• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

2. Konsepsi

Dalam penelitian hukum kerangka konsepsional diperoleh dari peraturan perundang-undangan atau melalui usaha untuk membentuk pengertian-pengertian hukum. Apabila kerangka konsepsional tersebut diambil dari peraturan perundang-undangan tertentu maka biasanya kerangka konsepsional tersebut sekaligus merumuskan definisi-definisi tertentu, yang dapat dijadikan pedoman operasional di dalam proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan konstruksi data.17

16

Teori ini dilahirkan oleh Eugen Erlich, salah seorang pendasar sosiologi hukum di Jerman.

17

Kerangka konsepsional dalam merumuskan atau membentuk pengertian-pengertian hukum, kegunaannya tidak hanya terbatas pada penyusunan kerangka konsepsional saja, akan tetapi bahkan pada usaha merumuskan definisi-definisi operasional di luar peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, konsep merupakan unsur pokok dari suatu penelitian.18

Agar terdapat persamaan persepsi dalam membaca rencana penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan konsep-konsep dibawah ini :

1. Pengertian E-Commerce

Secara umum e-commerce dapat didefinisikan sebagai segala bentuk transaksi perdagangan / perniagaan barang atau jasa (trade of goods and service) dengan menggunakan media elektronik yang terhubung secara online yang dikenal dengan internet, kegiatan perniagaan tersebut merupakan bagian dari kegiatan bisnis.

Penggunaan internet dipilih oleh kebanyakan orang sekarang ini karena kemudahan-kemudahan yang dimiliki jaringan internet :

a. Internet sebagai jaringan publik yang sangat besar, layaknya yang dimiliki suatu jaringan publik elektronik, yaitu murah, cepat dan kemudahan akses.

18

Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm. 24.

b. Menggunakan data elektronik sebagai media penyimpanan pesan atau data sehingga dapat dilakukan pengiriman dan penerimaan informasi secara mudah dan singkat, baik dalam bentuk data elektronik, analog, maupun digital. 19

Berbeda dengan transaksi perdagangan biasa, transaksi e-commerce memiliki beberapa karakteri khusus yakni :

a. Transaksi tanpa batas : Sebelum era internet, batas-batas geografi menjadi penghalang suatu perusahaan atau individu yang ingin go-international. Sehingga, hanya perusahaan atau individu dengan modal besar yang dapat memasarkan produknya ke luar negeri. Dewasa ini dengan internet pengusaha kecil dan mencegah dapat memasarkan produknya secara international dengan membuat situs web atau dengan memasang iklan di situs-situs internet tanpa batas waktu (24 jam), dan tentu saja pelanggan dari seluruh dunia dapat mengakses situs tersebut.

b. Transaksi anonim : para penjual dan pembeli dalam transaksi melalui internet tidak harus bertemu muka satu sama lainnya. Perjual tidak memerlukan nama dari pembeli sepanjang mengenai pembayarannya telah diotorisasi oleh penyedia sistem pembayaran ditentukan, yang biasanya dengan kartu kredit. c. Produk digital dan non digital : produk-produk digital seperti software

komputer, musik dan produk lain yang bersifat digital dapat dipasarkan melalui internet dengan cara mendownload secara elektronik. Dalam

19

Ridwan Khairandy, Pembaharuan Hukum Kontrak sebagai Antisipasi Transaksi

Electronic Commerce, Artikel dalam Jurnal Hukum No. 16 Vol. 8, Maret 2001, Jakarta, Universitas

perkembangan obyek yang ditawarkan melalui internet juga meliputi barang-barang kebutuhan hidup lainnya.

d. Produk yang tak berwujud : banyak perusahaan yang bergerak di bidang e-commerce dengan menawarkan barang yang tak berwujud seperti data, sofware dan ide-ide yang dijual melalui internet. 20

Sebagaimana yang terjadi dalam perdagangan di dunia nyata, basis hukum utama untuk transaksi e-commerce adalah kontrak. Kontrak di sini menyangkut bisnis ke bisnis dan bisnis ke konsumen. Kontrak online di dalam transaksi internet memiliki beberapa variasi diantaranya adalah :

a. Kontrak pengembangan dan pengaturan jaringan elektronik (website desig and development contract)

b. Kontrak melalui chatting dan video conference c. Kontrak pengadaan pembayaran dengan kartu kredit d. Kontrak melalui email. 21

Mekanisme transaksi elektronik dengan e-commerce dimulai dengan penawaran suatu produk tertentu oleh penjual (misalnya berkedudukan di USA) di suatu website melalui server yang berada di Indonesia (misalnya detik.com), apabila konsumen Indonesia melakukan pembelian, maka konsumen tersebut akan mengisi order mail yang telah disediakan oleh pihak penjual.

