• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsumsi Domestik

Dalam dokumen Masterplan sanitasi Kecamatan Rundeng da (Halaman 36-59)

 Jumlah penduduk : 17444 jiwa  % penduduk terlayani : 60%

 Sambungan rumah : 60% ; kebutuhan airnya 90 L/org/hari  Kran umum : 40% ; kebutuhan airnya 60 L/org/hari Perhitungan :

1. Sambungan Rumah (SR)

Q air bersih = 60% x Jumlah Penduduk x 60% x 90 L/org/hari = 60% x 17444 x 60% x 90 L/org/hari

= 565.186 L/hari = 6,5 L/det Q air buangan = 50% x Q air bersih

= 50% x 6,5 L/det = 3,3 L/det 2. Kran Umum (KU)

Q air bersih = 60% x Jumlah Penduduk x 60% x 60 L/org/hari = 60% x 17444 x 60% x 60 L/org/hari

= 376.790 L/hari = 4,4 L/det Q air buangan = 50% x Q air bersih

= 50% x 4,4 L/det = 2,2 L/det 3. Kebutuhan air domestic

Q domestic = Q sambungan rumah + Q kran umum = 565.186 L/hari + 376.790 L/hari = 941.976 L/hari = 10,9 L/det Q air buangan domestic = 50% x 10,9 L/det

= 5,5 L/det

 Jumlah penduduk terlayani = 10.466 jiwa

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 36 Maka, Beban BOD black water = 30 L/org/hari x 500 g/L = 15.000 g/hari = 15 kg/hari

Jumlah Penduduk = Jumlah penduduk Kecamatan Rundeng + Jumlah penduduk Kecamatan . Longkib

= 12.397 + 5.047 = 17.444 jiwa

Q air bersih = 60% x 17.444 x 60% x 150

= 941.976 L/org/hari = 10,9 L/org/det Q air buangan = 80% x 941.976 L/org/hari

= 753.580 L/org/hari

= 753, 58 m3/hari

 Td = 1,5 – 0,3 log (p-q)

Dimana:

Td : waktu detensi minimum (hari)

q : laju timbulan air limbah (liter/orang/hari) p : jumlah pemakai (orang)

(dengan debit black water (q) = 30 L/org/hari)

Td = 1,5 – 0,3 log (17444 – 30 )

= 0,52 hari

Volume yang dihasilkan: = 753, 58 m3/hari x Waktu detensi

= 753, 58 m3/hari x 0,52 hari = 392 m3 = 392.000 L BoD keseluruhan = �� ℎ � � � � � � � = . ra x . / ar . � = 668 g/ L = 668.000 mg/L

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 37 6.5.3. Bak Pengumpul

Bak pengumpul terdiri dari 2 jenis dengan fungsi yang berbeda, yaitu :

1. Mengumpulkan limbah dari clean out (CO) dan water closed (WC) yang selanjutnya

dipompa ke IPAL untuk diolah

2. Mengumpulkan air limbah dari floor drain (FD) kamar mandi dan limbah ini langsung

dibuang ke saluran umum.

Redisain yang akan dilakukan adalah dengan mengubah aliran limbah dari bak pengumpul air dari floor drain (FD) kamar mandi yang awalnya tidak diolah di IPAL akan dialihkan menuju ke IPAL untuk diolah terlebih dahulu.

Desain:

BOD Masuk : 668.000 mg/L

Berbentuk segi empat

Volume = 226,074 m3

Td = sekitar 10 menit

Q = 22,6 m3/menit

Jarak pompa ke dinding = 0,5 m

Jarak antar pompa = 0,6 m

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 38

Panjang bak pengumpul = 6,5 m

Ketinggian = 0,8 m

 Lebar bak pengumpul :

L = (2 x 0,5 ) m + (2 x 1,2) m + 0,6 m

= 4 m

 Volume bak pengumpul :

V = 6,5 m x 4 m x 0,8

= 20,8 m3

 Cek waktu detensi :

Td = V/Q

= 20,8 m3 / 22,6 m3/menit = 0,9 menit

 Dimensi bak pengumpul :

Panjang (P) = 6,5 m Lebar (L) = 4 m

Kedalaman (H) = 0,8 m 6.5.4. Oil Trap

Pada tahap ini terdiri dari pengolahan awal (primary treatment), yakni proses awal pemisahan minyak dan penghilangan pasir (grit removal) .

