• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRADIKSI-KONTRADIKSI DALAM PERUMUSAN UMUM

Dalam dokumen frederic engels tentang das kapital marx (Halaman 71-74)

BARANG-BARANG DAGANGAN DAN UANG

2. KONTRADIKSI-KONTRADIKSI DALAM PERUMUSAN UMUM

Bentuk sirkulasi yang dengannya uang menjadi modal berkontradiksi dengan semua hukum yang bersangkut-paut dengan sifat barang-barang dagangan, nilai, uang dan sirkulasi itu sendiri. Dapatkah perbedaan yang sepenuhnya formal dari tata-rangkaian terbalik itu menyebabkan ini? Lagi pula, pembalikan ini yhanya ada bagi salah-seorang yang ketiga orang yang bertransaksi itu. Sebagai seorang kapitalis aku membeli barang-barang dagangan dari A dan menjualnya kepada B. A dan B hanya tampil sebagai pembeli dan penjual sederhana dari barang-barang dagangan. Dalam kedua hal itu aku menghadapi mereka hanya sebagai pemilik sederhana dari uang atau pemilik sederhana dari barang-barang dagangan, menghadapi yang satu sebagai pembeli atau uang, yang lainnya sebagai penjual atau barang-dagangan, tetapi tidak ada dari mereka itu sebagai seorang kapitalis atau seorang wakil dari sesuatu yang adalah lebih daripada uang atau barang-dagangan. Bagi A transaksi itu dimulai dengan suatu penjualan; bagi B ia berakhir dengan suatu

pembelian, karenanya, tepat seperti dalam sirkulasi barang-dagangan. Selanjutanya, apaabila aku mendasarkan hak atas nilai-lebih pada urutan sederhana itu, A dapat menjual pada B secara langsung dan peluang atas nilai-lebih akan ditiadakan.

Andaikan bahwa A dan B saling membeli barang-barang dagangan secara langsung. Sejauh yang berkenaan dengan nilai-pakai, kedua-duanya dapat memperoleh untung; A bahkan dapat memproduksi lebih banyak barang- dagangannya daripada yang dapat diproduksi B dalam waktu sama, dan vice versa,di mana kedua-duanya akan dapat diuntungkan lagi. Tetapi lain halnya dengan nilai-tukar. Di sini nilai-nilai setara saling dipertukarkan satu sama lain; bahkan apabila uang, sebagai medium sirkulasi, bercampur-tangan/intervensi. (Hal. 119 [156-58].)

Dipertimbangkan secara abstrak, hanya suatu perubahan dalam bentuk barang-dagangan itu terjadi dalam sirkulasi sederhana barang-dagangan, jika kita menerima penggantian satu nilai-pakai dengan nilai-pakaii lainnya. Sejauh yang hanya melibatkan suatu perubahan dalam bentuk nilai-tukarnya, ia melibatkan pertukaranan kesetaraan-kesetaraan, jika gejala itu berlangsung dalam suatu bentuk murni. Barang-barang dagangaan memang dapat dijual pada harga-harga yang berberda dari nilai-nilainya, tetapi ini akann berarti suatu pelanggaran atas hukum pertukaran barang-dagangan. Dalam bentuk murninnya ia merupakan suatu pertukaran kesetaraan-kesetaraan, karenanya bukan medium untuk memperkaya diri sendiri. (Hal. 120 [158-59].)

Karena itu kesalahan semua uusaha untuk menderivasi nilai-lebih dari sirkulasi barang-dagangan. Condillac (hal. 121 [159].), Newman (hal. 122 [160].)

Tetapi mari kita mengasumsikan bahwa peertukaran itu tidak terjadi dalam suatu bentuk murni, bahwa ketidak-kesetaraan ketidak-kesetaraan yang diipertukarkan. Mari kita berasumsii bahwa setiap penjual menjual barang-dagangannya 10% di atas nilainya. Semuanya tetap sama; yang masing-masingnya peroleh sebagai seorang penjual, pada gilirannya ia rugi sebagai seorang pembeli. Tepat sepertinya nilai uang telah berubah

