• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep dan Teori

Dalam dokumen Andi Fatmasari KTI.pdf pengaruh PMK terh (Halaman 21-53)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dan Teori

1. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) a. Pengertian

Berikut ini beberapa definisi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada bayi baru lahir yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain:

1) MenurutWorld Health Organization (WHO) tahun 1961 semua bayi baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut

Low Birth Weight Infants (BBLR) (Proverawati & Ismawati, 2010).

2) Menurut Saifuddin (2001) bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) (Siwi, 2015).

3) Manuaba (1998) menyatakan bahwa istilah prematuritas telah diganti dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun umur cukup, atau karena kombinasi keduanya (Maryunani, 2013).

4) Bayi BBLR adalah bayi yang dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur (Proverawati & Ismawati, 2010).

Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500 gram tanpa melihat usia kehamilan.

b. Klasifikasi BBLR (Maryunani, A & Nurhayati, 2009).

Neonatus atau bayi yang termasuk dalam BBLR merupakan salah satu dari keadaan berikut ini:

1) Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SMK) adalah bayi prematur dengan berat badan lahir yang sesuai dengan masa kehamilan.

2) Neonatus Kurang Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NBK-KMK) adalah bayi prematur dengan berat badan kurang dari normal menurut usia kehamilan.

3) Neonatus Cukup Bulan-Kecil untuk Masa Kehamilan (NCB-KMK) adalah bayi yang lahir cukup bulan dengan berat badan kurang normal.

Pembagian umur kehamilan dalam tiga kelompok (WHO, 1997) yaitu:

xxiii

2) Aterm : Umur hamil antara 37-42 minggu (259-293 hari) 3) Post term : Umur hamil diatas 42 minggu (194 hari atau lebih)

(Maryunani, 2013).

Berdasarkan klasifikasi BBLR diatas, maka bayi BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan (Maryunani, 2013):

1) Prematuritas murni adalah masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau bisa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.

2) Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat badan bayi mengalami reterdasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

c. Penyebab BBLR (Proverawati & Ismawati, 2010).

Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun, penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahirn prematur. Berikut adalah beberapa faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum adalah sebagai berikut:

1) Faktor ibu

a) Riwayat prematur, pekerjaan fisik yang berat selama kehamilan, asupan nutrisi selama kehamilan, etnis dan jenis 9

keluarga secara signifikan terkait dengan kejadian BBLR (Rajet al, 2015)

b) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia sel berat, perdarahan antepartum, hipertensi, preeklampsia berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal)

c) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, HIV/AIDS, TORCH

d) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. e) Kehamilan ganda (multi gravida)

f) Jarak kehamilan yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun)

g) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya

h) Mengerjakan beberapa aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat

i) Keadaan gizi yang kurang baik j) Pengawasan antenatal yang kurang 2) Faktor janin

a) Kelainan kromosom (trisomy autosomal)

b) Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan) c) Disautonomial familial

xxv

e) Kehamilan ganda/gamelli f) Aplasia pankreas

3) Faktor plasenta

a) Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya b) Luas permukaan berkurang

c) Plasentitis vilus (bakteri, virus dan parasite) d) Infark

e) Tumor (koriongioma, molahidatidosa) f) Plasenta yang lepas

g) Sindrom plasenta yang lepas

h) Sindrom transfusi bayi kembar (sindram parabiotik) 4) Faktor lingkungan

a) Bertempat tinggal didaratan tinggi b) Terkena radiasi

c) Terpapar zat racun d. Berbagai permasalahan BBLR

1) Suhu tubuh yang tidak stabil atau masalah dalam pengaturan temperatur pada bayi BBLR ini akibat dari:

a) Kurangnya jaringan lemak dibawah kulit atau jaringan lemak bawah kulit lebih sedikit

b) Permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan bayi

c) Otot yang tidak aktif

d) Peningkatan hilan panas

e) Produksi panas yang berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat) yang belum cukup atau kurangnya lemak coklat f) Pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagai mana

mestinya

g) Ketidakmampuan untuk menggigil

h) Pada beberapa bayi terdapat kekurangan oksigen yang berpengaruh pada penggunaan kalori

i) Dengan demikian, pengaturan suhu yang belum matang menyebabkan BBLR seringkali memerlukan perawatan dalam inkubator

j) Hipotermi terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang (Puspita, 2013).