Proses pemisahan minyak tersebut sangat penting untuk dilakukan karena jika konsentrasi minyak di dalam air limbah masih tinggi maka dapat mengganggu proses pengolahan air limbah secara kimia dan biologi berikutnya sehingga mengakibatkan biaya pengolahan menjadi mahal. Pemisahan minyak (preliminary oil separation) atau pemisahan minyak secara gravitasi (gravity oil separation), adalah merupakan proses tahap awal dari seluruh proses pengolahan air limbah ini.

Tujuan dari pemisahan oli dan minyak adalah:

1.

Menghilangkan oli dan senyawa hidrocarbon lainnya di dalam proses emulsi mekanik.

Air yang dihasilkan harus bebas oli & minyak sehingga proses berikutnya dapat dilakukan dengan mudah dan efektif.

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 39

2.

Menghilangkan pasir dan alluvia (tanah) yang tidak dikehendaki dalam proses

berikutnya yang dapat mempersulit pengumpulan, pengkonsentrasian, serta dapat mengganggu proses tahap akhir pembuangan lumpur minyak /oli yang mengambang.

Pemisahan oli/minyak biasanya dilakukan tanpa adanya penambahan bahan kimia. Proses ini dirancang untuk menyamakan konsentrasi sisa HC pada inlet proses pemurnian fisika-kimia dengan cara menurunkan laju aliran puncak HC yang masuk. Proses pemisahan oli & minyak ini dilakukan dengan cara gravitasi alami, dimana butiran oli/minyak naik dengan kecepatan ke atas yang dibatasi oleh berat jenisnya (specific gravity).

Untuk IPAL ini menggunakan jenis pemisahan minyak secara gravitasi karena minyak yang terkandung di dalam limbah relatif mudah untuk dipisahkan danteknologinya relatif lebih sederhana namun dapat diterapkan dengan efektif di sini.

Bak terdiri dari dua buah ruangan yang dilengkapi dengan bar screen pada bagian inletnya. 150 m3/hari.

Desain:

Kapasitas Pengolahan : 941,976 m3/hari = 39,2 m3/hari = 27,2 L/menit

Kriteria Perencanaan : sekitar 40 menit

Dimensi bak :

a. Panjang = 4 m

b. Ruang bebas = 1 m

c. Lebar = 2 m

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 40 6.5.5. Screening

Proses penyaringan atau screening ini bertujuan untuk menyaring atau menghilangkan sampah/benda padat yang besar agar proses berikutnya dapat lebih mudah lagi menanganinya. Dengan hilangnya sampah-sampah padat besar maka transportasi limbah cair pasti tidak akan terganggu, misalnya bila proses transportasi limbah cair diakomodasikan dalam sebuah saluran terbuka atau pun tertutup yang mengalir secara gravitasi, maka tidak akan dijumpai penyumbatan di sepanjang jaringan saluran. Disamping itu, bila limbah cair perlu dipindahkan dengan menggunakan pompa, maka proses screening sungguh berfungsi menghilangkan bahan atau benda-benda yang dapat membahayakan atau merusak pompa limbah cair tersebut.

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 41 Jadi proses screening melindungi pompa dan peralatan lainnya. Perangkat pemroses penyaringan kasar yang biasa digunakan dikenal pula dengan sebutan bar screen atau bar racks. Alat ini diletakkan pada intake bak penampung limbah cair untuk mencegah masuknya material besar seperti kayu atau daun-daunan. Umumnya jarak antara bar yang tersusun pada rack bervariasi antara 20 mm hingga 75 mm, bergantung pada tingkat kapasitas dan performance unit pompa yang dipakai.

