• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

2. Konsepsi Dakwah Menurut Habaib di Surakarta

a. Konsep Dakwah Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf

Dakwah menurut Habib Syech adalah mengajarkan ke perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan yang bathil, beliau sendiri ada banyak macam cara kita menyampaikan dakwah, tapi yang pertama adalah menanamkan bagaimana menagajarkan cinta kepada Allah SWT lewat Rasululloh SAW. Agar dakwah dapat diterima oleh masyarakat maka perlu dakwah yang menggunakan metode yang berbeda agar masyarakat

dapat menangkap materi yang disampaikan dan mempraktekkan materi dakwah tersebut ke dalam perbuatan sehari-hari.

Pertama, sebagai seorang da‟i haruslah memberi contoh terlebih dahulu. Kedua, adalah kita harus tahu siapa yang kita ajak bicara, maksudnya kita harus menyesuaikan dengan siapa kita berbicara atau menyesuaikan sesuai kondisi masyarakat. Dengan menggunakan bahasa yang mudah diserap oleh masyarakat, akan memudahkan masyarakat untuk mengingat dan mempraktekannya di kehidupan sehari-hari. Ketiga, seorang da‟i harus memiliki akhlak yang baik, akhlak tidak harus ditunjukkan tetapi jama‟ah dan masyarakat sudah bisa menilai apakah akhlak da‟inya baik atau buruk. Keempat, kita tidak boleh sombong dengan merasa kita paling hebat dari yang lainnya, itu tidak baik.

Dakwah juga selalu mengajarkan kepada kita untuk melakukan apa yang diperintah oleh Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya, serta melakukan apa yang disunnahkan oleh Nabi Muhammad SAW. Terakhir, dakwah haruslah disampaikan dengan hati yang ikhlas dan kasih sayang. Senyum pun adalah pelengkap dakwah yang sempurna, karena dengan senyum akan terjadi keakraban antara da‟i dengan jama‟ah (Sumber: Wawancara dengan Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf, 9 Agustus 2017).

b. Konsep Dakwah Habib Noval bin Muhammad Alaydrus

Dakwah menurut Habib Novel adalah mengajak seseorang kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari kemunkaran, dan menyampaikan sesuai dengan Al-Qur‟an dan As-Sunah, serta

meluruskan suatu stigma yang dianggap tidak benar oleh masyarakat khususnya masyarakat yang awam akan ilmu-ilmu Islam agar terwujud masyarakat yang Khairu Ummah.

Beliau menyampaikan bahwa harus selalu berlandaskan dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, karena taufik dan hidayah itu datangnya dari Allah bukan datang dari manusia. Menurut Habib Novel seorang da‟i itu harus banyak dibekali dengan perilaku amal sholeh, dan amal sholeh atau perilaku itu untuk dijadikan keperluan dakwah, dan keperluan itu harus terlebih dahulu dimiliki oleh seorang da‟i karena sebagai bekal dalam dakwahnya, yang tentunya akan mengundang kepada mad‟u untuk mengikuti apa yang disampaikannya dan ditauladani untuk dijadikan tuntutan.

Habib Novel menegaskan da‟i bukan hanya tentang menyampaikan isi materi dakwah, tetapi niat awal yang kita ciptakan sebelum mengerjakan itu lebih penting dari apapun. Karena dari niatlah kita akan menerima semua sesuai dengan niatan awal kita. Begitu pun untuk konsep dakwah, tidak ada larangan dakwah model apapun, tetapi harus sesuai koridor Al-Quran dan As-Sunah dan niat yang tulus untuk menyebarkan dakwah ke jalan yang di ridhai oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Amal sholeh yang didapatkan dari para pendakwah, kyai atau habib itu harus disalurkan lewat perbuatan sehari-hari dan harus dipaksakan, karena apabila tidak dipaksakan maka tidak akan bisa dilakukan (Sumber: Wawancara dengan Habib Noval bin Muhammad Alaydrus yang diwakilkan oleh asistennya Seto Setiawan, 21 Juli 2017).

c. Konsep Dakwah Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi

Dakwah menurut Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi adalah suatu penyampaian Kalam Allah dan As-Sunah yang dilakukan oleh setiap orang muslim, agar tercapainya umat yang sesuai dengan Islam. Penyampaian dakwah itu wajib bagi semua muslimin, laki-laki perempuan, yang bersuku, yang ber-ras, masyarakat Muslim hukumnya wajib untuk menyampaikan dakwah, bisa berupa dakwah perkataan, perbuatan maupun dakwah dalam bentuk yang lain, yang masih sesuai koridor Islam.

Dakwah pun harus disampaikan oleh seseorang yang mengetahui pendidikan dakwah secara baik dan benar, oleh karena itu tidak bisa sembarangan menyampaikan dakwah. Bukan hanya latar belakang pendidikan, tetapi niat awal untuk menyebarkan dakwah tersebut juga harus ditata ulang. Dakwah bertujuan untuk memberikan pengertian kepada masyarakat tentang Islam yang sebenarnya, yang sesuai dengan Al Qur‟an maupun As-Sunah. Diberikan pengertian yang benar dan tepat akan membuat masyarakat untuk mengikuti dan melakukannya ke perbuatan sehari-hari.

Tetapi terkadang niatan awal sudah tidak sesuai dengan apa yang sudah ditentukan oleh Allah, dan itulah yang membuat dakwah semakin menuju jalan yang salah. Dakwah bukan tentang popularitas kita di hadapan jama‟ah maupun uang. Dakwah itu memberitahukan kepada umat dan meluruskan niat umat ke jalan yang diridhai oleh Allah SWT. Oleh karena itu dakwah harus diniatkan untuk Allah SWT (Ilallah)

semata, bukan untuk hal-hal yang bersifat duniawi maupun yang bersifat ujub. Maka dari itu, haruslah diluruskan niatan para pendakwah untuk mencapai ridha Allah SWT dengan cara berdakwah, dan bukan dakwah untuk nafsu (Ila Nafsu) belaka.

Habib Alwi sendiri berpesan kepada calon-calon pendakwah atau yang sudah menjadi pendakwah, jalannya dakwah Rasulullah SAW yaitu dengan bil qauli (dengan uacapan yang baik), bil fi‟li (konsekuen dengan apa yang diucapkan), wan niat (niatkan dakwah ke jalan Allah), santun (santun dalalm berkata), dan dakwah perlu disisipkan seni (agar tidak bosan atau jenuh) (Sumber: Wawancara dengan Habib Alwi bin Ali Al Habsyi, 18 Juli 2017).

3. Karakteristik Unsur-unsur Dakwah Habaib di Surakarta

a. Karakteristik Unsur-unsur Dakwah Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf

Karakteristik unsur-unsur dakwah Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf di pengajian-pengajian beliau, peneliti mengklasifikasi dalam beberapa pokok bahasan yaitu:

Dokumen terkait