BAB III PEMIKIRAN JIMLY ASSYIDDIQIE TENTANG DEMOKRASI
D. Kontribusi Pemikiran Jimly Asshiddiqie Terhadap Tumbuh Kembangnya-
Jimly Assyiddiqie selalu memilik peranan penting dengan memberikan ide
dan gagasannya untuk membenahi sistem ketatanegaraan Indonesia ke arah
Indonesia yang lebih demokratis. Peran jimly Asshiddiqie dapat juga dilihat
ketika beliau menjadi hakim Mahkamah Konstitusi tidak jarang Prof. Jimly juga
memutuskan judicial review yang akhirnya merubah konstelasi dalam sistem
ketatanegaraan di Indonesia, seperti pada saat dilakukannya judial review
terhadap undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, Prof.
Jimly memutuskan bahwa calon independen dapat ikutserta dalam pemilihan
kepala daerah, putusan ini disambut baik oleh masyarakat Indonesia karena
dipandang membuka ruang demokrasi yang lebih luas. Peranan Prof. Jimly di
Mahkamah Konstitusi juga menyatakan bahwa “sebagai sebuah negara hukum
dalam membangun sebuah sistem bernegara yang accountable, crible dan
demokratis. Menurut Prof. Jimly paham kedaulatan rakyat, yang berdaulat dari
segi politik bukanlah rakyat itu sendiri, melainkan proses kehidupan kenegaraan
sebagai keseluruhan.89 Indonesia merupakan negara demokrasi yang ketiga di
dunia sudah saatnya bangkit dan menyiapkan semua sumber daya kekuatan yang
ada untuk memberikan kontribusi yang baik bagi perkembangan peradaban di
dunia. Demokrasi mengalami rotasi besar-besaran setelah beberapa negara
mengalami transformasi pemikiran politik terkait sistem pemerintahan yang ideal.
89
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Konstitusi Pres,
BAB IV ANALISA DATA
A. Pemikiran Jimly Assyiddiqie Tentang Demokrasi
Demokrasi pertamakali datang dari Barat, dan tentu saja bukan suatu hal
yang mutlak maupun sempurna. Demokrasi merupakan pilihan yang sangat
penting untuk negara yang berdasarkan Republik Presidensial, dengan ini
masyarakat bisa mengeluarkan aspirasinya terhadap kepemerintahan maupun
kenegaraan. Demokrasi juga bisa dikatakan sebuah sistem dimana rakyat ikut
berpartisipasi secara aktif dalam pemerintahan negara. Demokrasi merupakan
salah satu konsep musyawarah rakyat untuk kemajuan negara menuju Indonesia
baru dalam melakukan penilaian terhadap kenegaraan.
Jimly Asshiddiqie beranggapan bahwa hukum demokrasi itu bersifat
demokratif yakni bentuk negara yang sangat dominan atau sangat penting bagi
rakyat. Menurutnya demokrasi merupakan konsep kekuasaan dari,oleh, untuk dan
bersama rakyat. Artinya, kekuasaan itu pada pokoknya diakui berasal dari rakyat
itu sendiri, dan karena itu rakyatlah yang sebenarnya menentukan dan memberi
arah serta yang sesungguhnya menyelenggarakan kehidupan kenegaraan. Dimana
rakyat juga memiliki hak kebebasan untuk berbicara, berekspresi, kebebasan pers,
maupun kebebasan untuk mengadakan perkumpulan disuatu tempat. Dan dengan
adanya demokrasi politik, diharapkan hak-hak rakyat itu terpenuhi segala
keinginan sesuai dengan adanya nilai-nilai ataupun kaedah-kaedah hukum yang
berlaku disuatu negara.
Menurut Prof. Jimly Asshiddiqie dalam bukunya yang berjudul
pada tahapan praktiknya, yaitu demokrasi langsung dan demokrasi tidak langsung.