Pada keadaan tertentu biasa digunakan pula microstrainer dengan ukuran 15 hingga 64 micrometer dengan tujuan untuk menyaring organisme plankton. Microstrainer biasa digunakan untuk limbah cair dari reservoir pertama (awal). Microstrainer terdiri dari bingkai berbentuk silinder yang ditutup dengan jala terbuat dari kawat tahan karat.

Pada saat silinder berputar partikel tersuspensi menempel pada bagian dalam dari permukaan silinder yang kemudian dibersihkan dengan semburan jet air.

Desain:

• saluran berbentuk bulat dengan bahan dari pipa beton (n = 0,013)

• kecepatan aliran berkisar antara 0,6 – 2 m/dt

• slope saluran 0,0008 – 0,0033, diambil 0,003

(Sumber : Metcalf and Eddy, Wastewater Engineering Collection & Pumping)

• bar screen dipasang pada sebuah saluran yang menghubungkan antara bak

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 42 6.5.6. Equalisasi

Karakteristik limbah yang dihasilkan dalam suatu kegiatan pada umumnya tidak akan stabil dan cenderung naik-turun tergantung dari kegiatan yang sedang berlangsung. Disamping itu, jumlahnya juga tidak konstan dan periodic waktunya cenderung tidak terkontrol. Jika dalam proses pengolahan limbah terjadi hal seperti ini, maka akan menyulitkan dalam pengendalian proses, bahkan resiko kegagalan proses dapat terjadi.

Untuk mengatasi hal-hal seperti tersebut di atas, maka diperlukan adanya suatu bak menstabil karakteristik limbah dan untuk mengontrol debit limbah yang akan masuk ke proses. Bak yang berfungsi untuk itu disebut bak equalisasi. Jika kondisi pH limbah tidak stabil, di dalam bak equalisasi ini sering dilengkapi dengan alat pH control yang akan menstabilkan kondisi pH sesuai dengan kondisi proses berikutnya yang akan dilakukan.

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 43 Bak Equalisasi merupakan suatu cara / teknik untuk meningkatkan efektivitas dari proses pengolahan selanjutnya. Keluaran dari bak equalisasi adalah adalah parameter operasional bagi unit pengolahan selanjutnya seperti flow, level/derajat kandungan polutant, temperatur, padatan, dsb.

Kegunaan dari equalisasi adalah :

1. Mengkontinyukan debit limbah yang akan diolah di IPAL (Membagi dan meratakan volume pasokan (influent) untuk masuk pada proses treatment.

2. Menstabilkan karakteristik limbah (meratakan variable) & fluktuasi dari beban organik untuk menghindari shock loading pada sistem pengolahan biologi.

3. Meratakan pH untuk meminimalkan kebutuhan chemical pada proses netralisasi.

4. Meratakan kandungan padatan (SS, koloidal, dls ), untuk meminimalkan kebutuhan chemical pada proses koagulasi dan flokulasi (jika diperlukan). Dilihat dari fungsinya tersebut, unit bak equalisasi sebaiknya dilengkapi dengan mixer, atau secara sederhana konstruksi/peletakan dari pipa inlet dan outlet diatur sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek turbulensi mixing. Idealnya pengeluaran (discharge) dari equalisasi dijaga konstan selama periode 24 jam, biasanya dengan cara pemompaan maupun cara-cara lain yang memungkinkan

