JUMLAH SISWA
7. Evaluasi dan Monitoring terhadap Implementasi Subsidi BOS
1.2. Konteks Implementasi Subsidi BOS
Arah kebijakan dalam bidang pendidikan dirumuskan dengan mengacu pada permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Tangerang dalam bidang pendidikan. Sebagai wilayah Kotamadya yang baru dibentuk pada tahun 2008, Pemerintah Kota Tangerang Selatan masih banyak menghadapi masalah dalam bidang pendidikan. Permasalahan tersebut antara lain adalah :
a. Masih rendahnya angka partisipasi kasar ( APK) maupun angka partisipasi murni (APM) untuk tingkat sekolah dasar sampai dengan tingkat sekolah lanjutan atas. APK dan APM tersebut dapat dilihat pada daftar di bawah ini.
Tabel 10
Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan 2008
NO KECAMATAN SD SMP SMA SMK
APK APM APK APM APK APM APK APM
1 SERPONG 118,40 98,6 120,83 83,62 38,17 28,94 41,84 32,85 2 PAMULANG 80,17 66,9 58,96 36,46 18,97 13,33 43,43 36,92 3 CIPUTAT 109,45 91,2 109,42 82,47 39,32 27,90 40,43 26,11 4 PONDOK AREN 71,62 59,2 52,72 36,41 20,52 14,46 10,73 7,75 5 SERPONG UTARA 88,51 71,1 80,31 70,17 24,96 20,43 35,60 29,48 6 CIPUTAT TIMUR 58,44 49,1 60,69 58,84 35,47 25,48 44,18 36,42 7 SETU 85,85 71,1 60,17 59,05 33,24 23,16 20,76 17,91 RATA-RATA 87,49 72,5 77,59 61,00 21,94 21,94 33,85 26,78
b. Masih banyaknya sarana sarana dan prasarana belajar yang rusak. Kondisi gedung dan sarana belajar yang rusak dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 11
Jumlah Sekolah, Ruang Kelas Dan Ruang Kelas Rusak Kota Tangerang Selatan Tahun 2008
No Uraian
Tangsel Serpong Serpong Utr Pamulang Ciputat Ciputat Tmr Pondok Aren Setu
N S N S N S N S N S N S N S N S 1 Jml SD 198 100 24 17 17 12 42 21 41 11 21 1 47 24 12 12 Jml Ruang Kls SD 1100 1000 130 122 122 144 242 111 170 170 121 42 212 200 96 84 Jlm ruang yg rsk 212 21 - 13 13 - 48 11 30 1 11 1 1 - - - 2 Jml MI 2 31 12 - - 3 - 11 2 1 - 1 21 - 1 6 Jml Ruang Kls MI 12 190 90 - - 1 - 1 - - - 11 132 - 7 46 Jml ruang yg rsk 4 8 12 - - - - - - - - - - - 1 3 3 Jml SMP 17 107 3 15 2 12 3 13 3 18 2 12 3 20 1 17 Jml Ruang KlsSMP 430 1232 80 180 50 120 70 150 80 210 52 122 70 230 24 310 Jml ruang yg rsk 27 - - - - - - 1 1 - - 1 - - 1 - 3 Jml MTs 2 4 1 - - 3 - 1 - - - - 11 - 4 - Jml Ruang Kls MTs 24 48 8 - - - - - - - - - - - - - Jml ruang yg rsk - - - - - - - - - - - - - -- - - 4 Jml SMA 1 22 5 - - 3 - - - - 3 1 1 4 - - Jml Ruang KlsSMA 8 216 64 - - 22 - - 12 12 11 11 17 - - Jml ruang yg rsk - 12 - - - - - - 1 1 1 1 4 - - 5 Jml SMK 1 13 11 - - 3 - - - - - 1 4 - - Jml Ruang Kelas SMK 8 124 123 - - 28 - - - - - - 54 - - Jumlah ruang yg rusak - - - - - - - - - 7 - - - - -
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan ,2008
c. Tingginya biaya pendidikan
Pada penerimaan siswa baru tahun pelajaran 2007/2008 di mana belum diadakan peningkatan besarnya dana BOS , di beberapa SMP Negeri di Kota Tangerang, setiap siswa harus membayar formulir pendaftaran sebesar Rp 50.000,00, biaya operasional antara Rp 90.000,00 sampai Rp 160.000,00 dan sumbangan anggaran pendidikan ( SAP ) antara 1.200.000,00 sampai Rp.3.000.000,00 ( PSB di beberapa SMPN Ciputat dan Serpong tahun pelajaran 2007/2008).
d. Rendahnya gaji guru honorer sekolah , guru bantu dan guru swasta
Ada beberapa istilah untuk guru honorer antara lain guru bantu, yaitu guru honor yang gajinya dibayar melalui APBN. Besarnya gaji guru bantu adalah Rp 710.000. Istilah yang lain adalah guru honor sekolah, yaitu guru yang mengajar di sekolah negeri yang gajinya dibayar oleh sekolah. Gaji mereka relatif lebih kecil, yaitu antara Rp 200-Rp 400.000 per bulan. Istilah yang ketiga adalah guru honor yang mengajar di sekolah-sekolah swasta. Mereka digaji oleh yayasan penyelenggara pendidikan yang pada umumnya berdasarkan jumlah jam per minggu.