20

http://www.nofieiman.com, diakses pada tanggal 12 Juli 2009, pukul 10.30. 21

Nandang Sutrisni, Cyberlaw: Problem dan Prospek Pengaturan Aktifitas Internet,dalam

Jurnal Hukum Ius Quies Justum, No. 16 Vol. 8 Maret 2001: 10-29, Jakarta : Fakultas Hukum

Selanjutnya klasifikasi mekanisme pembayaran di dalam transaksi e-commerce dapat dibagi menjadi lima mekanisme utama, yaitu :

a. Transaksi model ATM. Transaksi ini hanya melibatkan institusi financial dan pemegang account yang akan melakukan pengambilan atau mendeposit uangnya dari account masing-masing.

b. Pembayaran dua pihak tanpa perantara, transaksi dilakukan langsung antara dua pihak tanpa perantara menggunakan uang nasionalnya.

c. Pembayaran dengan perantara pihak ketiga, umumnya pembayaran yang menyangkut debit, kredit maupun cek masuk dalam kategori ini. Salah satunya yaitu sistem pembayaran kartu kredit online. 22

Setelah terjadi kesepakatan antara pihak penjual dengan pembeli maka mengenai proses pengiriman barang dilakukan sesuai dengan perjanjian. Pengiriman dapat dilakukan dengan cara dikirim sendiri atau menggunakan jasa pengiriman lainnya. Biaya pengiriman biasanya dihitung dalam pembayaran, atau bahkan seringkali dikatakan pelayanan gratis terhadap pengiriman karena sudah termasuk dalam biaya penyelenggaraan pada sistem tersebut.

Praktek e-commerce yang berkembang begitu cepat seperti yang kita rasakan sekarang ini sayangnya tidak disertai dengan pembangunan landasan hukum yang secara khusus mengatur e-commerce sehingga bisa dijadikan pegangan demi terciptanya suatu kepastian hukum. Umumnya hal tersebut terjadi di negara-negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia.

22

Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa absennya legislasi khusus itu membuka peluang pada pelaku bisnis untuk serta merta melanggar etika dan prinsip kontrak yang sudah ada. Prinsip, syarat-syarat dan etika kontrak yang telah diatur dalam BW dan undang-undang serta peraturan lainnya masih tetap berlaku untuk kontrak e-commerce.23

Sistem transaksi e-commerce tersebut haruslah layak dipercaya. Suatu sistem e-commerce layak dipercaya apabila sistem elektronik tersebut dapat dimintakan pertanggungjawaban, handal, aman dan beroperasi sebagaimana mestinya.

Yang dimaksud dengan dapat dimintakan pertanggungjawaban artinya ada subjek hukum yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan sistem elektronik tersebut. Handal artinya sistem e-commerce tersebut memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan penggunaannya. Aman artinya sistem e-commerce tersebut terlindungi baik secara fisik maupun non fisik.

Beroperasi sebagaimana mestinya artinya sistem e-commerce tersebut memiliki kemampuan sesuai spesifikasinya. Diharapkan dengan adanya kewajiban-kewajiban tersebut maka suatu sistem informasi tersebut menjadi layak dpercaya yang pada akhirnya akan melindungi kepentingan masyarakat.

Terlepas dari hal di atas terdapat beberapa keuntungan e-commerce bagi kepentingan organisasi, individu dan masyarakat. Keuntungan untuk organisasi diantaranya yaitu dengan adanya e-commerce dapat memperluas tempat pemasaran untuk pasar nasional dan internasional. Dengan minimnya modal

23

sebuah perusahaan dapat dengan mudah dan cepat menemukan lebih banyak costumer, pemasok terbaik, dan mitra bisnis yang pantas (suitable). Keuntungan bagi konsumen dengan adanya e-commerce adalah : a) melalui e-commerce konsumen dapat bertransaksi selama 24 jam dan dapat dilakukan dimanapun juga, b) e-commerce menyediakan banyak pilihan bagi konsumen. Mereka dapat memiliki banyak vendor dari produk lainnya. Keuntungan bagi masyarakat, e-commerce dapat memfasilitasi kepentingan-kepentingan publik.