Design Bak Equalisasi

• Waktu Tinggal di dalam Bak (HRT) = 4-8 Jam

• Ditetapkan : Waktu tinggal di dalam bak ekualisasi 4 jam

Volume bak yang diperlukan = 4/24 hari x 730m3/hari

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 44

Dimensi Bak : Kedalaman bak : 2,0 m Lebar bak : 4,0 m

Panjang bak : 4, m Tinggi Ruang Bebas : 0,5 m

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 45 6.5.7. Sedimentasi

BOD Masuk : 668.000 mg/L

Reduksi BOD: 40%

BOD Keluar : 400.800 mg/L

Sedimentasi adalah suatu unit operasi untuk menghilangkan materi tersuspensi atau flok kimia secara gravitasi. Proses sedimentasi pada pengolahan air limbah umumnya untuk menghilangkan padatan tersuspensi sebelum dilakukan proses pengolahan selanjutnya. Gumpalan padatan yang terbentuk pada proses koagulasi masih berukuran kecil. Gumpalan-gumpalan kecil ini akan terus saling bergabung menjadi gumpalan yang lebih besar dalam proses flokulasi. Dengan terbentuknya gumpalan-gumpalan besar, maka beratnya akan bertambah, sehingga karena gaya beratnya gumpalan-gumpalan tersebut akan bergerak ke bawah dan mengendap pada bagian dasar tangki sedimentasi.

Bak sedimentasi dapat berbentuk segi empat atau lingkaran. Pada bak ini aliran air limbah sangat tenang untuk memberi kesempatan padatan/suspensi untuk mengendap.

Kriteria Desain:

• Surface loading (beban permukaan), kedalaman bak dan waktu

tinggal. Waktu tinggal mempunyai satuan jam, cara perhitungannya

adalah volume tangki dibagi dengan laju alir per hari. Beban permukaan sama dengan laju alir (debit volume) rata-rata per hari dibagi luas permukaan bak, satuannya m3/m2 per hari.

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 46 Waktu tinggal di dalam bak = 2-4 jam

Volume bak yang diperlukan = waktu yang di tetapkan/24 x debit limbah

Dimensi : Lebar : 4,0 m

Panjang : 2,5 m

Kedalaman air efektif : 2,0 m

Tinggi ruang bebas : 0,4 m (disesuaikan kondisi lapangan)

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 47 Tebal dinding : 20 cm

6.5.8. Tangki Sarang Lebah

BOD Masuk : 400.800 mg/L (Dari proses sedimentasi) Reduksi BOD : 60%

BOD Keluar : 160.320 mg/L

Air limbah mengalir ke dalam tangki secara gravitasi. Pada tangki II dipasang media bee nest yang mempunyai luas kontak yang besar dan spesifik yaitu sekitar 226 m2/m3.

Dalam jangka waktu 1-2 bulan, bakteri anaerobic banyak menempel pada permukaan plastic tersebut dengan membentuk lapisan film. Dari hasil pemelihaan bakteri anaerobic di dalam media bee nest inilah proses penguraian air limbah berlangsung.

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 48 a. BOD : 60% b. COD : 55% c. TSS : 45% d. NH4 : 30% e. MBAS : 40% 6.5.9. Biofilter Anaerob

BOD Masuk : 160.320 mg/L ( dari proses tangka sarang lebah)

Reduksi BOD : 80 %

BOD Keluar : 32.064 mg/L

Asumsi :

Debit Limbah : 150 m3/hari

Untuk pengolahan air dengan proses biofilter standar = Beban BOD per volume media 0,4

– 4,7 kg BOD /m3/hari.

Ditetapkan beban BOD yang digunakan = 1,0 kg BOD/m3/hari.

Beban BOD di dalam air limbah = 150 m3/hari x 225 g/m3 = 33,75 kg/hari

Volume media yang diperlukan = 33,75 kg/hari / 1,0 kg/m3.hari

ccc= 33,75 m3

Volume media = 60% dari total volume reactor

Volume reactor yang diperlukan = 100/60 x 33,75 m3 = 56,25 m3

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 49 = 9 jam

Ditetapkan dimensi Reaktor Anaerob :

Dimensi : Lebar : 4.0 m Kedalaman air efektif : 2,0 m

Panjang : 7,0 m Tinggi ruang bebas : 0,4 m

Volume efektif : 56 m3

Jumlah ruang : di bagi menjadi 2 ruangan

Konstruksi : Beton K300 Tebal dinding : 20 cm

Waktu tinggal rata-rata : 4,5 jam

Tinggi ruang lumpur : 0,2 m

Tinggi Bed media pembiakan mikroba : 1,2 m

Tinggi air di atas bed media : 30 cm

Volume media pada biofilter anaerob : 1,8 m3

BOD loading per volume media = 33,75 kgBOD/hari / (4x7x1,2) m3 = 1,0 kg BOD/m3.hari

Standar high rate trickling filter : 0,4 – 4,7 kg BOD/m2.hari.