e. Masih rendahnya kualitas pendidikan masyarakat
Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah Kota Tangerang Selatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 12
Tingkat Pendidikan Masyarakat Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan 2008
N O Pendidik an Serpong Serpong Utara Ciputat Ciputat Timur Pamu lang Pondok Aren Setu Kota Tangsel 1 Sarjana 8,71% 8,71% 8,71% 8,71% 8,71% 8,60% 7,06% 8,63% 2 Sarjana Muda 21,02% 21,02% 21,02% 21,02% 21,02 % 20,97% 8,06% 20,42% 3 SLTA 29,03% 29,09% 29,03% 29,03% 29,03 % 29,08% 32,85 % 29,22% 4 SLTP 25,03% 25,03% 25,02% 25,03% 25,02 % 25,43% 14,42 % 24,64% 5 SD 5,20% 5,20% 5,20% 5,20% 5,23% 5,23% 23,08 % 6,02% 6 TK 11,01% 11,01% 11,01% 11,01% 11,01 % 10,59% 3.06% 10,55% 7 Drop Out SD 0 0 0 0 0 0 8,35% 0,38% 8 Buta Huruf 0 0 0 0 0 0 3,13% 0,14% Jumlah 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan 2008
Berdasarkan tabel di atas, masih terdapat penduduk yang buta huruf serta droup out dari sekolah, terutama di kecamatan Setu. Di samping itu, penduduk yang hanya berpendidikan SD juga masing cukup besar ( 6,02%), sedangkan
sarjana dalam persentase yang hampir sama dengan berpendidikan SD tersebut (8,63%).
Menurut Dunn, proses pembuatan kebijakan ( policy making process ) pada dasarnya merupakan proses politik yang berlangsung dalam tahapan-tahapan tertentu yang saling bergantung, yaitu meliputi penyusunan agenda kebijakan, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Masalah kebijakan saling bergantung antara yang satu dengan yang lainnya. Contoh : masalah pendidikan sangat berkaitan dengan masalah kebudayaan, ekonomi dan perdagangan. Dalam kenyataan masalah-masalah kebijakan bukan merupakan unit yang berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari suatu sistem masalah , yaitu sistem kondisi eksternal yang menghasilkan ketidakpuasan diantara elemen-elemen masyarakat yang berbeda-beda. Oleh karena itu sangat jarang masalah yang dapat dipecahkan sendiri-sendiri tanpa mengaitkan dengan unsur lain.
Pembuatan kebijakan tentang Subsidi BOS untuk SD dan SMP di Kota Tangerang Selatan juga merupakan proses politik yang melibatkan lembaga politik antara lain DPRD Tangerang dan kantor Walikota Tangerang Selatan. Tahapan –tahapannya diawali dengan identifikasi masalah-masalah dalam bidang pendidikan. Setelah itu dibuat pemetaan terhadap masalah yang teridentifikasi untuk menentukan prioritas pemecahannya. Setelah disusun skala prioritas, maka dibuat agenda untuk untuk diformulasikan sebagai suatu kebijakan.
Formulasi kebijakan tersebut berupa Peraturan Walikota Nomor 466/Kep/127- Huk/ 2009 sebagai Subsidi BOS atau BOP. Kemudian diimplementasikan mulai awal tahun pelajaran baru 2009/2010. Besarnya subsidi adalah Rp 17.650 per anak per bulan untuk SMP dan Rp 10.000 per anak per bulan untuk SD. Tim pengawas pun kemudian ditentukan yaitu terdiri dari unsur dinas pendidikan dan unsur inspektorat
Masalah kebijakan itu memiliki ciri tertentu, yaitu : pertama bahwa ada dimensi subyektivitas dalam masalah kebijakan. Sebab masalah kebijakan merupakan suatu hasil pemikiran yang dibuat pada suatu lingkungan tertentu. Masalah tersebut merupakan elemen dari situasi eksternal . Dengan demikian
yang dialami pada dasarnya merupakan situasi masalah yang telah dikonstruksikan secara konseptual.
Dalam hal kebijakan Subsidi BOS oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan sangat erat kaitannya dengan keinginan untuk menjadikan Tangerang Selatan sebagai kota pendidikan. Hal ini didorong oleh keberadaan beberapa perguruan tinggi, sekolah unggulan dan ekonomi Kota Tangerang Selatan yang memungkinkan untuk tujuan tersebut. Disamping itu juga desakan dari lembaga swadaya masyarakat yang konsern terhadap kemajuan pendidikan di Kota Tangerang Selatan.
Meskipun dana yang dialokasikan pada tahap awal implementasi kebijakan ini merupakan hibah, akan tetapi Walikota Tangerang Selatan optimis bahwa pada tahun 2010 sumber dana untuk melanjutkan Subsidi BOS tidak ada masalah karena APBD yang dianggarkan adalah Rp 700 milyar, sedangkan besarnya Subsidi BOS hanya sekitar Rp 27 milyar, atau 3,9 % saja.
2. Aktor-aktor dalam Perumusan Kebijakan Subsidi BOS