Menjabarkan kedua demokrasi ini dengan mencontohkan praktik demokrasi yang
diselenggarakan di Indonesia, namun beliau dalam istilah demokrasi tidak
langsung menggunakan istilah demokrasi perwakilan. Kedaulatan rakyat
(democratie) Indonesia diselenggarakan secara langsung. Secara langsung,
kedaulatan rakyat diwujudkan dalam tiga cabang kekuasaan yang tercermin dalam
Majelis Permusyawaratan Rakyat yang terdiri atas Dewan Permusyawaratan
Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah sebagai pemegang kekuasaan legislatif,
Presiden dan Wakil Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif, dan
Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi sebagai pelaksana kekuasaan
kehakiman. Dalam menentukan kebijakan pokok pemerintahan dan mengatur
ketentuan-ketentuan hukum berupa Undang-Undang Dasar dan Undang-undang
(fungsi legislatif), serta dalam menjalankan fungsi pengawasan (fungsi kontrol)
terhadap jalannya pemerintahan, pelembagaan kedaulatan rakyat itu disalurkan
melalui sistem perwakilan, yaitu melalui Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan
Perwakilan Daerah. Di daerah-daerah provinsi kabupaten/kota, pelembagaan
kedaulatan rakyat juga disalurkan melalui sistem perwakilan, yaitu melalui Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Dari uraian pendapat ini, dapat diketahui bahwa yang
dimaksud dengan Demokrasi langsung ialah keterlibatan rakyat secara langsung
dalam menjalankan roda pemerintahan dalam sebuah negara, namun perlu juga
dipahami bahwa tidak semua rakyat ikut terlibat secara langsung dalam
menjalankan roda pemerintahan, melainkan sebagian dari rakyat yang menjadi
wakil atau legitimasi dari rakyat secara keseluruhan, hal ini disebut dengan
Keterlibatan rakyat secara langsung melalui sistem perwakilan dalam
negara yang demokratis, Prof. Jimly juga menambahkan bahwa penyaluran
kedaulatan rakyat secara langsung (Direct Democracy) dilakukan melalui
pemilihan umum, pemilihan presiden, dan pelaksanaan referendum untuk
menyatakan persetujuan atau penolakan terhadap rencana perubahan atas
pasal-pasal tertentu dalam Undang-Undang Dasar. Disamping itu, kedaulatan rakyat
dapat pula disalurkan setiap waktu melalui pelaksanaan Hak atas kebebasan
berpendapat, hak atas kebebasan Pers, Hak atas kebebasan informasi, hak atas
kebebasan berorganisasi dan berserikat serta hak-hak asasi lainnya yang dijamin
dalam Undang-Undang Dasar. Namun demikian, prinsip kedaulatan rakyat yang
bersifat langsung hendaklah dilakukan melalui saluran-saluran yang sah sesuai
dengan prinsip demokrasi perwakilan.
1. Kekuatan Pemikiran Jimly Assyiddiqie Tentang Demokrasi
Berdasarkan pemaparan diatas Pemikiran Jimly Assyiddiqie Tentang
Demokrasi memiliki Kekuatan dalam kenegaraan. Dimana dalam pemerintahan
semua warga negara memiliki hak yang setara untuk mengambil kebijakan.
Berdasarkan kekuatan pemikiran Jimly Asshiddiqie demokrasi memberikan izin
secara langsung maupun melalui perwakilan dalam rancangan, pengembangan
serta pembuatan aturan hukum yang ada dinegara Indonesia. Konsep demokrasi
juga menjunjung kebebasan politik secara bebas dan setara.Untuk menjalankan
demokrasi, sudah pasti harus ada jaminan kebebasan berkeyakinan, kebebasan
berpendapat, dan kebebasan berserikat. Jaminan atas hak dan kebebasan semakin
berkembang seiring dengan perkembangan demokrasi itu sendiri. Bahwa
sebuah negara baik itu melalui pemerintahan yang secara langsung melibatkan
rakyat maupun dalam penyelenggaraan hak asasi manusia dalam bentuk apapun
misalnya kebebasan bergerak, berpendapat dan lain sebagainya, harus pula
dibarengi dengan ketentuan hukum. Sebab, demokrasi dan nomokrasi harus
berjalan bersama-sama dalam sebuah negara untuk mewujudkan cita negara
hukum yang demokratis sesuai harapan dari rakyat itu sendiri. Kemudian, sebagai
negara hukum yang demokratis, negara tersebut melalui konstitusinya harus juga
memuat ketentuan mengenai Hak asasi manusia, karena jika negara tersebut
mengatakan bahwa ia adalah negara hukum yang demokratis, maka dapat
diketahui dalam isi konstitusinya.