2) Hipoglikemia

Gula darah berfungsi sebagai makanan otak dan membawa oksigen ke otak. Jika asupan glukosa ini kurang, akibatnya sel-sel syaraf diotak mati dan mempengaruhi kecerdasan bayi kelak. BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah lahir dan minum sesering mungkin (setiap 2 jam) (Proverawati & Ismawati, 2010).

xxvii

3) Hiperglikemia

Hiperglikemia sering merupakan masalah pada bayi yang sangat amat prematur yang mendapat cairan glukosa berlebihan secara intervena tetapi mungkin juga terjadi pada bayi BBLR lainnya (Proverawati & Ismawati, 2010).

4) Masalah pemberian ASI

Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh bayi dengan BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat mengisap. Bayi dengan BBLR sering mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tetapi sering. Bayi BBLR dengan kehamilan lebih dari 35 minggu dan berat lahir lebih dari 2000 gram umumnya bisa langsung menetek (Proverawati & Ismawati, 2010).

5) Gangguan imunologik

Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar Ig G, maupun gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi belum baik. Karena sistem kekebalan tubuh bayi BBLR belum matang. Bayi juga dapat terkena infeksi saat dijalan lahir atau tertular infeksi melalui plasenta. Keluarga dan tenaga kesehatan yang merawat bayi BBLR harus melakukan tindakan pencegahan infeksi antara lain 13

dengan mencuci tangan dengan baik (Proverawati & Ismawati, 2010).

6) Ikterus

Ikterus adalah menjadi kuningnya warna kulit, selaput lender dan berbagai jaringan oleh zat warna empedu. Ikterus neonatal adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir. Ikterus dibagi menjadi dua yaitu ikterus patologis (jika kuningnya timbul dalam 24 jam pertama setelah lahir) dan ikterus fisiologis (ikterus yang muncul pada hari kedua dan ketiga) (Proverawati & Ismawati, 2010).

7) Masalah perdarahan

Perdarahan pada neonatus mungkin dapat disebabkan karena kekurangan faktor pembekuan darah dan faktor fungsi pembekuan darah abnormal atau menurun, gangguan trombosit, misalnya trombositopenia, trombositopati dan gangguan pembuluh darah (Proverawati & Ismawati, 2010).

e. Perawatan BBLR

1) Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLR:

a) Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan menjadi hipotermi karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik metabolisme rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus

xxix

dirawat dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim.

b) Apabila tidak ada inkubator bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampinganya ditaruh botol berisi air panas sehingga panas badannya dapat dipertahankan.

c) Melakukan perawatan Kangaroo Mother Care (KMC) (Puspita, 2013).

2) Makanan bayi prematur (Puspita, 2013).

a) Alat pencernaan bayi belum sempurna lambung kecil enzim pencenaan belum belum matang sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung, reflek masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan frekuensi yang lebih sering.

b) ASI merupakan makanan yang paling utama sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan dengan sendok perlahan-lahan dengan memasang sonde.

c) Permulaan cairan yang diberikan 50-60 cc/kg BB/ hari terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari.

3) Ikterus (Puspita, 2013)

a) Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan bilirubin tidak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efektif sampai 4-5 hari berlalu. b) Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisis

dan infeksi karena hiperbilirubinemia dapat menyebabkan ikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.

4) Pernapasan

a) Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin b) Pada penyakit ini tanda-tanda gawat pernapasan selalu ada

dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobservasi usaha pernapasan (Puspita, 2013).

c) Bayi BBLR berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan napas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi endotracheal, pijatan

xxxi

jantung, dan pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi (Proverawati & Ismawati, 2010).