(Ebie Kunio, 1995)

Jika media yang dipakai mempunyai luas spesifik sekitar 150 m2/m3 media, maka :

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 50 6.5.10. Penguraian Anoxic

BOD Masuk : 32.064 mg/L( dari proses biofilter anaerob)

Reduksi BOD : 60 %

BOD Keluar : 12.826 mg/L

Pada penguraian anoxic, terdapat 2 ruangan untuk prosesnya, yaitu :

1. F Ruangan 1, sebagai ruang pencampur, yaitu air limbah yang telah mengalami proses penguraian secara anaerobic dicampur dengan sebagian lumpur aktif hasil aerasi dari tangki IV.

2. F Ruangan 2, sebagai ruang pengurai anoxic yang berlangsung pada media bee nest,

Adapun fungsi dari tangki pengurai anoxic ini adalah untuk regenerasi sel-sel mikroba yang ada dalam tangki IV, disamping itu bermanfaat pula untuk meningkatkan beban hidrolik dan menaikkan kandungan DO pada air limbah yang sedang diolah.

Kisaran efisiensi pengolahannya sebagai berikut:

a. BOD : 60% b. COD : 50% c. TSS : 60% d. NH4 : 70% e. MBAS : 50% 6.5.11. Fakultatif

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 51

BOD Masuk : 12.826 mg/L(dari proses penguraian anoxic)

Reduksi BOD : 80 %

BOD Keluar : 2566 mg/L

Rencana desain:

Kedalaman air dalam kolam antara (0,9-2,4) m dan ditetapkan 2m Tinggi jagaan antara (0,3-0,5) m dan ditetapkan 0,5m

Maka kedalaman total kolam adalah 2,5m

Volume kolam fakultatif = luas x kedalaman = 15,5m2 x 2,5m = 38,75m3

Waktu detensi = Volume kolam / Debit lumpur yang diolah tiap hari

= 38,75 m3/288 liter/hari = 134,6 hari

Untuk mempersingkat waktu, maka kolam fakultatif dibuat seri sehingga waktu operasi menjadi lebih singkat.

Luas permukaan kolam = (panjang x lebar) kolam

15,16m2 = 3 lebar x lebar

Lebar = (15,16/3)0,5 = 2,25 m » 2,3m

Panjang = 2,3 m x 3 = 6,9 m

Kolam fakultatif berfungsi untuk menguraikan dan menurunkan konsentrasi bahan organik yang ada di dalam limbah yang telah diolah pada kolam anaerobik. Proses yang terjadi pada kolam ini adalah campuran antara proses anaerob dan aerob. Secara umum kolam fakultatif terstratifikasi menjadi tiga zona atau lapisan yang memiliki kondisi dan proses degradasi yang berbeda. Lapisan paling atas disebut dengan zona aerobik karena pada bagian atas kolam kaya

akan oksigen. Kedalaman zona aerobik ini sangat bergantung pada beban yang diberikan pada kolam, iklim, banyaknya sinar matahari, angin dan jumlah algae yang berkembang didalamnya. Oksigen yang berlimpah berasal dari udara pada permukaan kolam, proses fotosintesis algae dan adanya agitasi atau pengadukan akibat tiupan angin. Zona aerobik juga berfungsi sebagai penghalang bau hasil produksi gas dari aktivitas mikroba pada zona dibawahnya.

Zona tengah kolam disebut dengan zona fakultatif atau zona aerobik-anaerobik. Pada zona ini, kondisi aerob dan anaerob ditemukan bergenatung pada jenis mikroba yang tumbuh. Dan zona paling bawah disebut dengan zona aerobik dimana oksigen sudah tidak ditemukan lagi. Pada

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 52 zona ini ditemukan lapisan lumpur yang terbentuk dari padatan yang terpisahkan dan mengendap pada dasar kolam. Proses degradasi material organik dilakukan oleh bakteri dan organisme mikroskopis (protozoa, cacing dan lain sebagainya).