Berdasarkan pemikiran Jimly Assyiddiqie pada bahasan-bahasan di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa demokrasi memberikan kekuatan yang berarti
bagi masyarakat. Pertama, melindungi kepentingan rakyat yaitu demokrasi merupakan sistem yang melindungi kepentingan rakyat. Kekuasaan yang
sesungguhnya terletak di tangan orang-orang yang mewakili rakyat banyak. Para
wakil rakyat dipilih dan harus bertanggung jawab kepada rakyat yang
memilihnya. Dengan cara ini, kepentingan sosial, ekonomi dan politik rakyat
menjadi lebih terjamin di bawah demokrasi. Kedua, berdasarkan prinsip kesetaraan yaitu demokrasi didasarkan pada prinsip kesetaraan. Semua warga negara memiliki kedudukan sama di mata hukum. Semua rakyat memiliki hak
sosial, politik dan ekonomi yang sama dan negara tidak boleh membedakan warga
negara atas dasar kasta, agama, jenis kelamin, atau kepemilikan. Ketiga, stabilitas dan tanggung jawab dalam pemerintahan yaitu demokrasi dikenal sebagai sistem yang stabilitas dan efisien. Pemerintahan berjalan stabil karena didasarkan
pada dukungan publik. Dalam demokrasi perwakilan, wakil rakyat mendiskusikan
masalah negara secara menyeluruh dan mengambil keputusan berdasarkan
aspirasi rakyat. Di bawah sistem monarki, elit kerajaan mengambil keputusan
sesuai keinginannya sendiri. Sedangkan di bawah kediktatoran, diktator tidak
melibatkan rakyat sama sekali dalam pengambilan keputusan. Keempat,
pendidikan politik kepada rakyat yaitu demokrasi bisa berfungsi sebagai sekolahpendidikan politik bagi rakyat. Rakyat akan ikut terdorong untuk
mengambil bagian dalam urusan negara. Pada saat pemilihan umum, partai politik
mengusulkan kebijakan dan program untuk dinilai oleh rakyat. Hal ini pada
akhirnya menciptakan kesadaran politik di kalangan masyarakat. Kelima, sedikit peluang revolusi yaitukarena demokrasi didasarkan pada kehendak publik, terdapat kemungkinan kecil terjadi pemberontakan rakyat. Para wakil dipilih oleh
rakyat untuk melakukan urusan negara dengan dukungan rakyat. Jika mereka
tidak bekerja dengan baik atau tidak memenuhi harapan rakyat, para wakil bisa
saja tidak dipilih lagi dalam pemilu berikutnya. Dengan cara ini, rakyat tidak perlu
melakukan pemberontakan saat menginginkan perubahan. Keenam,
pemerintahan stabil yaitu demokrasi didasarkan pada kehendak rakyat sehingga penyelenggaraan negara berjalan didasarkan atas dukungan rakyat. Oleh karena
itu, demokrasi dianggap lebih stabil daripada bentuk pemerintahan lain. Ketujuh,
membantu membentuk rakyat menjadi warga negara yang baik yaitu keberhasilan demokrasi terletak pada bertumbuhnya warga negara yang baik. Demokrasi menciptakan lingkungan yang tepat untuk pengembangan kepribadian
dan menumbuhkan kebiasaan yang baik. Dalam demokrasi, rakyat dilatih untuk
publikyaitupemerintahan demokrasi didasarkan pada keinginan publik dan tidak didasarkan pada ketakutan pada penguasa. Demokrasi berdiri di atas konsensus,
bukan pada kekuasaan karena warga negara memiliki kesempatan mengambil
bagian aktif dalam pemerintahan.
