• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI

D. Konsumen

1. Pengertian Konsumen

A.z.Nasution menegaskan beberapa batasan tentang konsumen, yakni:21)

a. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa digunakan untuk tujuan tertentu;

b. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang/jasa lain untuk diperdagangkan (tujuan komersial)

c. Konsumen akhir, adalah setiap orang alami yang mendapat dan menggunakan barang dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan/atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali (nonkomersial).

Bagi konsumen antara, barang atau jasa itu adalah barang atau jasa kapital, berupa bahan baku, bahan penolong atau komponen, dari produk lain

21)

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar grafika, Jakarta, 2009, hal, 25.

yang akan diproduksinya(produsen). Kalau ia distributor atau pedagang berupa barang setengah jadi atau barang jadi yang menjadi mata dagangannya, konsumen antara ini mendapatkan barang atau jasa itu di pasar industry atau pasar produsen.

Bagi konsumen akhir, barang dan/jasa itu adalah barang dan atau jasa konsumen, yaitu barang atau jasa yang biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga atau rumah tangganya(produk konsumen). Barang atau jasa konsumen ini umumnya diperoleh di pasar-pasar konsumen, dan terdiri dari barang atau jasa yang umumnya digunakan didalam rumah tangga masyarakat.

Pengertian konsumen menurut UU No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dalam Pasal 1 ayat (2), yakni: “konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.22)

2. Pengaturan Tentang Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan konsumen itu sendiri. Sejarah lahirnya perlindungan konsumen di Indonesia ditandai dengan disahkannya Undang-undang Nomor 8 tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen pada tanggal 20 April 1999, Undang-undang tersebut mulai berlaku efektif pada 20 April 2000 tepat setahun setelah pengesahan.

Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen disebutkan: “Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”.

Berbicara tentang perlindungan konsumen berarti mempersoalkan jaminan atau kepastian tentang terpenuhinya hak-hak konsumen. Aspek yang paling penting dalam perlindungan konsumen dari jual beli barang melalui internet adalah persoalan tanggung jawab pelaku usaha atas kerugian sebagai akibat yang ditimbulkan oleh produknya, dengan singkat persoalan ini lazim disebut dengan tanggung jawab produk. Definisi tanggung jawab produk menurut Agnes M Toar adalah: “tanggung jawab produk ialah tanggung jawab produsen untuk produk yang telah dibawanya ke dalam peredaran, yang menimbulkan/menyebabkan kerugian karena cacat yang melekat pada produk tersebut.23)

Tanggung jawab produk berkaitan dengan kerugian, baik kerugian materil maupun imateril yang diderita konsumen akibat produknya. Dasar

23)

Agnes M Toar dalam buku Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, hlm, 9.

gugatan untuk tanggung jawab produk dapat dilakukan atas landasan adanya:24)

1. Pelanggaran jaminan (breach of warranty) 2. Kelalaian (neagligence)

3. Tanggung jawab mutlak (strict liability)

Pasal 45 angka (1) UUPK menyebutkan “setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum”.

3. Hak dan Kewajiban Konsumen

Perlindungan konsumen sangat berkaitan dengan perlindungan hukum. oleh karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Adapun materi yang mendapatkan perlindungan itu bukan sekedar fisik, melainkan terlebih-lebih hak-haknya yang bersifat abstrak. Dengan kata lain, perlindungan konsumen sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan hukum terhadap hak-hak konsumen. Secara umum dikenal ada empat hak dasar konsumen, yaitu: 25)

1. Hak untuk mendapatkan keamanan

2. Hak untuk mendapatkan informasi

24)

Shidarta, Op.cit, hlm, 80.

25)

3. Hak untuk memilih 4. Hak untuk didengar

Empat hak dasar ini diakui secara internasional. Dalam perkembangan, organisasi-organisasi konsumen yang tergabung dalam The

International Organization of Consumers Union (IOCU) menambah lagi

beberapa hak, seperti hak mendapatkan pendidikan konsumen, hak mendapatkan ganti kerugian, dan hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Namun, tidak semua organisasi konsumen menerima penambahan hak-hak tersebut. Mereka bebas untuk menerima semua atau sebagian. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, misalnya, memutuskan untuk menambahkan satu hak lagi sebagai pelengkap empat hak dasar konsumen, yaitu hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sehingga keseluruhan nya dikenal sebagai panca-hak konsumen.

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen didalamnya mengatur tentang hak konsumen atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa, hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan dan hak atas infomasi yang benar dan jelas, dan jujur mengenai kondisi barang. Maka bagi pelaku usaha jual beli barang secara online

sangat diwajibkan untuk memberikan informasi yang jelas dan jujur mengenai kondisi barang.

Pasal 6 undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menyatakan kewajiban Konsumen, yaitu :

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/jasa, demi keamanan dan keselamatan

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. Mengikuti upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.

4. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Perlidungan konsumen tidak hanya memberikan perlindungan atas hak dan kewajiban konsumen saja, selain itu juga terdapat hak dan kewajiban pelaku usaha sesuai dengan apa yang tercantum dalam Pasal 6 dan 7 undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Pasal 6 undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan menyatakan hak pelaku usaha, yaitu :

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/ atau jasa yang diperdagangkan;

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Kewajiban pelaku usaha menurut Pasal 7 undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan

dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai perjanjian.

Dokumen terkait