Pada kondisi aerob, material organik akan diubah oleh mikroba (bakteri) menjadi karbon dioksida, amonia, dan phosphat. Selanjutnya, phospat akan digunakan oleh algae sebagai sumber nutrien sehingga terjadi simbiosis yang saling menguntungkan. Sementara itu, pada kondisi anaerob, materi organik akan diubah menjadi gas seperti methane, hidrogen sulfida, dan amonia serta lumpur sebagai produk sisa. Gas yang dihasilkan oleh mikroba anaerob selanjutnya digunakan oleh mikroba aerob dan algae yang berada pada zona diatasnya.

Gambaran proses yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 23 di bawah ini. Lumpur yang

terbentuk sangat kaya akan mikroba anaerob yang akan terus mencerna (digest) dan

memperlambat proses pengendapan lumpur ke dasar kolam. Lumpur yang mengendap harus dikuras secara periodik bergantung pada iklim, disain kolam dan program pemeliharaan yang dijalankan. Namun sebagai patokan umum, periode pengurasan dilakukan antara 5-10 tahun.

6.5.12. Lumpur Aktif

BOD Masuk : 2.566 mg/L (dari kolam fakultatif)

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 53

BOD Keluar : 514 mg/L

Lumpur aktif (activated sludge) adalah endapan lumpur yang berasal dari air limbah yang telah

mengalami pemberian udara (aerasi) secara teratur. Lumpur ini berguna untuk mempercepat proses stabilisasi dari air limbah . Lumpur ini sangat banyak mengandung bakteri pengurai, sehingga sangat baik dipergunakan untuk pemakan zat organik pada air limbah yang masih baru.

6.5.13 Wetland

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 54

Reduksi BOD : 85 %

BOD Keluar : 77 mg/L

Pada perancangan wetland akan dibuat dengan bentuk persegi panjang dengan ukuran yang

sesuai dengan debit limbah yang dihasilkan dengan perbandingan panjang lebar 3:1 (Wood, 2003 dalam kurniawan, 2005).

Berikut merupakan perhitungan reaktor wetland :

Debit air limbah :142,68 m3/hari

Waktu tinggal direncanakan : 2 jam

Porositas media : 55%

Maka volume reaktor

Direncanakan dengan kedalaman 1,5 meter, maka luas unit adalah Maka :

� = � × ��

= 5,95 3/�� × 3 ��

= 17,8 3

Direncanakan dengan kedalaman 2,5 meter, maka luas unit adalah

� = ,

,

= 7 2

Direncanakan lebar 4,5 meter, maka panjang

�� �� � = , ,

= 1,6 Sehingga dimensi Lebar : 4,5 meter Panjang : 1,5 meter

Kedalaman efektif : 2,5 meter

Media yang digunakan sebagai lapisan wetland yaitu terdiri dari 3 lapisan. Lapisan pertama

yaitu kerikil setinggi 65 cm, kemudian lapisan kedua yaitu pasir setinggi 75 cm dan lapisan ketiga yaitu tanah setinggi 90 cm.

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 56

BAB VII

REKOMENDASI PENGEMBANGAN SISTEM BUANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK 7.1. Umum

Secara keseluruhan rangkaian studi ini bertujuan hanya satu yaitu menurunkan kasus penyakit yang bersumber dari air agar tercipta ksehatan dan kenyamanan lingkungan yang diingankan. Selanjutnya studi ini juga merekomendasikan sejumlah langkah penting yang perlu ditindak lanjuti oleh semua pemangku kepentingan, baik ditingkat pemerintah pusat maupun di daerah/kota.

7.2. Rekomendasi

Pemerintah bersama masyrarakat yang mampu diharapkan dapat memperbaiki tingkat kpemilikan jamban yang memenuhi syarat sampai 100% pada tahun 2030, agar kasus pencemaran lingkungan terutama terhadap waduk sumber air baku air minum, demikian juga air tanah dan air laut, dapat ditkan sampai batas yang ditentukan.