2. Kelemahan Pemikiran Jimly Assyiddiqie Tentang Demokrasi
Pemikiran jimly assyiddiqie tentang demokrasi terdapat juga
kelemahannya ialah dalam demokrasi sering terjadi kesulitan untuk mencapai
kesepakatan umum tentang penyelenggaraan negara. Kelemahan demokrasi juga
terlalu mengutamakan kuantitas suara mayoritas, bukan kualitas keadilan.
Sebaliknya, prinsip negara hukum juga memiliki potensi untuk disalahgunakan
oleh penguasa yang cenderung menggunakan hukum sekedar sebagai alat
kekuasaan belaka. Tanpa demokrasi, hukum hanya berfungsi sebaga alat
kekuasaan, sehingga kekuasaan negara tidak lagi dapat disebut „rule of law‟, tetapi berubah menjadi „rule by law‟, dimana hukum dimanfaatkan hanya sebagai alat kekuasaan belaka. Karena itu, demokrasi diperlukan untuk memastikan
bahwa hukum yang dimaksudkan untuk mengikat public tidak dibuat secara
sepihak oleh penguasa, melainkan dibuat secara demokratis oleh rakyat sendiri
melalui para wakilnya di parlemen dan penerapannya dalam praktik juga
dilakukan secara transparan dan akuntabel sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi90. Kesuksesan demokrasi juga mengakibatkan tantangan tersendiri di
Negara yang menerapkan demokrasi tersebut. Misalnya, bertumbuhnya kelas
menengah telah meningkatkan harapan dan aspirasi yang kerap memunculkan
90
Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan dalam Konsitusi dan pelaksanaannya di
reaksi tatkala tidak menemui pencapaiannya. Meluaskan partisipasi politik
meningkatkan tuntutan terhadap pemerintah. Meningginya derajat ketidakpuasan
warganegara dan ketidakpercayaan diri pemerintah, adalah efek dari kelemahan
demokrasi itu sendiri. Ini misalnya kentara tatkala banyak kebijakan pemerintah
yang “dicemooh” kalangan warganegara (khususnya kelas menengah) dan
problematikan implementasi kebijakan. Salah satu hal yang mengakibatkan ini
adalah ketiadaan “common purpose” atau tujuan bersama. Partai, warganegara,
dan kelompok-kelompok warganegara memiliki visi dan tujuan sendiri dalam
aktivitas politik.Ini akibat meluas dan bervariasi kepentingan akibat hal-hal yang
sudah dibahas pada pembahasan sebelumnya. Ketiadaan tujuan bersama berakibat
pada berkurangnya legitimasi dan support yang seharusnya diberikan kepada
pemerintah. Jadi dapat disimpulkan bahwa kelemahan demokrasi dalam
pemikiran Jimly Assyiddiqie : Pertama, lebih menekankan pada kuantitas daripada kualitas yaitu demokrasi tidak didasarkan pada kualitas tetapi pada kuantitas. Partai mayoritas memiliki wewenang memegang pemerintahan. Selain
itu, orang yang tidak memiliki kecerdasan, visi dan korup bisa saja terpilih
menjadi penyelenggara negara. Kedua, pemerintahan oleh orang tidak kompeten yaitudemokrasi bisa saja dijalankan oleh orang-orang yang tidak kompeten. Dalam demokrasi, setiap warga negara diperbolehkan untuk
mengambil bagian, sedangkan tidak semua orang cocok dengan peran itu.
