• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Tinjauan Pustaka

2.5. Konsep Skenario

Berdasarkan tinjauan beberapa hasil penelitian, ada beberapa jenis skenario yang bisa dilakukan dalam rekayasa kebencanaan.

2.5.1 Skenario rancangan pengelolaan DAS hulu bekasi (Kadri dkk, 2011)

Rancangan skenario pengelolaan DAS yang dilakukan bertujuan untuk mereduksi limpasan ditentukan, kemudian dibandingkan dengan kecendungan saat ini dan prediksi pada tahun 2020. Skenario rancangan pengelolaan DAS yang diusulkan sebagai berikut:

a. Disesuaikan dengan RTRW 2010 Provinsi Jawa Barat; b. Penataan lahan mengikuti kaidah konservasi, usulan ini

dilaksanakan pada seluruh lahan kecuali badan air yang dapat diolah dengan memperhatikan kaidah konservasi dengan tujuan untuk dapat meresapkan air ke dalam tanah.

c. Pembangunan struktur penahan air untuk menahan aliran limpasan dan menampung aliran tersebut.

d. Gabungan Skenario No.2 dan No. 3, dengan melaksanakan pengolahan lahan mengikuti kaidah konservasi dan juga membangun sekaligus struktur penahan air.

Tabel 2.3

Hasil Skenario Limpasan Air Sungai

Skenario rancangan Bilangan Debit Das Penurunan debit % S-0 Kondisi biofisik 2008 90,66 620,36 - - S-1 Sesuai RTRW 2010 Jawa Barat 84,78 483,74 136,62 22,02 S-2 Pengelolaan lahan mengikuti kaidah konservasi 87,39 497,85 122,51 19,77 S-3 Pembuatan struktur penahan air pada keseluruhan DAS Bekasi

Hulu

90,68 492,52 127,84 20,61

S-4 Gabungan skenario

kedua dan ketiga 87,41 452,05 168,31 27,13 Keterangan : S-0 menjadi acuan perubahan parameter aliran pada rancangan, S-1 menyesuaikan RTRW 2010 dengan luas hutan sebesar 45% luas DAS, S-2 penerapan teknologi konservasi pada lahan tegalan, perkebunan, persawahan dengan teras bangku dan baris vegetasi pada kemiringan > 20%, guludan pada kemiringan < 15%, mulsa pada tanah relatif datar, S-3 dibangun water retarded

structure untuk menahan aliran limpasan sebanyak 3.964 unit dengan kapasitas tampungan 200 m3, S-4 merupakan gabungan S-2+S-3

Hasil simulasi rancangan menunjukkan bahwa S-1 merupakan rancangan terbaik untuk menurunkan bilangan kurva dan menurunkan debit cukup signifikan bahkan telah mendekati kapasitas alir Sungai Bekasi Hulu sebesar 462 m3/dt. Akan tetapi, penerapan acuan luas hutan sebesar 45% pada RTRW 2010 tidak dapat dilaksanakan dengan baik, perubahan lahan sampai dengan tahun 2008 menunjukkan luas hutan tidak meningkat bahkan menurun sehingga walaupun S-1 memberikan hasil yang baik tetap tidak mungkin diterapkan. Penerapan S-2 dan S-3 telah mengurangi debit aliran menjadi 497,85 dan 495,52 m3/dt, jika dibandingkan dengan kapasitas alir Sungai Bekasi Hulu sebesar 462 m3/dt, rancangan S-2 dan S-3 dapat mengatasi sebagian luapan air, dengan penambahan tanggul atau upaya lain untuk menahan luas air.

2.5.2 Skenario penggunaan lahan terhadap debit sungai (Farida dan Noordwjik, 2004) dengan aplikasi model Genriver

Untuk mengetahui perubahan debit air sungai di Sumberjaya, peneliti melakukan 3 jenis skenario penggunaan lahan dengan variabel utamanya prosentase hutan. Skenario tersebut diinputkan kedalam aplikasi model Genriver. Berikut skenario penggunaan lahannya:

a. Skenario 1 yaitu melakukan rekayasa seluruh DAS tertutup oleh hutan (all forest)

b. Skenario 2 yaitu seluruh DAS berupa lahan terdegradasi atau padang alang-alang (degraded lands/grassland) c. Skenario 3 yaitu kondisi penutupan lahan eksisting

Sumberjaya saat ini (current landuse)

Dari hasil skenario tersebut, maka diperoleh hasil yaitu tingkat debit terendah dihasilkan dari skenario 1 (all forest) dandebit tertinggi dari hasil skenario 2 (degraded lands/grassland). Debit maksimum yang dihasilkan pada skenario 1 mencapai 20 mm/hari sedangkan pada skenario 3 bisa mencapai 200 mm/hari. Pada skenario 3 (current land use) didapatkan hasil yang mendekati hasil simulasi skenario 1 (all forest). Berikut kurva perbandingan keseluruhan skenario.