Sesuai yang direkomendasikan pada master plan, diharapkan pada tahun 2015 pekerjaan rehabilitasi instalasi pengolahan air limbah di Subulussalam ini seharusnya dapat dijadikan sebagai proyek percontohan sistem sewerage. Sejalan dengan kegiatan rehabilitasi tersebut. Pada kurun waktu 2015 sampai 2017 pemerintah diharapkan sudah dapat memulai pelaksanaan kegiatan pengembangan sistem jaringa pipa air limbah tahap pertama, baik fisik maupun non fisik. Seiring dengan pelaksanaan pembangunan fisik, penyuluhan dan informasi teknis tentang pemakaian sistem sanitasi yang sesuai pada masing-masing wilayah terkait dengan sifat permeabilitas tanah dan tinggi muka air tanah,kiranya dapat diberikan oleh pemerintah secara intensif.

Untuk tahapan-tahapan program selanjutnya, diharapkan pemerintah dapat secara konsisten melanjutkannya dan melengkapi dengan studi-studi terinci yang dibutuhkan dan apabila dipandang perlu dapat dilakukan kaji ulang terhadap rncana-rencana yang sudah ada untuk disesuaikan dengan kondisi yang ada, terutama yang menyangkut dengan kebijakan arah pengembangan kota.

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 57

7.3. Sistem pembuangan air limbah

Gagasan pengembangan instalasi pengolahan air limbah ( IPAL) dipilih sesuai dengan daerah kota dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Beberapa rumah akan dihubungkan dengan jaringan perpipaan sedemikian rupa yang nantinya akan dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah ( IPAL) untuk diolah lebih lanjut.

7.4. Pengolahan

Untuk keberlanjutan dan kesinambungan sistem pelayanan air limbah ini, diperlukan satu unit pengelola yang handal dan dapat menjamin berjalannya pengoperasian dan pemeliharaan dari semua prasarana yang dibangun. Saat ini pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana secara garis besar berada dibawah dua institusi yang masing-masing punya wilayah tugas ddan tanggung jawab tersendiri yaitu pemerintah dan pihak swasta. Keberadaan unit pengelola air limbah nantinya tidak akan terlepas dari koordinasi dari kedua institusi diatas.

Penetapan unit pengelola ini memerlukan suatu kondisi dan pembahasan yang lebih dalam dengan melibatkan kedua institusi tersebut serta institusi lainnya baik ditingkat propinsi dan tingkat pusat. Masalah kelembagaan ini akan dikupas lebih lanjut setelah dilaksanakannya pembahasan seperti setelah dilaksanakannya pembahasan seperti yang disebutkan diatas dan akan dilaporrkan Master Plan ini.

7.6. Tindak Lanjut

Langkah berikutnya yang harus yang harus dilaksanakan segera setelah disepakatinya Master Plan Investasi air limbah ini adalah pentelsaian studi kelayakan untuk rencana investasi yang akan dilaksanakan pada tahap I Master Plan ini, yang kemudian akan dilanjutkan dengan pnyusunan desain Rinci (Detailed Design) dari seluruh prasarana yang akan dibangun pada tahap I tersebut, segera setelah diperolehnya kepastian pendanaan dari proyek investasi tahap I.

Hal lain yang tidak kalah penting dan mendesak untuk degera dilakukan adalah semua pemangku kepentingan duduk bersama untuk membahas dan menyepakati lembaga yang akan mengelola air limbah domestik ini, pola dan sistem pengelolaan, serta hal-hal lainnya terkait dengan pelaksanaan program serta keberlanjutan.

Wulan Dwi Afrina (130407019) | Dhia Darin Silfi (130407028) 58 Sangat diharapkan partisipasi aktif dari semua pemangku kepentingan, khususnya dari lingkungan pemerinta dan pihak swasta dalam setiap pelaksanaan yang digambarkan atas unuk mempercepat terwujudnya semua program yang telah disepakati dalam master plan ini.

Dalam dokumen Masterplan sanitasi Kecamatan Rundeng da (Halaman 36-59)

Dokumen terkait