2. Pengertian Hukum Kontrak/Perjanjian

Apabila dilihat pada prinsipnya kontrak adalah serangkaian janji yang dibuat para pihak dalam kontrak. Kontrak adalah janji (promises). Atas dasar itu, Subekti mendefenisikan kontrak sebagai peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang saling berjanji untuk melakanakan sesuatu.24

Janji sendiri merupakan pernyataan yang dibuat oleh seseorang kepada orang lain yang menyatakan sesuatu keadaan tertentu dari affair exit, atau akan melakukan suatu perbuatan tertentu. Orang terikat pada janjinya sendiri, yakni janji yang diberikan kepada pihak lain dalam perjanjian. Janji itu mengikat dan janji itu menimbulkan utang yang harus dipenuhi.25

Bab II Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Indonesia menyamakan kontrak dengan perjanjian atau persetujuan. Hal tersebut

24

Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Intremasa, 1984), hlm. 36. 25

J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Buku II, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), hlm. 146.

secara jelas terlihat dalam judul Bab II buku III KUH Perdata, yakni “Perikatan yang lahir dari Kontrak Persetujuan”.

Apabila kita melihat di dalam pasal 1320 KUH Perdata juga mensyaratkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian atau kontrak harus memenuhi empat syarat : a. Sepakat bagi mereka mengikat diri

Kata sepakat di dalam perjanjian pada dasarnya adalah pertemuan atau persesuaian kehendak antara para pihak di dalam perjanjian. Seseorang dikatakan memberikan persetujuannya dan kesepakatannya jika ia memang menghendaki apa yang disepakati.26 Mariam Darus Badrulzaman melukiskan pengertian sepakat sebagai persyaratan kehendak yang disetujui (overeenstemende wilsverklaring) antara pihak-pihak. Pernyataan pihak yang menawarkan dinamakan (offerte). Pernyataan pihak yang menerima penawaran dinamakan akseptasi.27

Dengan demikian, penawaran dan akseptasi merupakan unsur yang sangat penting dalam menentukan lahirnya perjanjian. KUH Perdata Indonesia dan bahkan KUH Perdata Negara Belanda (baru) sendiri tidak menjelaskan atau tidak memberikan patokan sejauh mana suatu penawaran dan/atau akseptasi itu mengikat.

Mengingat tidak adanya defenisi penawaran tersebut, Rutten mendefenisikan penawaran sebagai suatu usul untuk menutup perjanjian yang ditujukan kepada pihak lawan janjinya, usul mana telah dirumuskan sedemikian rupa,

26

J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Buku I, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), hlm. 164.

27

sehingga penerimaan usul itu langsung menimbulkan perjanjian.28 Pernyataan kehendak tersebut harus merupakan pernyataan bahwa ia menghendaki timbulnya hubungan hukum kesesuaian kehendak antara dua saja belum melahirkan perjanjian, karena kehendak itu harus dinyatakan, harus nyata bagi pihak yang lain. Apabila pihak yang lain tersebut telah menyatakan menerima atau menyetujuinya maka timbullah kata sepakat.

b. Cakap untuk membuat suatu perikatan

Pasal 1329 KUHPerdata, menyatakan bahwa setiap orang cakap untuk membuat suatu perjanjian, kecuali apabila menurut undang-undang dinyatakan tidak cakap.29 Dalam perkembangan Mahkamah Agung melalui putusan No. 447/Sip 1976 tanggal 13 Oktober 1976 menyatakan bahwa dengan berlakunya UU No. 1 tahun 1974, maka batas seseorang berada di bawah kekuasaan perwalian adalah 18 tahun, bukan 21 tahun.

Jadi KUH Perdata telah memberikan kebebasan berkontrak kepada pihak-pihak membuat kontrak secara tertulis maupun secara lisan, asalkan memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata. Oleh karena itu kontrak tidak harus dibuat secara tertulis.

Hukum kontrak menganut beberapa prinsip: pertama, prinsip konsesualisme, bahwa kontrak dinyatakan telah lahir apabila telah ada

28

J. Satrio, Op.Cit, hlm. 166. 29

Dalam pasal 1330 KUH Perdata dinyatakan bahwa ada beberapa orang tidak cakap untuk membuat perjanjian, yakni : 1. Orang-orang belum dewasa, 2. Mereka yang ditaruh dibawah pengampunan, dan 3. Orang-orang yang perempuan.

kesepakatan diantara para pihak.30 Kedua, kebebasan berkontrak, artinya para pihak di beri kebebasan untuk bentuk dan isi suatu kontrak itu. Ketiga, azas kekuatan mengingatnya kontrak. Dengan adanya kata sepakat tersebut menimbulkan kekuatan mengikatnya kontrak.31 Dalam prinsip ini terkandung bahwa kontrak yang dibuat oleh para pihak secara sah mengikat kedua belah pihak layaknya undang-undang. Dengan perkataan lain apa yang disepakati kedua belah pihak menjadi undang-undang bagi para pihak. Kebebasan berkontrak dan kekuatan mengikatnya kontrak antara lain dibatasi oleh itikad baik.32

Asas itikad baik ini menghendaki bahwa suatu perjanjian dilaksanakan secara jujur, yakni dengan mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan. Asas ini adalah salah satu sendi terpenting dari hukum perjanjian.

