• Tidak ada hasil yang ditemukan

{ Tata Kelola Pemerintahan

66

Berikut beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan Konsultasi Publik dan Workshop Manajemen SDPPI Tahun 2016 :

- Peraturan terbaru mengenai perubahan biaya IKRAP terbit akhir Desember 2015, dan diberlakukan Januari 2016. Ditjen SDPPI tidak dapat memberikan kebijakan terkait kekurangan biaya karena peraturan tersebut telah dikeluarkan dan akan di audit oleh Kementerian Keuangan. Disarankan RAPI Jabar dapat menyampaikan kekurangan biaya kepada anggotanya.

- Izin yang diserahkan ke KPKNL adalah izin yang sudah dicabut. Apabila akan mengajukan kembali izin tersebut maka harus dilunasi di KPKNL. Apabila pembayaran sebelum batas waktu surat peringatan ke-4 maka izin tetap diterbitkan, namun tidak mengurangi masa berlaku izin tersebut. Izin yang sudah dicabut harus diajukkan permohonan baru. Biaya BHP sesuai dengan spek teknis yang diajukkan.

- Laporan gangguan dapat disampaikan kepada UPT setempat (Balmon Bandung) untuk dapat dilakukan monitoring dan penertiban langsung di lapangan. UPT memiliki PPNS sehingga penindakan dapat berkoordinasi dengan Aparat Penegak Hukum.

- Peringatan berupa surat tagihan I sampai dengan IV, diberikan 60 hari sebelum jatuh tempo. Total ada 6 bulan SPP diterbitkan sebelum jatuh tempo. Apabila belum menerima maka bisa menanyakan ke UPT setempat, dan dicetak langsung di UPT (sesuai Permen Kominfo No. 4 Tahun 2015). Untuk izin yang telah dicabut dapat mengajukan kembali permohonannya.

- Pemberitahuan pencetakan ISR dapat dilihat secara online, namun harus registrasi secara online terlebih dahulu untuk menggunakan e-licensing.

- XL Axiata telah menggunakan sistem M2M. Percepatan proses perizinan telah dirasakan melalui sistem tersebut juga beberapa fitur tambahan. Dalam hal perubahan data teknis didalam sistem M2M masih dalam tahap pengembangan.

- Formula perhitungan BHP Frekuensi Radio telah ditetapkan dan tidak ada perubahan. Dalam hal usulan revisi dapat disampaikan ke Ditjen SDPPI, untuk dapat dibahas.

- Penggunaan izin harus sesuai peruntukkannya. Untuk penggunaan trunking berbeda dengan penyiaran. UPT memonitor penggunaan frekuensi yang tidak sesuai peruntukannya.

- Pemberlakuan peraturan tersebut dalam kondisi normal. Ditjen SDPPI melakukan evaluasi saat masa berlaku ISR habis. Untuk pengguna eksisting selama tidak ada perubahan alokasi spektrum frekuensi radio maka akan di prioritaskan dalam evaluasinya.

- IPP merupakan kewenangan Direktorat Penyiaran, Ditjen PPI. Kemungkinan keterlambatan bisa karena belum adanya peluang usaha dari Menteri, persyaratan yang belum lengkap. Permasalahan tersebut dapat berkomunikasi langsung dengan Direktorat Penyiaran.

- 1 client untuk 1 user. Apabila akan mengajukan lebih dari 1 user agar dapat mengajukan permohonannya ke Ditjen SDPPI.

- Berdasarkan SOP, agar tidak terkena denda, Bank Mandiri dapat menerima pembayaran terlebih dahulu atas seijin Ditjen SDPPI apabila terjadi kendala H2H, dan akan diproses setelah kendala tersebut dapat diatasi. - Untuk berkonsultasi terkait perangkat dan frekuensi yang digunakan agar datang ke UPT setempat.

BPBD dapat berkoordinasi dengan BNPB karena saat ini Ditjen SDPPI sudah mengalokasikan kanal untuk penanggulangan bencana.

- Permohonan sertifikasi perangkat diajukan oleh vendor. Cara dan persyaratan untuk mensertifikasi perangkat masyarakat dapat mengakses www.postel.go.id atau menghubungi Contact Center Layanan Perizinan Ditjen SDPPI.

- Proses perizinaan di UPT dan di Kantor Pusat sama saja karena UPT merupakan perpanjangan dari Pusat, namun proses perizinannya dikelola oleh suatu mekanisme yang ada di kantor pusat dan terpusat, namun kewenangan untuk mencetak ISR sampai dengan pendistribusian ISR tersebut ada di UPT.

