PTPN VIII Parakan salak 4)
A. HASIL AUDIT ENERGI
1. Konsumsi energi pada tiap tahapan proses
Konsumsi energi pada setiap tahapan proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Perkebunan Cisaruni disajikan pada Gambar 5.
Keterangan :
Ma : Tenaga manusia Li : Listrik
Bp : Bahan bakar padat
Masukan energi dalam satuan MJ/kg teh kering
Gambar 6. Bagan alir konsumsi energi pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Perkebunan Cisaruni bulan Maret 2010
Penerimaan pucuk teh di pabrik
Pembeberan
Pelayuan
Turun layu
Penggilingan dan fermentasi
Pengeringan Sortasi kering Ma = 0.0065 Ma = 0.0062 Ma = 0.0128 Ma = 0.0090 Bp = 27.6425 Ma = 0.0135 Ma = 0.0082 Bp = 3.9433 Li = 0.7599 Li = 0.4022 Li = 0.3548 Li = 0.4576
Konsumsi energi pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox dengan kapasitas produksi teh hitam kering sebesar 231.675 ton, pada bulan Maret 2010 di Perkebunan Cisaruni disajikan pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Konsumsi energi pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Perkebunan Cisaruni pada bulan Maret 2010 Kegiatan Energi listrik MJ/kg t.k Energi bahan bakar MJ/kg t.k Energi manusia MJ/kg t.k Energi total MJ/kg t.k Pembeberan 0.760 0.007 4.72 Pelayuan 3.943 0.008 Turun layu 0.006 Penggilingan 0.402 0.013 0.42 Pengeringan 0.458 27.643 0.009 28.11 Sortasi 0.355 0.013 0.37 Penerangan 0.001 0.001 Total 1.976 31.586 0.056 33.618
Keterangan : t.k (teh kering)
Perbandingan konsumsi energi rata-rata pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam antara Perkebunan Cisaruni Garut dengan beberapa kebun lain di PTPN VIII dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Perbandingan konsumsi energi rata-rata pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam di PTPN VIII dalam MJ/kg teh kering.
Kegiatan Gedeh1) Kapasitas 8910 kg/hari Ciater2) Kapasitas 11550 kg/hari Parakan Salak3) Kapasitas 10890 kg/hari Cisaruni Kapasitas 8910 kg/hari Pelayuan pucuk 8.80173 9.91084 1.24000 4.7241 Penggilingan 1.85223 1.41797 1.13000 0.4151 Pengeringan 8.77846 8.80763 15.6700 28.1092 Sortasi kering 1.53567 0.67200 0.29000 0.3683 Total 20.96809 20.80844 18.33000 33.6182
1.1 Penerimaan bahan baku, pembeberan, pelayuan dan turun layu
Mutu teh hitam orthodox hasil pengolahan terutama ditentukan oleh bahan bakunya yaitu daun segar hasil petikan. Pucuk teh segar hasil petikan yang telah sampai ke pabrik diturunkan, kemudian dengan bantuan mono-rail pucuk teh tersebut diangkut ke withering trough. Pada proses penerimaan pucuk teh ini, tenaga manusia dan listrik sangat berperan penting. Jumlah pemakaian tenaga kerja manusia berdasarkan perhitungan kapasitas kerja 110 kg kering per harian kerja pada proses penerimaan pucuk teh segar tergantung dari jumlah pucuk segar yang dipetik. Dalam Tabel 12 disajikan pemakaian tenaga kerja penerimaan bahan baku dan meber di Perkebunan Cisaruni.
Tabel 12. Pemakaian tenaga kerja penerimaan bahan baku dan meber berdasarkan kapasitas kerja 110 kg teh kering per harian kerja dengan standar kapasitas pucuk teh 4050 kg
Jumlah pucuk teh segar (ton)
Pemakaian tenaga kerja (orang) Energi (MJ/jam) 15-20 4 2.51 20-25 5 3.14 25-30 6 3.77 30-35 7 4.40 35-40 9 5.65 40-45 10 6.28 45-50 11 6.91 50-55 12 7.54 55-60 14 8.79
Total konsumsi energi manusia pada tahapan penerimaan bahan baku adalah 0.007 MJ/kg teh kering, sedangkan konsumsi energi listrik untuk menjalankan elektromotor yang terpasang pada mono-rail sebesar 0.09 MJ/kg teh kering pada bulan Maret 2010.
Tahapan selanjutnya adalah pelayuan yang merupakan suatu proses dimana pucuk teh melepaskan air yang dikandung ke udara bebas tanpa
terjadi kerusakan pada pucuk teh tersebut, oleh karena itu udara pada ruang pelayuan harus dikontrol dengan baik dan optimum pada suhu 26.7oC atau 80oF. Alat yang digunakan untuk melayukan pucuk teh adalah withering trough yang terdiri dari unit pemanas udara, bak pelayu, dan kipas. Prinsip kerja alat pelayuan adalah melewatkan udara segar dan hangat melalui pucuk teh sampai mencapai derajat layu tertentu.
Pada tahap pelayuan dan turun layu pucuk teh, input energi berasal dari bahan bakar padat berbentuk kayu bakar yang menghasilkan energi panas, tenaga manusia dan listrik. Besarnya konsumsi energi total masing-masing pada bulan Maret 2010 berdasarkan sumber energinya adalah 3.94 MJ/kg teh kering berupa energi bahan bakar padat kayu, 0.014 MJ/kg teh kering berupa energi manusia dan 0.760 MJ/kg berupa energi listrik. Sedangkan konsumsi energi total pada tahap ini adalah 4.72 MJ/kg teh kering.
