• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi dari hasil berladang terhadap pendapatan kotor petani setiap tahunnya berkisar antara 24,804% - 62,785%, sedangkan kontribusi hasil diluar ladang terhadap pendapatan kotor petani setiap tahunnya berkisar antara 37,215% - 75,196%. Rata-rata kontribusi dari hasil ladang terhadap pendapatan kotor setiap tahunnya sebesar 40,401% dan rata-rata kontribusi untuk hasil di luar ladang sebesar 59,599% dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kontribusi Hasil Ladang dan Hasil diluar Ladang Terhadap Pendapatan Kotor Petani Setiap Tahun

No Responden (1) Pendapatan dari Hasil Ladang (Rp/thn) Pendapatan di Luar Hasil Ladang (Rp/thn) Pendapatan Kotor Petani (Rp/thn) Kontribusi Hasil Ladang terhadap pendapatan kotor (%) Kontribusi Hasil diluar Ladang terhadap pendapatan kotor (%) (2) (3) (4) (5) (6) 1 4.115.000 8.616.000 12.731.000 32,323 67,677 2 2.791.000 4.580.000 7.371.000 37,865 62,135 3 3.600.000 5.300.000 8.900.000 40,449 59,551 4 2.986.000 4.090.000 7.076.000 42,199 57,801 5 2.677.500 5.876.000 8.553.500 31,303 68,697 6 2.327.500 7.056.000 9.383.500 24,804 75,196 7 8.462.500 5.016.000 13.478.500 62,785 37,215 8 4.420.000 5.910.000 10.330.000 42,788 57,212 9 5.805.000 3.919.000 9.724.000 59,698 40,302 10 4.160.000 7.330.000 11.490.000 36,205 63,795 11 4.020.000 5.210.000 9.230.000 43,554 56,446 12 3.530.000 5.985.000 9.515.000 37,099 62,901 13 3.890.000 6.980.000 10.870.000 35,787 64,213 14 3.000.000 4.393.000 7.393.000 40,579 59,421 15 2.040.000 3.760.000 5.800.000 35,172 64,828 16 3.141.000 5.056.000 8.197.000 38,319 61,681 17 2.325.000 4.616.000 6.941.000 33,497 66,503 18 3.935.000 4.699.000 8.634.000 45,576 54,424 19 4.465.000 7.076.000 11.541.000 38,688 61,312 20 3.105.000 4.335.000 7.440.000 41,734 58,266 21 4.720.000 5.116.000 9.836.000 47,987 52,013 22 2.425.000 4.710.000 7.135.000 33,987 66,013 23 3.285.000 4.571.000 7.856.000 41,815 58,185 24 3.210.000 6.284.000 9.494.000 33,811 66,189 25 3.190.000 5.770.000 8.960.000 35,603 64,397 26 4.139.000 5.930.000 10.069.000 41,106 58,894 27 3.319.000 3.990.000 7.309.000 45,410 54,590 28 3.504.000 4.914.000 8.418.000 41,625 58,375 29 2.190.000 4.393.000 6.583.000 33,268 66,732 30 2.790.000 4.142.000 6.932.000 40,248 59,752

Jumlah Kontribusi Hasil Ladang dan Luar Ladang 1195,283 1804,717 Rata-rata Kontribusi Hasil Ladang dan Luar Ladang 40,259 59,741

Gambar 1. Persentase kontribusi pendapatan hasil ladang dan luar ladang Dari Gambar 1 dapat dilihat besar kontribusi pendapatan hasil ladang sebesar 41% dan hasil di luar ladang sebesar 59%. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat peladang berpindah dari hasil di luar ladang lebih besar dari hasil ladang sebagai kegiatan pokok masyarakat petani.

D. Potret Perladangan Kecamatan Nanga Tayap 1. Pemanfaatan Hasil Ladang

Di setiap lokasi penelitian orientasi produk dan pemanfaatan hasil dari ladang berbeda-beda. Hasil yang didapat dari ladang hanya untuk dikonsumsi oleh sendiri dan jarang untuk dijual. Pohon yang mereka tebang di lokasi ladang mereka gunakan untuk membuat pondok peristirahatan, jarang dijual dan untuk kayu bakar mereka gunakan untuk memasak di pondokan ladang. Kayu bakar ini jarang mereka bawa ke rumah, hal ini dikarenakan jarak tempuh yang jauh antara rumah petani dengan ladang.

