LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
5. Konsumsi Oksigen Maksimal (VO2 Max)
a. Pengertian VO2 Max
VO2 Max merupakan kemampuan fisik yang sangat penting dalam melakukan kegiatan olahraga. Dapat dikatakan kemampuan VO2 Max yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi pencapaian prestasi olahraga. Berkaitan dengan VO2 Max Soekarman (1987: 58) menyatakan, “VO2 Max adalah kemampuan jantung untuk memompa darah, kemampuan paru untuk menyerap oksigen dan kemampuan sel-sel untuk menyerap oksigen”. Menurut Sudarno SP. (1992: 59) menyatakan, “Kapasitas aerobik maksimal adalah kemampuan kapasitas seseorang untuk menghisap dan menggunakan oksigen secara maksimal”. Sedangkan Ismaryati (2006: 77) menyatakan, “Istilah komsumsi oksigen maksimal mempunyai pengertian yang sama dengan maximal oxygen intake dan maximal oxygen power yang menunjukkan perbedaan yang terbesar antara oksigen yang dihisap masuk ke dalam paru dan oksigen yang dihembuskan ke luar paru”.
Berdasarkan pengertian VO2 Max yang dikemukakan ketiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, kapasitas oksigen maksimal (VO2 Max) merupakan kemampuan seseorang untuk menghirup dan menggunakan oksigen secara maksimal dalam melakukan aktivitas atau kegiatan olahraga. Kapasitas oksigen maksimal sangat berperan penting dalam kegiatan olahraga dan dapat dijadikan indikator bagi kesegaran jasmani seseorang. Untuk mengetahui besarnya konsumsi oksigen maksimal, harus diketahui terlebih dahulu berapa banyak oksigen yang dihisap dan yang dihembuskan. Perbedaan diantara keduanya itulah merupakan jumlah oksigen yang dikonsumsi dan digunakan oleh sistem transport elektron pada mitochondria untuk menghasilkan energi oleh jaringan-jaringan yang aktif.
b. Faktor-Faktor yang Menentukan Konsumsi Oksigen Maksimal
Konsumsi oksigen maksimal atau VO2 Max merupakan komponen kebugaran yang sangat penting bagi hampir semua orang, apalagi bagi seorang olahragawan. Bagi seorang olahragawan kebutuhan akan daya tahan aerobik sangat penting untuk membantu penampilannya dalam kegiatan olahraga. Untuk memperoleh kapasitas oksigen maksimal banyak faktor yang mempengaruhinya.
Ditinjau dari fungsi fisiologis bahwa jantung, paru-paru, darah, pembuluh dara dan otot merupakan bagian yang berpengaruh terhadap kapsitas konsumsi oksigen. Ismaryati (2006: 79) menyatakan bahwa, faktor-faktor yang menentukan konsumsi oksigen maksimal yaitu:
1) Jantung, paru dan pembuluh darah harus berfungsi dengan baik, sehingga oksigen yang dihisap dan masuk ke paru, selanjutnya sampai ke darah.
2) Proses penyampaian oksigen ke jaraingan-jaringan oleh sel-sel darah merah harus normal, yakni fungsi jantung harus normal, yakni fungsi jantung harus normal dan konsentrasi hemoglobin harus normal, jumlah sel darah merah harus normal, dan konsentrasi hemoglobin harus normal, serta pembuluh darah harus mampu mengalirkan darah dari jaraingan-jaringan yang tidak aktif ke otot yang sedang aktif yang membutuhkan oksigen lebih besar.
3) Jaringan-jaringan terutama otot harus mempunyai kapasitas yang normal untuk mempergunakan oksigen yang disampaikan kepadanya. Dengan kata lain harus mempunyai metabolisme yang normal, demikian juga dengan fungsi mitokhondriannya.
Selain faktor-faktor penentu kapasitas oksigen maksimal seperti di atas, pendapat lain dikemukakan Dangsina Moeloek & Arjatmo Tjokronegoro (1984: 3-5) bahwa, faktor fisiologis yang mempengaruhi daya tahan aerobik adalah “(1) keturunan, (2) usia, (3) jenis kelamin, dan (4) aktivitas fisik”. Untuk lebih jelasnya faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan aerobik dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Keturunan
Keturunan merupakan sifat bawaan yang dibawa sejak lahir. Keturunan ini dapat mempengaruhi daya tahan aerobik seseorang. Alat-alat faal tubuh seperti jantung, paru-paru, sel darah merah, serabut otot dan hemoglobin merupakan
faktor genetik yang mempengaruhi kemampuan daya tahan aerobik seseorang. Dangsina Moeloek & Arjatmo Tjokronegoro (1984: 3) menyatakan bahwa “Dari penelitian yang dilakukan dibuat kesimpulan bahwa VO2 Max 93,4% ditentukan oleh faktor genetik yang hanya dapat diubah dengan latihan.” Pendapat lain dikemukakan Mucshin Doewes, Soedarwo & Slamet Suherman (1994: 49) bahwa, “Faktor keturunan memegang peranan penting dalam menentukan batas kemampuan seseorang untuk mencapai tingkat kesegaran jasmaninya”.