Sumber: Farida dan Noordwjik, 2004

Gambar 2.2 Perbandingan Debit Sungai Hasil Simulasi

2.5.3 Skenario Kajian Penanggulangan Banjir di Wilayah pematusan Surabaya Barat (Saud, 2007)

Skenario permodelan yang dilakukan terdiri dari :

a. Permodelan saluran drainase kondisi eksisting dengan penggunaan lahan di DAS pada kondisi eksisting. Permodelan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi aliran air pada saluran dengan kondisi saat ini bila mengalir debit banjir rencana. Dari permodelan ini diharapkan dapat diketahui apakah saluran drainase masih memiliki daya alir yang cukup atau dengan kata lain dapat diketahui dipenampang saluran mana saja yang terjadi luapan air banjir.

b. Permodelan saluran drainase kondisi eksisting dengan penggunaan lahan di DAS pada kondisi yang akan datang. Permodelan ini dilakukan bilamana saluran kondisi eksisting masih mampu mengalirkan debit banjir rencana dengan kondisi tata guna lahan saat ini dan perlu ditinjau apakah masih mampu mengalirkan debit banjir rencana dengan tata guna lahan rencana dimasa yang akan datang tanpa menimbulkan luapan banjir. Bila hasil analisa skenario pertama dihasilkan saluran sudah tidak mampu mengalirkan debit banjir rencana untuk tata guna lahan saat ini maka tidak perlu dilakukan skenario kedua, sebab ada kecenderungan bahwa dimasa yang akan datang limpasan permukaan akan meningkat dibanding saat ini akibat terjadinya perubahan tata guna lahan. c. Permodelan saluran drainase alternatif solusi dengan

penggunaan lahan di DAS pada kondisi eksisting. Permodelan ini dilakukan untuk mengetahui bilamana alternatif solusi ini di lakukan pengaruhnya terhadap profil permukaan air akibat mengalir debit banjir rencana. d. Permodelan saluran drainase alternatif solusi dengan penggunaan lahan di DAS pada kondisi yang akan datang. Permodelan ini dilakukan untuk menganalisa setiap alternatif solusi terhadap kemampuan saluran mengalirkan debit banjir rencana dalam arti tidakterjadi peluapan debit banjir dari saluran ke lahan. Hasil

permodelan ini akan dijadikan dasar untuk perencanaan penanggulangan banjir.

e. Permodelan untuk melihat pengaruh aliran balik terhadap debit banjir. Permodelan ini dilakukan dengan melakukan simulasi pada saat air surut terendah, mean sea level dan permukaan air laut pasang tertinggi.

Hasil Permodelan dan Analisa

Adapun hasil yang diperoleh secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

a. Elevasi permukaan air Kali Larangan dipengaruhi oleh elevasi permukaan air Kali Landangan. Penampang sungai eksisting sebagian besar masih mampu mengalirkan debit banjir periode 1.25 tahunan. Namun pada beberapa penampang dihilir dan hulu terutama yang memiliki tebing rendah terjadi luapan baik untuk debit 1.25 tahun, 5 tahun, 10 tahun dan 25 tahunan. Air

mengalir dari Kali Larangan dan saluran Gunungsari ke Kali kandangan melalui pelimpah dan pintu air. Keberadaan pelimpah di sungai menyebabkan kenaikan permukaan air dan bila pintu air terlambat dibuka maka akan menyebabkan kenaikan permukaan air di saluran. a. Hasil simulasi menunjukkan bahwa elevasi permukaan air

lebih tinggi dari kondisi skenario pertama yang telah disajikan diatas. Hal ini disebabkan bahwa rencana tata guna lahan akan datang memiliki kecenderungan meningkatnya lahan tidak serap air sehingga limpasan permukaan meningkat.

Dokumen terkait