• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rerata konsumsi acid detergent fiber (ADF) pada domba lokal jantan dalam penelitian ini tercantum pada tabel 7.

Tabel 7. Rerata konsumsi ADF domba lokal jantan (g/ekor/hari)

Perlakuan Ulangan Rerata

1 2 3 4

P0 371,407 192,941 263,616 390,104 304,517 P1 368,852 304,671 276,133 154,724 276,095 P2 302,923 271,782 367,660 258,787 300,288 P3 275,963 373,695 235,252 225,209 277,530

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Rerata konsumsi ADF pada masing-masing perlakuan P0, P1, P2, dan P3 pada penelitian ini secara berturur-turut adalah 304,517; 276,095; 300,288; dan 277,530 (g/ekor/hari). Perbedaan yang tidak nyata pada konsumsi ADF sejalan dengan konsumsi NDF yang juga berbeda tidak nyata yaitu disebabkan karena pengaruh coating minyak sawit pada urea yang menutupi atau menyelimuti partikel pakan sehingga menurunkan kontak langsung dengan enzim-enzim pencernaan atau mikroba rumen dan akhirnya menyebabkan konsumsi cenderung hampir sama, selain itu perbedaan yang tidak nyata pada konsumsi ADF juga disebabkan karena kandungan nutrien pakan yang hampir sama terutama kandungan ADF. Pada penelitian ini kandungan ADF P0, P1, P2, dan P3 berturut-turut adalah 43,33%; 43,01%; 42,70% dan 42,39%.

Perbedaan yang tidak nyata pada konsumsi ADF juga disebabkan karena konsumsi NDF yang juga berbeda tidak nyata sebab ADF merupakan bagian dari NDF yang terdiri dari lignin dan selulosa. Menurut Prawirokusumo (1994) mengatakan bahwa ADF terdiri dari fraksi lignin dan selulosa yang sebagian besar tidak tercerna.

E. Kecernaan Bahan Kering

Rerata kecernaan bahan kering pada domba lokal jantan dalam penelitian ini tercantum pada tabel 8.

Tabel 8. Rerata kecernaan bahan kering domba lokal jantan (%)

Perlakuan Ulangan Rerata

1 2 3 4

P0 61,97 54,13 60,40 68,56 61,27 P1 54,66 60,84 44,86 41,49 50,46 P2 57,26 49,25 60,86 54,81 55,55 P3 55,04 55,64 56,00 49,01 53,92

Rerata kecernaan bahan kering (BK) pada masing-masing perlakuan P0, P1, P2, dan P3 pada penelitian ini secara berturur-turut adalah 61,27; 50,46; 55,55; dan 53,92 (%). Perbedaan yang tidak nyata pada kecernan

commit to user

bahan kering diduga disebabkan karena belum berhasilnya proses coating

minyak sawit pada urea dalam penelitian ini sehingga belum mampu

memperlambat degradasi protein dalam rumen, menurut (Huber dan Kung, 1981 cit Khoerunnissa, 2006) degradasi protein dalam

rumen dipengaruhi sumber protein, bentuk fisik dan kimia pakan, gerak laju pakan dalam rumen, jumlah konsumsi ransum, konsumsi energi, pertumbuhan mikroba dan ukuran partikel pakan. Selain itu kecernaan bahan kering juga dipengaruhi oleh konsumsi bahan kering dan kandungan nutrien yang hampir sama pada tiap ransum perlakuan sehingga kualitas fisik maupun kimiawi pakan yang masuk kedalam rumen tidak jauh berbeda. Menurut Tillman et al., (1991) tingginya kecernaan bahan kering dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi. Ditambahkan oleh Parakkasi (1999) bahwa daya cerna dipengaruhi oleh sifat fisik dan komposisi kimiawi. Menurut Anggorodi (1990) faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan kering antara lain bentuk fisik bahan pakan, komposisi ransum, suhu, laju perjalanan melalui alat pencernaan dan pengaruh perbandingan dari zat pakan selain itu ditambahkan oleh Tillman et al., (1991) faktor lain yang mempengaruhi adalah spesies hewan dan jumlah makanan.

