• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontekstualisasi Kelembutan pada Dakwah Modern

Dalam dokumen Konsep kelembutan dakwah dalam al-quran (Halaman 60-67)

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,

B. Kontekstualisasi Kelembutan pada Dakwah Modern

٥٣

bacaan shalat terlebih dahulu, baru berkata pada sahabat-sahabatnya: “shalatlah kalian sebagaimana aku shalat.” (HR. Bukhari). Jugatermasuksalahsatucaramencegahkemungkaranialahdenganperbuatan. Tentusajaperilakuatautindakan yang baik.١٧

B. Kontekstualisasi Kelembutan pada Dakwah Modern

Seorang da’i harus mengetahui dan menguasai apa-apa yang diserukannya dan apa-apa yang dilarangnya sehingga tidak berbicara atas nama Allah tanpa berdasarkan ilmu. Namun, bersama ilmu itu pula harus disertaidengan pelajaran (nasihat) yang baik dan bantahan yang lebih baik saat di perlukan, karena sebagian orang ada yang hanya cukup dengan penjelasan kebenaran dan sebagian lagi ada yang tidak bereaksi dengan penjelasan tentang kebenaran sehingga perlu nasihat yang baik.

Ada pula yang telah diliputi keraguan, untuk hal yang semacam ini perlu didebat (dibantah) dengan tujuan untuk membongkar keraguan tersebut. Maka sang da’i dalam menghadapi situasi seperti ini perlu menerangkan kebenaran disertai dalil-dalinya serta membantah keraguan tersebut dengan dalil-dalil syar’i. Dan dalam melakukan ini harus dengan perkataan yang baik, tutur kata yang halus dan lembut, tidak kasar dan tidak keras agar orang yang didakwahinya tidak antipati terhadap kebenaran dan tetap bertahan pada kebatilannya.

Rasulullah SAW pernah berpesan kepada Mu’adz bin Jabal saat beliau mengutusnya ke Yaman,“Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada tuhan

١٧

٥٤

(yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Setelah mereka mematuhi itu, beritahulah mereka bahwa sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas mereka pelaksanaan lima kali shalat dalam sehari semalam. Setelah mereka mematuhi itu, beritahulah mereka bahwa sesungguhnya Allah telah mewajibkan zakat atas mereka yang diambil dari yang kaya untuk disalurkan kepada yang miskin di antara mereka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dari pesan Nabi SAW tersebut dapat kita ketahui bahwa dakwah dimulai dengan yang paling penting, lalu yang penting dengan memilih kesempatan, waktu dan tempat yang tepat dan sesuai untuk berdakwah. Adakalanya saat yang tepat adalah mendakwahinya di rumahnya dengan mengajaknya berbincang-bincang, adakalanya juga cara yang tepat adalah dengan mengajaknya berkunjung ke rumah seseorang agar didakwahi, adakalanya pula pada saat-saat yang lain. Namun yang jelas, seorang muslim yang berakal dan berpengetahuan akan mengetahui bagaimana bersikap dalam mengajak orang lain kepada kebenaran.

Metode yang digunakan oleh manusia dalam menyampaikan isi pikirannya sangatlah bermacam-macam. Setiap masa memiliki tantangan dan solusinya masing-masing. Maka harus ada perkembangan juga dalam dakwah. Tidak hanya melalui mimbar khotib jum’at, tetapi juga harus melalui sarana, metode dan materi yang lain seiring perkembangan zaman.١٨

Pokok pemikiran dalam dakwah ialah tentang menyebarkan Islam dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Salah satu contoh ialah dengan menggunakan

١٨

٥٥

sampel dari cerita pengalaman hidup orang lain, seperti orang-orang yang sukses hidupnya sebab berbakti kepada orangtuanya. Metode sampel kisah hidup ini sangat banyak dicontohkan Allah swt dalam Alquran. Bahkan Allah swt ketika akan mengkisahkan perjalanan hidup nabi yang mulia Yusuf as, diawali-Nya dengan kalimat “Kami akan mengkisahkan kepadamu kisah yang paling baik dari kisah-kisah yang lain” dalam Alquran surat Yusuf: ٣.