Segerombolan manipulator yang dapat mengumpulkan suara bisa mendapatkan
kekuasaan dalam demokrasi. Hasilnya, demokrasi dijalankan oleh orang bodoh
dan tidak kompeten. Ketiga, berdasarkan kesetaraan yang tidak wajar yaitu
Alam memberi setiap individu dengan kecerdasan dan kebijaksanaan yang
berbeda. Faktanya, kemampuan tiap orang berbeda. Sebagian orang berani,
lainnya pengecut. Sebagian sehat, yang lain tidak begitu sehat. Sebagian cerdas,
yang lain tidak. Kritik berpendapat bahwa akan bertentangan dengan hukum alam
untuk memberikan status yang sama kepada semua orang. Keempat, pemilih tidak tertarik pada pemilu yaitu pemilih tidak selalu menunaikan hak pilihnya sebagaimana seharusnya. Umum ditemukan tingkat partisipasi pemilih hanya
berada pada kisaran angka 50 sampai 60 persen saja. Kelima, menurunkan standar moral yaitu satu-satunya tujuan kandidat adalah memenangkan pemilihan. Mereka sering menggunakan politik uang dan praktik bawah tangan
lainnya agar terpilih. Kekuatan otot dan uang bekerja bahu-membahu untuk
memastikan kemenangan seorang kandidat.Dengan demikian, moralitas adalah
korban pertama dalam pemilu. Apa yang bisa diharapkan setelah moralitas
dikorbankan?. Keenam,demokrasi adalah pemerintahan orang kaya yaitupada kenyataannya adalah kapitalistik dimana pemilu dilakukan dengan uang. Para
calon kaya membeli suara. Pada akhirnya, rakyat mendapatkan pemerintahan
plutokrasi yang berbaju demokrasi. Pada kondisi ini, orang kaya menguasai media
untuk keuntungan mereka sendiri. Kepentingan pemilik modal bisa saja
mempengaruhi keputusan politik yang diambil pemerintah. Ketujuh,
penyalahgunaan waktu dan dana publik yaitu demokrasi bisa terjerumus pada pemborosan waktu dan sumber daya. Dibutuhkan banyak waktu dalam perumusan
undang-undang. Banyak uang yang dihabiskan selama pemilu. Kedelapan, tidak terjadi pemerintahan yang stabil yaitu ketika tidak ada partai yang manjadi mayoritas mutlak, pemerintahan koalisi harus dibentuk. Koalisi partai politik
dengan pembagian kekuasaan hanya merupakan perkawinan semu. Setiap kali
terjadi benturan kepentingan, koalisi hancur dan pemerintahan runtuh. Dengan
demikian, pemerintah stabil di bawah demokrasi bisa sulit dicapai.
B. Pemikiran Jimly Asshiddiqie tentang Demokrasi ditinjau dari Fiqh Siyasah
Sejarah telah mencatat bahwa diantara persoalan-persoalan yang
diperselisihkan pada hari-hari pertama sesudah wafatnya Rasulullah SAW, adalah
persoalan kekuasaan politik atau yang juga disebut al-Imamat (Imamah).
Meskipun masalah tersebut berhasil diselesaikan dengan diangkatnya Abu Bakar
(w.23 H/634M) sebagai Khalifah, namun dalam waktu tidak lebih dari tiga dekade
masalah serupa muncul kembali dalam lingkungan umat Islam.91
Demokrasi berdasarkan Fiqh Siyasah yaitu suatu kekuasaan tertinggi yang
pada pokoknya berasal dari Tuhan, kedaulatannya adalah ditangan syara‟, bukan
ditangan rakyat. Dan yang menentukan arah itu adalah Tuhan. Umat Islam
mengakui bahwasanya hanya Tuhan yang membuat aturan-aturan hukum tersebut.
Dalam keyakinan umat Islam, tidak masuk akal untuk mengakui bahwa kekuasaan
itu berasal dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat,dan bersama rakyat. Karena itulah
pandangan umat Islam yang meyakini bahwa kekuasaan itu sesungguhnya berasal
dari Tuhan, dan yang berdaulat sesungguhnya adalah Tuhan, bukan rakyat.