Itikad baik tersebut tidak hanya mengacu kepada itikad baik para pihak, tetapi harus pula mengacu kepada nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat, sebab itikad baik merupakan bagian dari masyarakat. Itikad baik ini akhirnya mencerminkan standar keadilan atau kepatuhan masyarakat. Dengan makna yang demikian itu menjadikan itikad baik sebagai suatu universal social force yang mengatur hubungan sosial antar mereka, yakni setiap warga negara harus memiliki kewajiban untuk bertindak dengan itikad baik terhadap semua warga negara.33

30

Ridwan Khairandy, Kewenangan Hukum untuk Melakukan Intervensi terhadap

Kewajiban Kontraktual Berdasarkan Itikad Baik, Jurnal Hukum, No. 15 Vol. 7-2000, hlm. 94.

31

Ibid., hlm. 96. 32

Ibid., hlm. 98. 33

Ridwan Khairandy, Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak, (Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas Hukum Pasca Sarjana, 2003), hlm. 138.

Selanjutnya untuk menghindari terjadinya kesalahan pemahaman terhadap pengertian dari konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan batasan-batasan defenisi operasional sebagai berikut :

1. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.34

2. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.35

3. Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi.36

4. Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf,

34

Pasal 1 Angka 1, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

35

Pasal 1 Angka 2, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

36

Pasal 1 Angka 3, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.37

5. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik.38

6. Penyelenggaraan Sistem Elektronik adalah pemanfaatan Sistem Elektronik oleh penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat.39

7. Jaringan Sistem Elektronik adalah terhubungnya dua Sistem Elektronik atau lebih, yang bersifat tertutup ataupun terbuka.40

8. Agen Elektronik adalah perangkat dari suatu Sistem Elektronik yang dibuat untuk melakukan suatu tindakan terhadap suatu Informasi Elektronik tertentu secara otomatis yang diselenggarakan oleh Orang.41

9. Sertifikat Elektronik adalah sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat Tanda Tangan Elektronik dan identitas yang menunjukkan status subjek hukum para pihak dalam Transaksi Elektronik yang dikeluarkan oleh Penyelenggara Sertifikasi Elektronik.42

37

Pasal 1 Angka 4, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

38

Pasal 1 Angka 5, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

39

Pasal 1 Angka 6, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

40

Pasal 1 Angka 7, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

41

Pasal 1 Angka 8, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

42

Pasal 1 Angka 9, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

10.Penyelenggara Sertifikasi Elektronik adalah badan hukum yang berfungsi sebagai pihak yang layak dipercaya, yang memberikan dan mengaudit Sertifikat Elektronik.43

11.Lembaga Sertifikasi Keandalan adalah lembaga independen yang dibentuk oleh profesional yang diakui, disahkan, dan diawasi oleh Pemerintah dengan kewenangan mengaudit dan mengeluarkan sertifikat keandalan dalam Transaksi Elektronik.44

12.Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi.45

13.Penanda Tangan adalah subjek hukum yang terasosiasikan atau terkait dengan Tanda Tangan Elektronik.46

14.Komputer adalah alat untuk memproses data elektronik, magnetik, optik, atau sistem yang melaksanakan fungsi logika, aritmatika, dan penyimpanan.47

15.Akses adalah kegiatan melakukan interaksi dengan Sistem Elektronik yang berdiri sendiri atau dalam jaringan.48

43

Pasal 1 Angka 10, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

44

Pasal 1 Angka 11, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

45

Pasal 1 Angka 12, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

46

Pasal 1 Angka 13, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

47

Pasal 1 Angka 14, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

48

Pasal 1 Angka 15, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

16.Kode Akses adalah angka, huruf, simbol, karakter lainnya atau kombinasi di antaranya, yang merupakan kunci untuk dapat mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik lainnya.49

17.Kontrak Elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat melalui Sistem Elektronik.50

18.Pengirim adalah subjek hukum yang mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.51

19.Penerima adalah subjek hukum yang menerima Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dari Pengirim.52

20.Nama Domain adalah alamat internet penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat, yang dapat digunakan dalam berkomunikasi melalui internet, yang berupa kode atau susunan karakter yang bersifat unik untuk menunjukkan lokasi tertentu dalam internet.53

Dokumen terkait