5) Hipoglikemi

a) Hipoglikemia paling timbul jika bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir rendah

b) Dengan demikian harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah teratur (Puspita, 2013). 6) Menghindari infeksi

a) Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna

b) Oleh karen itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR) (Proverawati & Ismawati, 2010). 7) Pengamatan lebih lanjut

Bila bayi berat lahir rendah dapat mengatasi problematik yang dideritanya perlu diamati selanjutnya oleh karena kemungkinan bayi ini akan mengalami gangguan pendengaran, penglihatan, kognitif, fungsi motor susunan saraf pusat dan penyakit-penyakit seperti Hidrosefalus, Cerebral palsy dan sebagainya (BBLR) (Puspita, 2013).

2. Perawatan Metode Kangguru (PMK) a. Pengertian PMK

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013 Perawatan Metode Kangguru (PMK) adalah suatu tekhnik dimana bayi dilekatkan pada dada orang dewasa (biasanya ibu) dengan melalui kontak kulit ke kulit untuk jangka waktu yang lama. Sangat cocok untuk bayi prematur dan bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg yang tidak memiliki masalah lain.

Perawatan Metode Kangguru (PMK) atauKangaroo Mother Care

(KMC) merupakan salah satu metode perawatan bayi berat lahir rendah untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir, yang diperkenalkan pertama kali oleh Rey dan Martinez dari Columbia pada tahun 1979. Rey dan Martinez melaporkan skin to skin contact

dapat meningkatkan kelangsungan hidup bayi terutama yang mengalami BBLR atau prematur (Maryunani & Nurhayati, 2009).

PMK adalah kontak kulit antara ibu dan bayi secara dini, terus menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuannya adalah agar bayi kecil tetap hangat. Dapat dimulai segera setelah lahir atau setelah bayi stabil. KMC dapat dilakukan di rumah sakit atau di rumah setelah bayi pulang. Bayi tetap dapat dirawat dengan PMK meskipun belum dapat menyusu, berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif pemberian minum (Sudarti & Fauziah, 2010).

xxxiii

PMK merupakan salah satu teknologi tepat guna yang sederhana, murah dan sangat dianjurkan untuk perawatan BBLR yang terbatas. PMK merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang (Maryunani, 2013).

Metode kangguru tidak hanya sekedar menggantikan peran inkubator, namun juga memberikan berbagai keuntungan yang tidak dapat diberikan oleh inkubator. PMK merupakan metode tepat guna sebagai pengganti inkubator, tetapi tetap harus dilakukan pemantauan oleh tenaga kesehatan sampai BBLR mencapai berat >2500 gram. Dibandingkan dengan perawatan konvensional, PMK terbukti dapat menurunkan kejadian infeksi, penyakit berat, masalah menyusu dan ketidak puasan ibu serta meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi (Sudarti & Fauziah, 2010).

Penelitian yang dilakukan Jill Bey (2015) dari 117 bayi yang diikuti hingga usia 10 tahun, bayi yang melakukan kontak kulit dengan kulit menunjukkan respon stres yang rendah, peningkatan fungsi otonom, tidur yang lebih baik dan kontrol kognitif yang lebih baik.

Beberapa penelitian mengenai PMK atau perawatan bayi lekat telah mulai dilakukan dibeberapa provinsi di Indonesia sejak tahun 1996, diantaranya (Maryunani, 2013):

1) Penelitian di Jawa Barat dilakukan dengan membandingkan hasil perawatan BBLR kurang dari 2500 gram yang menggunakan perawatan metode kangguru dan yang lainnya tanpa menggunakan metode kangguru, yaitu antara lain memakai buli-buli atau botol air panas, dengan dibedong dibawah lampu panas ataupun boks bayi yang dihangatkan. Hasil yang didapatkan antara lain:

a) Perawatan dengan metode kangguru menunjukkan hasil yang lebih baik

b) Hasilnya adalah perawatan metode kangguru lebih baik dalam mempertahankan suhu yang optimal dan memiliki kecendeurungan meningkatkan kenaikan berat badan bayi c) Oleh karena itu disimpulkan bahwa perawatan metode

kangguru sangat bermanfaat dalam pencegahan hipotermia pada perawatan BBL dirumah.