Kedaulatan Tuhan itu terwujud dalam paham kedaulatan rakyat yang bersifat
egaliter, sehingga demokrasi dipandang sebagai mekanisme kenegaraan yang
niscaya dalam rangka mewujudkan prinsip-prinsip kehidupan yang bersumber
91
Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan politik dalam Al-Qur‟an, Jakarta:
pada nilai-nilai Ketuhanan. Kedaulatan rakyat dalam Islam pada dasarnya
merupakan penerapan kedaulatan Tuhan oleh semua rakyat, dimana Implementasi
aturan Tuhan dalam kehidupan politik maupun sosial di Implementasikan oleh
rakyat melalui wakil-wakilnya dan demokrasi dalam Islam sering disamakan
dengan syura‟, tetapi pendapat itu salah, bahwasannya syura‟ dan demokrasi adalah dua arti yang berbeda. Syura‟ adalah produk Islam sedangkan demokrasi
adalah produk Barat, dikatakan demikian karena syura‟ penetapan hukum yang
mutlak berada ditangan Allah yang memiliki kuasa atas segala halnya dan dalam
demokrasi itu sendiri kekuasaan legislatif (membuat dan menetapkan hukum)
secara mutlak berada ditangan rakyat. Dalam hukum Islam wewenang manusia
hanyalah menjabarkan dan merumuskan hukum sesuai dengan prinsip yang
digariskan Tuhan dengan berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur oleh ketentuan
Allah.92
Banyak orang Islam mempersoalkan bahwa Islam tidak menghendaki ide
demokrasi yang bersifat liberal dan mengajarkan prinsip satu orang satu suara.
Kesimpulan demikian jelas keliru. Orang mengkritik ide demokrasi karena
kelemahan bawaan yang terdapat dalam prinsip satu orang satu suara tidak
membayangkan bahwa kesimpulan mengenai kelemahan itu, sudah menjadi
pembicaraan semua ahli sejak dulu sampai sekarang. Semua penganjur ide
demokrasi tahu bahwa hal itulah salah satu kelemahan sistem demokrasi. Karena
itu, sistem demokrasi disadari sebagai sistem yang mempunyai cacat bawaan.
Akan tetapi, para ahli pada umumnya berpendapat bahwa sistem demokrasi
dengan segala kelemahannya itu tetaplah merupakan sistem yang paling dapat
92
diandalkan di zaman sekarang. Karena itu, dalam praktik, sistem demokrasi itu
harus diimbangi oleh prinsip-prinsip lain, yang secara umum diakui perlunya
keseimbangan antara prinsip demokrasi dan negara hukum (democracy and the
rule of law). Penerapan prinsip demokrasi mengandung banyak kelemahan, dan
karena itu harus diiringi oleh penerapan prinsip negara hukum. Sebaliknya,
prinsip negara hukum juga banyak mengandung kekuarangannya sehingga harus
diimbangi dan diiringi dengan penerapan sistem demokrasi.93
Demokrasi menurut fiqh siyasah termasuk dalam “siyasah dusturiyah”.
Siyasah adalah mengatur atau mempimpin sesuatu dengan cara membawa kepada
kemaslahatan. Dan siyasah adalah ilmu pemerintahan untuk mengendalikan tugas
dalam negeri dan luar negeri, yaitu politik dalam negeri dan politik dalam negeri
serta kemasyarakatn, yakni mengatur kehidupan umum atas dasar keadilan dan
istiqomah94. Sedangkan dusturiyah adaah prinsip-prinsip atau pokok-pokok bagi
pemerintahan negara maupun seperti terbukti di dalam perundang-undangan,
peraturan-peraturan, maupun adat istiadat atau kebiasaan.95 Demokrasi menurut
para ahli agama ada yang menolak dan ada pula yang menerima dalam hal-hal
tertentu dan menerima secara penuh bahkan menyatakan bahwa demokrasi sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam selagi tidak bertentangan dengan kerangka syariat
Islam atau ketentuan Tuhan.