Daya tahan aerobik sangat dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan). Karena daya tahan aerobik seseorang sangat bergantung pada garis keturunan. Namun demikian daya tahan aerobik dapat ditingkatkan melalui latihan secara intensif. Pengaruh yang ditimbulkan dari latihan terhadap peningkatan daya tahan aerobik sangat terbatas. Pate et al (1993: 256) menyatakan, ”Meskipun VO2 Max dapat ditingkatkan melalui latihan yang sesuai, kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa besarnya peningkatan itu terbatas dari 10% hingga 20%”.
Peningkatan daya tahan aerobik akibat latihan relatif sedikit. Faktor keturunan sangat dominan terhadap kualitas daya tahan aerobik yang dimiliki seseorang. Dengan demikian daya tahan aerobik seseorang dengan orang lain jelas berbeda-beda. Kualitas jantung, paru-paru, sel darah merah, hemoglobin serta jenis serabut otot yang dimiliki seseorang akan menentukan kualitas daya tahan aerobik yang dimilikinya. Jika jantung, paru-paru, sel darah merah, hemoglobin dan serabut ototnya dalam keadaan baik, maka daya tahan aerobik yang dimiliki juga baik. Tetapi sebaliknya jika buruk, maka kualitas daya tahan aerobiknya juga buruk.
2) Usia
Bertambahnya usia seseorang akan berpengaruh terhadap kualitas fungsi fisiologis dalam tubuh. Demikian halnya daya tahan aerobik seseorang akan berkembang seiring dengan usia dan pertumbuhan fisikya. Pada usia mudah seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Seiring dengan bertambahnya usia, anak mengalami perkembangan dan pertumbuhan dan kematangan baik fisik, fisiologis maupun psikologis. Pertumbuhan pada usia
anak-anak yaitu bertambahnya masa otot, bertambahnya ukuran tubuh, bertambahnya organ jantung dan paru-paru.
Pertumbuhan dan perkembangan fisik dan fisiologis berpengaruh terhadap daya tahan aerobik. Bertambahnya masa otot, organ jantung dan paru-paru pada masa pertumbuhan akan meningkatkan kapasistas seseorang dalam menggunakan oksigen. Pada usia muda kemampuan fisik seseorang akan meningkat seiring dengan pertumbuhan yang dialaminya, kemudian mencapai puncaknya pada usia dewasa dan akhirnya mengalami penuaan. Dangsina Moeloek & Arjatmo Tjokronegoro (1984: 4) menyatakan, “Mulai anak-anak sampai sekitar usia 20 tahun, daya tahan aerobik meningkat, mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun dan kemudian berbanding terbalik dengan usia, sehingga pada orang yang berusia 70 tahun diperoleh daya tahan 50% dari yang dimilikinya pada usia 17 tahun”. Berikut ini disajikan gambar hubungan antara usia dan kesegaran jasmani sebagai berikut :
Gambar 7. Hubungan Antara Usia dan Daya Tahan Aerobik (Dangsina Moeloek & Arjatmo Tjokronegoro, 1984:3) Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa, penurunan daya tahan aerobik ini disebabkan karena usia yang semakin tua. Pada usia tua setiap orang akan mengalami penurunan kemampuan fisik dan penurunan faal organ tubuh termasuk daya tahan aerobik. Proses bertambahnya usia manusia akan berakibat pada berkurangnya kemampuan dalam penampilan fisik serta kapasitas
aerobiknya. Pada usia tua fungsi jantung dan paru-paru akan menurun, hal ini akan berpengaruh pada menurunnya kemampuan aerobiknya. Pada usia lanjut kemampuan daya tahan aerobik akan menurun secara drastis, hal ini terjadi jika orang yang bersangkutan tidak aktif melakukan aktivitas fisik secara teratur. Curamnya penurunan daya tahan aerobik dapat berkurang jika tetap melakukan aktivitas fisik seperti olahraga aerobik secara teratur.