2) Penelitian di Sulawesi Selatan dan Sumatra Utara, pada penelitian di kedua provinsi ini dilakukan studi tentang implementasi penerimaan wanita terhadap perawatan metode kangguru. Hasilnya ternyata perawatan metode kangguru dapat dilaksanakan karena:

xxxv

b) Memberi hasil yang cukup baik terhadap bayi berat badan lahir rendah, yakni terutama dari perkembangan suhu tubuh bayi dan kenaikan berat badan bayi

Berdasarkan alasan ilmiah, telah menyarankan bahwa kontak kulit ke kulit atau PMK harus segera dimulai, untuk menghindari efek berbahaya dari pemisahan. Dalam hal klasifikasi dan mendefinisikan untuk tujuan penelitian, aspek-aspek berikut yang menentukan kategori PMK yaitu:

1) Waktu inisiasi (menit, jam, sejak lahir), yang ideal adalah tidak dilakukan pemisahan

2) Dosis PMK

3) Durasi (diukur dalam hari atau minggu dari hari kelahiran) (Wikipedia, 2015).

b. Jenis PMK

Terdapat dua jenis PMK, yang disebut PMK intermitten dan PMK kontinyu, yang dijelaskan sebagai berikut:

1) PMK intermitten

Metode PMK ini biasanya dilakukan di fasilitas Unit Perawata Khusus (level II) dan intensif (level III). PMK tidak diberikan sepanjang waktu, hanya dilakukan jika ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan inkubator dengan durasi minimal satu jam secara terus menerus dalam satu hari.

PMK intermitten dapat dimulai pada bayi yang sakit, yang dalam proses penyembuhan tetapi masih memerlukan pegobatan medis (misalnya infus, tambahan oksigen dengan konsentrasi rendah) (Maryunani, 2013).

2) PMK kontinu

Metode PMK ini bisa dilakukan di unit rawat gabung atau ruangan yang dipergunakan untuk perawatan metode kangguru atau dirumah. PMK diberikan sepanjang waktu. Pada bayi yang sakit-sakit, PMK kontinu dapat diterapkan apabila kondisi bayi harus dalam keadaan stabil. Bayi harus dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen (Maryunani, 2013).

c. Lama dan jangka waktu penerapan PMK

1) Secara bertahap lama waktu penerapan metode kangguru ditingkatkan dari:

a) Mulai dari perawatan yang belum menggunakan PMK b) Dilanjutkan dengan perawatan PMK intermitten c) Kemudian diikuti dengan PMK kontinu

(Maryunani, 2013).

2) Kontak waktu yang singkat, yaitu kurang dari 60 menit. Kontak waktu yang singkat dapat menyebabkan bayi stres. Perlu dicarikan strategi apabila ibu tidak ada atau sedang berkegiatan lain sehingga tidak dapat melakukan PMK, antara lain:

xxxvii

a) Apabila bayi masih berada di fasilitas pelayanan kesehatan, maka sebaiknya bayi diletakkan di inkubator

b) Apabila bayi telah dilakukan pemulangan, maka anggota keluarga lain dapat menggantikan ibu dalam melaksanakan perawatan metode kangguru (Maryunani, 2013).