dengan 10%. Seperti itu pula kalau para pembeli membeli segala sesuatunya dengan 10% di bawah nilai. (Hal. 123 [160-61], Torrens.) Asumsi bahwa nilai-lebih lahir dari suatu kenaikan dalam harga-harga mengandaikan bahwa terdapat suatu kelas yang membeli dan tidak menjual, yaitu, mengonsumsi dan tidak memproduksi, yang terus- menerus menerima uang secara cuma-cuma/gratis. Menjual barang- barang dagangan di aatas nilainya kepada kelas ini Cuma beraarti mendapatkan kembali, dengan menipu, sebagian dari uaang yang diberikan secara gratis. (Asia Kecil dan Roma.) Betapapun, si penjual selalu tetap orang yang ditipu dan tidak bisa menjadi lebih kaya, tidak dapat membentuk –dengan begitu- nilai-lebih.

Mari kita anngkat kasus penipuan. A menjual pada B anggur seharga Poundsterling 40 yang ditukar untuk biji-bijian seharga Poundsterling 50. A telah memperoleh (untung) Poundsterling 10. Tetapi A dan B bersama-sama hanya mempunnyai Poundsterling 90. A mempunyai 50 dan B hanya 40; nilai telah berpindah tetapi tidak tercipta. Kelas kapitalis, secara keseluruhan, di sesuatu negeri (manapun) tidak dapat menipu dirinya sendiri. (Hal. 126 [162-63].)

Karenanya: jika ekuivalen-ekuivalen dipertukarkan, tidak dihasilkan nilai-lebih; dan jika non-ekuivalen-non-ekuivalen dipertukarkan, tetap saja tidak dihasilkan nilai-lebih. Sirkulasi barang-dagangan tidak menciptakan nilai baru.

Itulah sebabnya mengapa bentuk-bentuk modal paling tua dan paling populer, modal saudagar dan modal tukang-riba, tidak dipertimbangkan/ dibahas di sini. Jika pemuaian/ekspansi modal saudagar tidak diuraikan di sini dengan sekedar penipuan, banyak faktor-antara, yang tiada di sini, diperlukan. Lebih-lebih untuk modal tukang-riba dan modal- pengandung-bunga. Kelak akan diketahui bahwa kedua-duanya adalah bentuk-bentuk derivasi, dan mengapa mereka terjadi secara historis sebelum modal modern.

itu? Di luar itu pemilik barang-dagangan adalah produser sederhana dari barang-dagangannnya, yang nilainya bergantung pada kuantitas kerjanya sendiri yang terkandung di dalamnya, yang diukur menurut suatu hukum sosial tertentu; nilai ini dinyatakan dalam uang tanggungan, yaitu, dalam suatu harga sebesar Poundsterling 10. Tetapi nilai ini tidak serta-merta (berarti) suatu nilai sebesar Poundsterling 11; kerjanya menciptakjan nilai-nilai, tetapi bukan nilai-nilai yang berswa-ekspansi (memuai-sendiri). Ia dapat menambahkan lebih banyak nilai pada nilai yang sudah ada, tetapi ini hanya terjadi melalui penambahan “lebih banyak kerja.” Demikian barang-dagangan produser itu “tidak memproduksi nilai-lebih di luar ruang-lingkup sirkulasi,” tanpa bersinggungan dengan para pemilik barang-dagangan lain.

Karena itu modal mesti lahir di dalam sirkulasi barang-dagangan dan – namun– “tidak di dalamnya.” (Hal. 128 [165-66].)

Demikian: transformasi uang mennjadi modal harus dijelaskan berdasarkan hukum-hukum yang inheren pada pertukaran barang-barang dagangan, dengan pertukaran ekuivalen-ekuivalen merupakan titik pangkalnya. Sang pemilik uang, yang masih sekedar chrisalis-nya seorang kapitalis, mesti membeli barang-barang dagangannya menurut nilainya, menjualnya menurut nilainya, dan namun begitu pada akhir proses ini menggali/mengekstraksi lebih banyak nilai daripada yang ia masukkan/tanamkan di situ. Perkembangannya menjadi seekor kupu- kupu mesti terjadi di dalam ruang-lingkup sirkulasi dan tetapi tidak di dalam situ. Inilah kondisi-kondisi masalahnya. Hic Rhodus, huic salta! (Hal, 129 [166].)

Dalam dokumen frederic engels tentang das kapital marx (Halaman 71-74)

Dokumen terkait