٣. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui.

Metode dakwah Rasulullah Saw pada awalnya dilakukan melalui pendekatan individual (personal approach) dengan mengumpulkan kaum kerabatnya di bukit Shafa. Kemudian berkembang melalui pendekatan kolektif seperti yang dilakukan saat berdakwah ke Thaif dan pada musim haji.

Dakwah kontekstual diartikan sebagai cara penyiaran Islam yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta problem yang mereka hadapi. Problem yang dihadapi oleh masyarakat tidak selalu tetap tetapi bisa berubah-ubah dari waktu ke waktu.

Para penyiar Islam, seperti : da’i, mubalig, ulama, kiai, ustad, guru agama, dosen agama, hendaknya selalu menyampaikan ajaran Islam yang ada relevansinya dengan problem-problem yang aktual. Ajaran Islam hendaknya

٥٦

difungsikan sebagai problem solving. Metode-metode sosialisasi ajaran Islam hendaknya selalu dibahas secara mendalam agar lebih efektif.

Selama ini dakwah yang berkembang pesat dan banyak dilakukan pada kalangan masyarakat ialah dakwah kultural, yakni melalui ceramah, seminar dan sebagainya. Sementara dakwah secara struktural pada lingkungan kekuasaan dan birokrasi masih harus ditingkatkan. Dakwah kontekstual tidak hanya pada materi ceramah, melainkan juga cara penyampaian pesan dakwah yang beragam harus ditingkatkan dengan perkembangan zaman. Maka beberapa metode yang digunakan untuk mengkontekstualkan dakwah dengan kelembutan ini antara lain:

١. Kisah. Tak bisa dipungkiri watak asli manusia lebih suka mendengarkan daripada membaca. Maka Allah swt sangat mengerti kondisi ini dengan mengkisahkan contoh orang-orang yang mulia kehidupannya dan orang-orang yang hina didunia dan akhirat. Contoh da’i yang sering menggunakan metode kisah ini antara lain Ust. Yusuf Mansur ketika menjelaskan perkara shodaqohnya.

٢. Dzikir maupun shalawat bersama. ‘Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.’ Perkara yang sulit akan terasa mudah bila dikerjakan bersama-sama. Beginilah ungkapan peribahasa Indonesia tentang kerja sama. Para ulama menjelaskan diantara fungsi dari dzikir bersama ialah:

a. Bersilaturrahmi sesama muslim dan merekatkan ukhuwah Islamiyah.

٥٧

b. Mengajak orang untuk selalu mengingat Allah swt dalam setiap lini kehidupannya.

c. Mengajarkan bacaan dzikir bagi yang belum mengerti. d. Mengingatkan dzikir bagi yang sudah mengerti, tetapi lalai. e. Menghidupkan hati yang mati.

f. Mengusir setan dari diri, hati dan lingkungan.

g. Dan masih banyak lagi fungsi dzikir bersama ini yang tidak bisa dijelaskan secara panjang lebar dalam karya tulis ini.

Adapun da’i populer yang sering menggunakan metode ini adalah Ust. Arifin Ilham dan Habib Syekh bin Abdul Qodir Asseggaf. ٣. Gerakan sholat tahajjud dilanjutkan kultum. Gerakan ini sudah banyak

dilakukan pada masjid-masjid baik komplek perumahan maupun masjid jami’ perkampungan. Model dakwah ini menjadi banyak dilirik oleh remaja masjid. Sebab salah satu cara paling mudah untuk meramaikan masjid dan memakmurkannya ialah dengan dikumpulkan pada saat momen tertentu untuk sholat, dan mendengarkan kultum bersama ustad atau ustadzah ‘zaman now’ dengan materi pemuda masa kini. Contoh tema yang laris saat ini adalah pemuda hijrah, nikah muda, juga tentang pacaran.