3) Penggunaan metode kangguru dihentikan jika bayi sudah tidak membuetuhkan lagi, apabila:

a) Minimal berat badan bayi >2500 gram b) Menetek kuat seperti bayi besar dan sehat c) Suhu stabil 37ºC (Maryunani, 2013). d. Manfaat PMK

1) Manfaat bagi bayi

Bagi bayi, metode kangguru bermanfaat mengurangi pemakaian kalori bayi, memperlama waktu tidur bayi, meningkatkan hubungan kedekatan bayi dan ibu, mengurangi kejadian infeksi, menstabilkan suhu bayi, menstabilkan denyut jantung dan pernafasan bayi, menurunkan stres pada bayi, meningkatkan perilaku bayi lebih baik, dimana akan tampak bayi waspada, menangis berkurang, lebih sering menyusu ASI, dan menaikkan berat badan bayi (Maryunani & Nurhayati, 2009).

Hasil uji coba secara acak yang dilakukan oleh Sloan et al

dalam Sarparasi, L (2014) menunjukkan penurunan yang signifikan pada infeksi berat seperti sepsis dan pneumonia pada bayi yang menerima PMK selama 6 bulan pertama kelahiran. 2) Manfaat bagi ibu

a) Hubungan lekat lebih baik, dimana ibu menjadi lebih dekat dengan bayinya secara emosional dan ibu lebih sayang bayinya secara emosional dan ibu lebih sayang pada bayinya.

b) Terjadi peningkatan ASI, dimana produksi ASI cukup/banyak sehingga tidak perlu tambahan susu formula c) Ibu percaya diri, dan tidak ada sindrom ASI kurang

d) Wanita yang memegang bayi mereka dalam waktu lima menit dari kelahiran bayinya lebih mungkin untuk menyusui bayinya (Mohamed &Ismail, 2015)

e) Menghemat biaya pengeluaran rumah tangga

f) Keluarga (ibu dan ayah) lebih siap merawat bayinya g) PMK menghemat sarana merujuk (Maryunani, 2013). 3) Manfaat bagi ayah

a) Ayah memiliki peranan yang lebih besar dalam perawatan bayinya

xxxix

b) PMK dapat meningkatkan hubungan antara ayah-bayinya, terutama berperan penting di negara dengan tingkat kekerasan pada anak yang tinggi (Maryunani, 2013).

4) Manfaat bagi petugas kesehatan

a) Efisiensi tenaga karena ibu lebih banyak merawat bayinya sendiri

b) Beban kerja petugas menjadi berkurang karena ibu banyak merawat bayinya sendiri

c) Petugas kesehatan dapat melakukan tugas lain yang membutuhkan perhatian petugas, misalnya memperhatikan bayi yang dalam kondisi kegawatan, melakukan pemeriksaan lain, memberikan dukungan kepada ibu dalam menerapkan PMK (Maryunani, 2013).

5) Manfaat bagi institusi/fasilitas pelayanan kesehatan

a) Lama perawatan lebih pendek sehingga bayi bisa cepat pulang dari fasilitas pelayanan kesehatan

b) Turn over meningkat, artinya tempat yang ditinggalkan bayi yang cepat pulang, bisa segera digunakan bagi bayi lainnya yang memerlukan

c) Efisiensi anggaran karena pengurangan penggunaan fasilitas, seperti listrik, inkubator, alat canggih lainnya. d) Dampaknya, bisa terdapat kenaikan penghasilan karena

adanya efisiensi anggaran (Maryunani, 2013).

6) Manfaat bagi negara

a) Penghematan devisa dalam import susu formula karena penggunaan ASI meningkat

b) Penghematan biaya perawatan karena yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan karena bayi yang sakit sedikit disebabkan bayi banyak yang lebih sehat dengan pemanfaatan ASI (Maryunani, 2013).