93
Jimly Asshiddiqie, Gagasan Islam Tentang Teokrasi;Demokrasi;dan Nomokrasi, Ichtiar
Bru-van Hoeve, 1994
94
A.A. Sahid Gatara, FH, M.Si, Ilmu Politik Memahami dan menerapkan, Bandung:
Pustaka Setia, hlm. 74
95
J. Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah, Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, Jakarta: PT Raja
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada pembahasan, setelah dianalisa maka penelitian ini
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Menurut Prof. Jimly Asshiddiqie, demokrasi dibedakan dalam dua bentuk
pada tahapan praktiknya, yaitu demokrasi langsung dan demokrasi tidak
langsung. Menjabarkan kedua demokrasi ini dengan mencontohkan praktik
demokrasi yang diselenggarakan di Indonesia, Dalam pengertian yang
lebih partisipatif demokrasi itu bahkan disebut sebagai konsep kekuasaan
dari, oleh, untuk dan bersama rakyat. Artinya, kekuasaan itu pada
pokoknya diakui berasal dari rakyat, dan karena itu rakyatlah yang
sebenarnya menentukan dan memberi arah serta yang sesungguhnya
menyelenggarakan kehidupan kenegaraan. Ide demokrasi itu terwujud
secara formal dalam mekanisme kelembagaan dan mekanisme
pengambilan keputusan kenegaraan. Namun, dalam cakupan isinya,
gagasan demokrasi itu menyangkut nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar
yang terwujud dalam perilaku budaya masyarakat pendukung gagasan
demokrasi itu. Karena itu, pada pokoknya, dalam gagasan demokrasi itu
tercakup dua persoalan sekaligus, yaitu institusi dan tradisi. Perwujudan
demokrasi di satu pihak memerlukan pelembagaan, tetapi dipihak lain
memerlukan tradisi yang sesuai untuk mendukungnya. Jika masyarakat
yang berusaha mengadopsi gagasan demokrasi itu tidak memiliki tradisi
kenyataan tidak akan berhasil melahirkan perbaikan dalam peri kehidupan
bersama dalam masyarakat yang bersangkutan.
2. Menurut perspektif Fiqh Siyasah bahwa setidaknya kajian mengenai
demokrasi terdapat tiga pendapat yaitu : Pertama, antara agama dan
demokrasi tidak bisa dipertemukan bahkan saling berlawanan ibaratnya
agama vs demokrasi, artinya dalam masyarakat Islam terdapat petunjuk
yang cukup kuat bahwa sebagian para ulama dan para penguasa politik
memandang bahwa dalam Islam tidak ada tempat yang layak bagi paham
demokrasi. Secara harfiah demokrasi berarti kekuasaan berada dalam
genggaman rakyat, sedangkan doktrin Islam mengatakan bahwa hanya
Tuhan yang memiliki kekuasaan. Oleh karenanya demokrasi yang
memiliki dalil bahwa legitimasi kekuasaan bersumber dari mayoritas
rakyat tidak diberlakukan. Kedua, antara agama dan demokrasi bersifat
netral dimana keduanya berjalan sendiri-sendiri atau lebih populer dengan
istilah sekulerisasi politik, artinya dalam pandangan kedua ini antara
agama dan demokrasi tidak terdapat titik singgung dimana ajaran agama
tidak termasuk dalam wilayah publik atau negara, begitu pula negara tidak
mengurus masalah agama. Ketiga, agama dan demokrasi mempunyai
kesejajaran dan kesesuaian, artinya Agama secara teologis maupun
sosiologis sangat mendukung proses demokratisasi politik, keberadaan
agama dapat menjadi roh sekaligus inspirasi bagi demokrasi. Banyak
ajaran agama yang sangat relevan dengan ajaran demokrasi. Kehadiran
agama senantiasa membawa imbas pada perombakan struktur masyarakat
struktur dan tatanan masyarakat yang demokratis. Dalam konteks
kekuasaan, Fiqh Siyasah berlandaskan bahwa kedaulatan maupun
kekuasaan tertinggi di tangan Tuhan, artinya kekuasaan itu bersumber dari
Alqur‟an dan Al-Hadist/ As-sunnah. Demokrasi menurut fiqh siyasah