- Penggunaan frekuensi yang tidak berizin merupakan pelanggaran dan dapat dipidanakan. Untuk itu, tindakan dapat diambil dengan melakukan monitoring oleh UPT dengan menugaskan petugas yang sudah memiliki sertifikasi penyidik (PPNS).

- SKAR merupakan tanda lulus yang belum memiliki legal standing, dalam peraturan yang akan datang peserta harus memiliki IAR, sebelum PM 34 disahkan diharapkan SKAR tahun 2010 agar diproses dan agar dapat berkoordinasi dengan UPT setempat.

- Penggudangan aplikasi baik menggunakan repeater atau tidak masa laku saat ini sudah dilakukan melalui sistem dengan ketentuan PMK 29 dengan memberikan tenggang waktu, sesuai ketentuan PM 24 Surat Tagihan dibatasi selama 3 bulan + 1 bulan, setelah masa tenggang dan batas waktu berakhir maka secara otomatis revoked by sistem.

- Esensi penggunaan perangkat adalah safety, oleh karena itu penggunaan perangkat harus sesuai dengan peruntukannya, alat amatir radio jangan digunakan keperluan penerbangan. Dihimbau penggunaan allband transciever tidak digunakan pada maritim dan penerbangan.

- Aplikasi yang sudah digudangkan dapat diajukan permohonan baru, frekuensi akan dikembalikan ke Kemkominfo dan tidak dijamin saat melakukan pengajuan mendapat frekuensi yang sama, aturan terkait radio konvensial dapat di download pada web www.postel.go.id.

Sosialisasi dan Konsultasi

Ir. Mochamad Hadiyana, M. Eng.

Plt. Direktur Standardisasi Perangkat Pos dan Informatika

{ Tata Kelola Pemerintahan

68

Sosialisasi dan Konsultasi

Publik

Temu vendor adalah sebagai media silaturahim antara Kementerian Kominfo selaku regulator telekomunikasi di Indonesia dan para vendor maupun distributor perangkat telekomunikasi dan sebagai wadah harmonisasi dengan instansi-instansi lain yang terkait dengan regulasi perangkat telekomunikasi dalam rangka mewujudkan pelayanan prima dalam penerapan standardisasi perangkat telekomunikasi. Acara dihadiri kurang lebih 225 orang peserta yang terdiri dari para vendor alat dan perangkat telekomunikasi, ICT, Pabrikan, Importir, Pejabat dan staf Direktorat Jenderal SDPPI, Pejabat dan Staff Kemenko Perekonomian, Kemen Perindustrian, Bea Cukai dan Praktisi.

Dalam forum temu vendor ini disampaikan mengenai Peran industri telematika lokal dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). Indonesia yang mempunyai profil dengan pertumbuhan sektor telekomunikasi rata-rata 10% tiap tahunnya, 340 juta pengguna nomor seluler, peringkat 8 pengguna Internet, peringkat 4 pengguna sosial media facebook, peringkat 5 pengguna twitter, dan 8,6 juta broadband homepass merupakan peluang yang perlu dimanfaatkan dalam momen MEA ini. Disamping itu dengan sebanyak 95% perangkat TIK adalah impor maka ini sisi yang perlu ditindaklanjuti juga. Dengan adanya kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) baru-baru ini maka telah berhasil menurunkan nilai impor perangkat telematika mulai pada tahun 2014. Pemanfaatan ICT dalam MEA ini adalah untuk meningkatkan daya saing dan kewirausahaan, sebagaimana pilar dari MEA yaitu Wilayah Ekonomi yang Kompetitif, Pengembangan Ekonomi yang Adil, dan Integrasi Menuju Ekonomi Global. Peningkatan kemampuan sektor ICT dalam negeri juga perlu kita siapkan untuk menghadapi karakteristik MEA yaitu perdagangan dan peredaran bebas antar negara ASEAN.Tantangan untuk Indonesia pada sektor telekomunikasi dalam menhadapi MEA adalah :

a. Kualitas SDM dan tenaga kerja yang rendah; b. Upah buruh yang tinggi;

c. Ongkos produksi dan harga komponen yang tidak kompetitif; d. Perbedaan tingkat ekonomi antar negara ASEAN;

e. Persaingan untuk Foreign Direct Investment (FDI);

Dokumen terkait