e. Pelaksanaan PMK

Seperti yang telah dijalaskan sebelumnya, posisi kangguru adalah adanya kontak kulit dengan kulit antara bagian depan tubuh bayi dengan dada dan perut ibu dalam baju kangguru. Dalam pengertian sederhananya adalah cara menyelimuti atau membungkus bayi dengan ibu. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1) Cara pertama

a) Letakkan bayi diantara kedua payudara ibu dengan kaki bayi dibawah payudara ibu dan tangan bayi diatasnya b) Kulit bayi harus melekat pada dada ibu (kontak kulit)

dengan kepala bayi menoleh kesalah satu sisi (kiri/kanan) c) Gunakan baju kangguru/selendang/kain panjang untuk

xli

2) Cara kedua

a) Posisi bayi diantara payudara, tegak, dada bayi menempel pada dada ib, kemudian amankan posisi bayi tersebut dengan menggunakan kain panjang atau baju kangguru b) Palingkan kepala bayi kesisi kanan atau kiri, dengan sedikit

tengadah (ekstensi)

c) Posisi pangkal paha bayi harus refleksi dan ekstensi seperti kodok, tangan dalam posisi fleksi

d) Ikatan harus kuat dan menutupi bayi

e) Perut bayi jangan tertekan dan terletak di epigastrium ibu (Maryunani, 2013).

3) Cara ketiga

Persiapan ibu sebelum melakukan PMK:

a) Bersihkan tubuh ibu terutama bagian dada dengan mandi 2-3 kali sehari

b) Kuku dan tangan ibu harus dalam keadaan bersih c) Ibu memakai baju yang hangat, bersih dan longgar

d) Ibu tidak memakai BH selam PMK berlangsung (Maryunani, 2013).

Persiapan bayi:

a) Sebaiknya bayi tidak dimandikan sebelum menggunakan PMK

b) Bayi dipaikan topi dan popok (Maryunani, 2013).

Cara memakai baju kangguru:

a) Menyiapkan bayinya, dengan memakaikan topi dan popok b) Memasukkan bayi kedalam baju kangguru

c) Menggendongkan bayinya kedada ibu secara vertikal, dengan tangan bayi seperti memeluk dan mendekap ibu d) Mengikat kain baju kanggurunya untuk menggendong bayi e) Mengatur kembali posisi bayi sampai bayi merasa nyaman f) Periksa ulang keamanan baju kangguru

g) Memakaikan ibu baju yang longgar dengan kancing didepan (Maryunani, 2013).

4) Cara keempat (Mansyur & Karsida, 2013) Penyampaian informasi kepada keluarga

a) Bidan/petugas kesehatan perlu memperkenalkan diri dan memahami lingkungan keluarga, siapa diantara anggota keluarga yang paling berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam keluarga

b) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga, mengapa bayi perlu dirawat dengan metode kangguru

c) Gunakan bahasa sederhana yang mudah dipahami Persiapan ibu/pengganti ibu

a) Ibu atau pengganti ibu membersihkan daerah dada dan perut dengan cara mandi 2 kali sehari

xliii

Membersihkan dada ibu Persiapan bayi

a) Bayi jangan dimandikan, tetapi cukup dibersihkan dengan kain bersih dan hangat

b) Bayi perlu memakai baju tutup kepaladan popok selama pelaksanaan metode kangguru

c) Setiap popok bayi basah akibat BAB/BAK harus segera diganti

Menggunakan baju biasa

a) Selama pelaksanaan metode kangguru, ibu atau pengganti ibu tidak memakai baju dalam atau BH

b) Pakai baju yang dapat renggang

c) Bagian bawah baju diikat gengan pengikat baju, tali pinggang, atau selendang kain

d) Kain baju perlu dihangatkan dengan dengan dijemur dibawah sinar matahari

e) Pakailah metode ini sepanjang hari Posisi bayi

a) Letakkan bayi dalam posisi vertikal. Letaknya dapat ditengah payudara atau sedikit kesampingan sesuai dengan kenyamanan bayi

b) Saat ibu duduk/tidur, posisi bayi dapat regak mendekap ibu 29

c) Setelah bayi dimasukkan kedalam baju ikat dengan kain selendang disekeliling atau mengelilingi ibu dan bayi

Memonitor bayi a) Pernapasan

Dalam dokumen Andi Fatmasari KTI.pdf pengaruh PMK terh (Halaman 21-53)

Dokumen terkait