Beberapa keuntungan penggunaan bibit muda (umur kurang dari 21 hari) antara lain tidak setres akibat pencabutan bibit dipersemaian, pengangkutan dan penanaman kembali di sawah dibandingkan dengan bibit yang lebih tua. Daerah yang banyak keong mas digunakan bibit yang lebih tua. Sebelum disemai, benih direndam selama 24 jam lalu benih ditiriskan selama 48 jam, sampai keluar bakal akar dan siap disemai.

3. Penanaman bibit 2-3 batang per rumpun

Bibit ditanam 2-3 batang per rumpun. Penanaman bibit lebih dari 3 batang akan meningkatkan persaingan antar bibit dalam rumpun yang sama. Rumpun yang hilang karena tanaman mati atau rusak terserang hama segera disulam tidak lebih dari 14 HST (Hari Setelah Tanam). Di daerah yang banyak keong mas, bibit ditanam 2-3 batang per rumpun.

21

4. Pengairan

Pengairan secara efektif dan efisien dapat dilakukan dengan teknik berselang. Setelah selesai penanaman, pertanaman yang dikeringkan selama 5 hari, kemudian diairi lagi begitu seterusnya dipertahankan agar tanah tetap lembab fase anakan maksimal. Mulai fase

pembentukan malai sampai pengisian biji, sawah digenangi terus. Sekitar 10-15 hari menjelang panen, sawah dikeringkan agar gabah masak serempak dan memudahkan pemanenan.

5. Penyiangan dengan landak (gasrok)

Penyiangan awal gulma menjelang 21 HST, penyiangan selanjutnya tergantung pada keadaan gulma. Penggunaan alat gasrok tidak hanya untuk mematikan gulma, tetapi juga untuk memotong akar utama untuk merangsang pertumbuhan akar baru. Selain itu juga meningkatkan jumlah udara di dalam tanah.

6. Panen tepat waktu

Panen dilakukan jika sebagian besar gabah (90%-95%) telah bernas dan berwarna kuning. Panen terlalu awal banyak gabah hampa, gabah hijau, dan butir kapur. Sedangkan apabila terlambat panen banyak gabah yang hilang karena rontok dan gabah patah saat digiling

meningkat. Perontokan gabah segera dilakukan 1-2 hari setelah panen dengan menggunakan alat perontok. Selanjutnya gabah segera dijemur untuk memperoleh beras dengan mutu yang baik.

22

Dokumen terkait