Konsumsi energi pada tahapan proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam di pabrik Cisaruni, apabila dibandingkan dengan kebun lain di PTPN VIII berdasarkan hasil penelitian Lili Somantri (2002) di Perkebunan Gedeh yang mempunyai kapasitas produksi rata-rata hampir sama dengan Perkebunan Cisaruni sebesar 8.27 ton per harinya. Menunjukan konsumsi energi tertinggi pada tahap ini yaitu 8.80 MJ/kg teh kering dibandingkan dengan penelitian yang lainnya di PTPN VIII. Hal ini karena di Perkebunan Gedeh sumber energi panas yang dihasilkan masih berasal dari bahan bakar solar dan kandungan air dalam pucuk yang dihamparkan terlalu tebal serta kelembaban udara luar yang tinggi. Besar kecilnya energi pada tahap pelayuan tergantung dari banyaknya penggunaan bahan bakar yang dipakai untuk menghasilkan udara panas pada proses pelayuan selain penggunaan udara luar.
1.2 Penggilingan dan fermentasi
Pada tahapan selanjutnya yaitu penggilingan dan fermentasi dimana pucuk teh akan digiling sampai memar dan dinding sel rusak, sehingga cairan sel ke luar di permukaan dengan merata, dan pada saat itu mulai terjadi proses fermentasi. Alat yang digunakan pada tahap ini yaitu open top roller, press
cap roller, rotorvane, ball breaker sifter dan humidifier. Semua peralatan itu digerakan oleh motor listrik yang mana sumber energinya berasal dari listrik.
Perkebunan Cisaruni pada tahap penggilingan dan fermentasi konsumsi total energi pada bulan Maret 2010 sebesar 0.42 MJ/kg teh kering. Input energi pada tahap ini berasal dari penggunaan tenaga manusia dan listrik dengan besar masing-masing 0.40 MJ/kg teh kering energi listrik dan 0.013 MJ/kg teh kering energi manusia pada bulan Maret 2010. Apabila dibandingkan dengan perkebunan lainnya, konsumsi energi total pada proses penggilingan di kebun Cisaruni dengan kapasitas 8.27 ton teh kering per hari lebih kecil dibandingkan dengan perkebunan lainnya, hal ini karena efisiensi rata-rata elektromotor yang digunakan pada proses penggilingan diatas 58 persen.
Banyaknya pucuk tua yang terambil dalam pemetikan atau tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan akan mempengaruhi konsumsi energi pada tahap ini karena penggulungan, penghancuran dan pengayakan akan berlangsung lebih lama. Hal ini dapat diketahui dari analisis pucuk yang dilakukan untuk mengetahui nilai pucuk yang akan diolah.
1.3 Pengeringan
Pada tahap pengeringan dimana kadar air dalam bubuk teh akan berkurang, memiliki input energi yang digunakan terdiri dari tenaga manusia, bahan bakar dan listrik. Perkebunan Cisaruni konsumsi energi total bulan Maret 2010 pada tahap ini sebesar 28.11 MJ/kg teh kering. Sedangkan besarnya konsumsi energi berdasarkan sumber energinya masing-masing pada tahap ini adalah 0.46 MJ/kg teh kering energi listrik, 27.64 MJ/kg teh kering energi bahan bakar padat berupa kayu bakar dan 0.009 MJ/kg teh kering energi manusia.
Konsumsi energi dalam bentuk bahan bakar padat untuk menghasilkan energi panas sebesar 69% dari total konsumsi energi pada tahap pengeringan. Besarnya konsumsi energi pada tahap pengeringan di Perkebunan Cisaruni ini lebih besar dibandingkan dengan kebun lainnya di PTPN VIII pada Tabel 11, karena di perkebunan lainnya masih menggunaan solar sebagai sumber energi panasnya. Akan tetapi dari sisi penghematan,
kebun Cisaruni bisa menghemat energi panas yang bersumber dari bahan bakar industrial diesel oil untuk pengeringan sebesar 29.13% dari total penghematan energi panas, dengan kondisi sekarang 100% menggunakan bahan bakar padat sebagai sumber energi panasnya.
Pada tahap pengeringan ukuran partikel bubuk teh yang dikeringkan akan mempengaruhi besarnya energi yang dibutuhkan, disamping efisiensi mesin pengering yang digunakan. Semakin kecil ukuran bubuk teh yang dikeringkan maka makin luas permukaan bubuk teh yang bersentuhan dengan udara panas, sehingga laju penguapan air berjalan semakin cepat. Dengan demikian konsumsi energi akan lebih kecil. Mesin yang digunakan pada tahap pengeringan di Perkebunan Cisaruni, yaitu two stages drier (TSD).
1.4 Sortasi Kering
Meskipun telah dilakukan proses sortasi pada tahap sortasi basah, bentuk dan ukuran partikel teh kering yang dihasilkan oleh mesin pengering masih heterogen, oleh sebab itu pada tahap sortasi kering akan dipisahkan kembali berdasarkan ukuran dan warna bubuk teh. Alat yang digunakan pada tahap ini yaitu midelton, vibro, druck roll, winower, vibro separator, fan blower dan konveyor.
Input energi pada tahap ini yaitu tenaga manusia dan listrik. Penggunaan tenaga listrik dimaksudkan untuk menjalankan alat/mesin yang terdapat di ruang sortasi, sedangkan tenaga manusia bertugas sebagai operator alat/mesin dan memindahkan bubuk teh ke alat/mesin yang lainnya yang tidak dipasang konveyor. Besarnya konsumsi energi total pada bulan Maret 2010 berdasarkan sumber energinya masing-masing pada tahap ini adalah 0.36 MJ/kg teh kering energi listrik dan 0.013 MJ/kg teh kering energi manusia pada bulan Maret 2010.