Kecernaan bahan kering yang berbeda tidak nyata juga disebabkan oleh kandungan serat kasar yang hampir sama antar perlakuan. Menurut Tillman et al., (1991) menyatakan bahwa daya cerna sangat berkaitan erat dengan komposisi kimianya dan serat kasar mempunyai pengaruh paling besar terhadap daya cerna. Pada penelitian ini kandungan serat kasar P0, P1, P2, dan P3 berturut-turut adalah 16,84%; 16,70%; 16,55% dan 16,41%. Kandungan serat kasar yang hampir sama pada tiap perlakuan menyebabkan kecernaan bahan kering berbeda tidak nyata.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

F. Kecernaan Bahan Organik

Rerata kecernaan bahan organik pada domba lokal jantan dalam penelitian ini tercantum pada tabel 9.

Tabel 9. Rerata kecernaan bahan organik domba lokal jantan (%)

Perlakuan Ulangan Rerata

1 2 3 4

P0 63,98 57,24 62,24 70,32 63,45 P1 57,93 64,07 49,58 44,84 54,11 P2 59,76 51,98 62,71 58,56 58,25 P3 58,91 59,07 58,96 53,95 57,72

Rerata kecernaan bahan organik (BO) pada masing-masing perlakuan P0, P1, P2, dan P3 pada penelitian ini secara berturur-turut adalah 63,45; 54,11; 58,25; dan 57,72 (%). Perbedaan yang tidak nyata pada kecernaan bahan organik diduga disebabkan karena belum berhasilnya coating minyak sawit pada urea dalam penelitian ini sehingga belum mampu memperlambat degradasi protein dalam rumen. Menurut Tillman et al., (1991) salah satu penyusun bahan organik adalah protein kasar. Pada penelitian ini ransum perlakuan memiliki protein yang tinggi yaitu berkisar antara 12,35% sampai 20,42% dan seharusnya mampu meningkatkan kecernaan bahan organik tapi diduga karena penambahan urea yang memiliki sifat cepat terdegradasi sehingga belum mampu meningkatkan kecernaan bahan organik. Menurut Parakkasi (1991) menyatakan bahwa urea memiliki kecepatan perubahan menjadi NH3 empat kali lebih cepat daripada kecepatan penggunaan NH3 menjadi sel mikroba. Selain itu kecernaan bahan organik juga dipengaruhi oleh kecernaan bahan kering yang juga berbeda tidak nyata. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Tillman, et al., (1991) bahwa kecernaan bahan kering dan bahan organik memiliki hubungan yang erat karena zat yang terkandung di dalam bahan organik juga terkandung di dalam bahan kering.

Kecernaan bahan organik berbeda tidak nyata juga disebabkan oleh konsumsi bahan organik masing- masing perlakuan yang berbeda tidak nyata.

commit to user

Besarnya konsumsi bahan organik berpengaruh terhadap ketersediaan energi dalam rumen untuk pertumbuhan mikroba rumen. Pertumbuhan mikroba rumen berhubungan dengan kerja optimal mikroba rumen yang nanti akhirnya berpengaruh terhadap kecernaan baik kecernaan bahan kering maupun kecernaan bahan organik. Hal ini sesuai pendapat Tillman et al.,

(1991) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kecernaan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi dan ditambahkan oleh Soeparno (1992) bahwa kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik dipengaruhi oleh tingkat konsumsi pakan.

Pada penelitian ini juga terlihat kecernaan BK maupun BO pada perlakuan P0 (urea 0%) tidak berbeda nyata dengan P1, P2 dan P3 yang ditambahkan urea, ini dikarenakan meski P0 tidak ditambahkan urea (NPN) sebagai sumber N tetapi P0 mendapat sumber N yang digunakan untuk sintesis protein dari hasil degradasi protein pakan dan juga saliva. Perbedaan yang tidak nyata pada konsumsi dan kecernaana juga dapat terlihat pada retensi nitrogen dan efisiensi protein pada penelitian ini yang juga berbeda tidak nyata meski kandungan protein pakannya tinggi, ini diduga karena proses coating pada urea yang belum berhasil sehingga N banyak keluar melalui feses dan urin, selain itu diduga proses coating atau penyelimutan pada urea setelah lolos dari degradasi rumen kemudian sampai pada usus halus masih belum terbuka sehingga belum dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak dan ikut terbuang dalam feses dan urin.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Dokumen terkait