٤. Safari dakwah. Berkeliling kedaerah-daerah luar komplek tempat pengajiannya guna mensyiarkan Islam dan mengajarkan bersyukur dengan yang telah didapatkan, berusaha dan berdoa jika menginginkan

٥٨

sesuatu, beristighfar terhadap kesalahan yang sudah lalu. Contoh da’i pada metode ini adalah Ust. Abdul Somad dan Buya Yahya.

٥. Lembaga amal. Lembaga ini bertugas untuk menyalurkan donasi, zakat, infak, sedekah dan lain sebagainya dari masyarakat kepada yang membutuhkan. Contoh nyatanya seperti lembaga Dakwah bil Haal yang ada di daerah Ampel Surabaya. Mereka mengalirkan dana pada kegiatan untuk perawatan jenazah. Semua operasional (mulai dari memandikan, mengkafani, mobil ambulan) ditanggung oleh lembaga melalui dana yang diberi masyarakat mampu Ampel dan sekitarnya.

٦. Tabligh akbar. Perlu diperhatikan kesesuaian meteri dengan kondisi sosial politik masyarakat dengan cermat. Sebab masyarakat desa akan tabu dengan materi perkotaan, begitu juga sebaliknya. Tabligh akbar biasanya diadakan oleh lembaga keIslaman tertentu yang sudah besar, masjid atau pemerintah daerah setempat.١٩ Kelebihan dari cara ini adalah sekali dakwah, pendengar akan banyak. Kekurangan metode ini sulit untuk diadakan oleh lembaga kecil, atau daerah yang sempit, sebab membutuhkan area dakwah yang luas.

٧. Islamisasi pranata sosial. Membuat aturan dan bukti yang sesuai dengan syariat Islam pada setiap sektor masyarakat. Seperti amil zakat (BAZIS), peradilan Islam pada sektor hukum, musik pada sektor

١٩

٥٩

kesenian (seperti Kiai Kanjeng, Bimbo dan lain-lain), juga rumah sakit Islam pada sektor kesehatan.٢٠

٨. Dakwah dibalik profesi. Seorang ahli manajemen berdakwah dengan sikapnya yang santun dan bertanggung jawab dalam memimpin para stafnya. Seorang penulis skrip dan produser berdakwah dengan sinetron pendidikan dan Islaminya. Juga dalam setiap profesi semua orang dapat berdakwah dengan menunjukkan karakter Islamnya dan keluhuran budi pekertinya.٢١

٩. Pemimpin bersyariat. Seperti dakwah walisongo yang mengkader pemimpin dari pesantren dan surau, mereka membuat kader pemimpin ini menegakkan syariat Islam dan undang-undang yang beriringan dengan ajaran Allah swt. Jika pemimpin menegakkan aturan Islam maka secara otomatis semua masyarakat akan mengikutinya. Contoh sunan yang menggunakan metode ini adalah Sunan Gunung Jati yang memegang kekuasaan pada daerah Jawa Barat.٢٢

١٠. Media sosial. Media sosial berarti perantara yang akan menghubungkan manusia satu dengan lainnya untuk suatu keperluan. Media sosial mempunyai banyak macam beserta kelebihan dan kekurangannya. Sebagaimana alat-alat yang lain, akan baik jika penggunanya baik, dan akan buruk jika penggunanya buruk. Contoh penggunaan media sosial untuk dakwah ialah live streaming saat

٢٠Ibid, ١٤٠. ٢١

Kurdi Musthofa, Dakwah di Balik Kekuasaan, ..., ٥٦.

٢٢

٦٠

pengajian.٢٣Dakwah dengan media ini merupakan sesuatu yang paling mudah dilakukan asalkan paham betul materi yang akan dishare.

Dalam dokumen Konsep kelembutan dakwah dalam al-quran (Halaman 60-67)

Dokumen terkait