Hasil getah karet mereka akan jual ke tengkulak-tengkulak dengan harga Rp 4.000/kg dan buah-buahan (durian, rambutan, jambu, lengkeng hutan, dukuh dan lain-lain) mereka jual sendiri ke rumah-rumah penduduk. Dari tiga lokasi penelitian (Dusun Batubulan, Tanjung Asam dan Betenung) hasil yang dapat dimanfaatkan diantaranya buah, daun, kayu, dan getah karet.

2. Motivasi Ekonomi Perladangan Berpindah

Menurut Effendi (1984) dalam Gumilar (2004) menyatakan bahwa motivasi ekonomi merupakan suatu kondisi, kekuatan atau dorongan yang menggerakkan organisasi atau individu untuk mencapai tujuan dari tingkat tertentu. Motivasi ekonomi berkaitan erat dengan hasil-hasil panen

41%

59%

yang diperoleh dimana dengan dorongan motivasi ini membuat responden berusaha keras untuk mengelola lahannya dengan baik supaya dapat memperoleh hasil panen yang melimpah dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

Motivasi ekonomi petani dalam melakukan kegiatan perladangan berpindah dilakukan untuk membuka lahan hutan guna menanam padi dan tanaman pangan lainnya, responden yang menyatakan setuju sebanyak 70% dan sangat setuju sebanyak 30%. Kegiatan perladangan berpindah di areal kawasan hutan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup, responden yang menyatakan setuju sebanyak 80% dan sangat setuju 20%. Semua responden 100% menyatakan tidak setuju apabila hasil yang diperoleh dari perladangan berpindah untuk memenuhi permintaan pasar. Perladangan berpindah merupakan suatu pekerjaan utama petani, responden yang menyatakan setuju sebanyak 76,67% dan sangat setuju 23,33%. Kegiatan berladang memberikan keuntungan yang besar dibandingkan dengan pekerjaan lain (berburu, menyadap, karet), semua responden 100% tidak setuju. Perladangan berpindah merupakan modal hidup yang menyediakan tanaman pangan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, responden menyatakan setuju sebanyak 83,33% dan sangat setuju 16,67%. Dari kegiatan membuka ladang dapat menyediakan kayu bakar sebagai sumber energi untuk kebutuhan sehari-hari, responden yang menyatakan setuju sebanyak 93,33% dan sangat setuju 6,67%.

Tabel 9. Motivasi Ekonomi Petani Peladang Berpindah

No Jenis Pertanyaan Ekonomi

Distribusi jawaban responden Tidak setuju Setuju Sangat setuju n % n % n % 1

Kegiatan dari perladangan berpindah dilakukan untuk membuka lahan hutan guna menanam padi dan tanaman pangan lainnya.

21 70 9 30 2 Kegiatan perladangan berpindah di areal kawasan

hutan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. 24 80 6 20 3 Hasil dari perladangan berpindah dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar. 30 100

4 Apakah kegiatan perladangan berpindah merupakan suatu kegiatan utama. 23 76,67 7 23,33 5

Apakah perladangan berpindah memberikan kuntungan yang besar dibandingkan dengan pekerjaan lain (berburu, menyadap karet).

30 100

6

Perladangan berpindah merupakan modal hidup yang menyediakan tanaman pangan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

25 83,33 6 16,67

7

Dari kegiatan membuka ladang dapat menyediakan kayu bakar sebagai sumber energi untuk kebutuhan sehari-hari

28 93,33 2 6,67

Sumber : Data Primer Hasil Penelitian

Dalam kegiatan perladangan berpindah perusahaan harus ikut andil dalam memberikan pengetahuan mengenai cara pembakaran yang baik supaya tidak melebar sampai ke lahan lain, pengetahuan mengenai aspek-aspek konservasi serta jenis-jenis tanaman yang bermutu tinggi sehingga memberikan hasil panen yang baik. Perladangan berpindah ini sudah menjadi keharusan bagi petani untuk menutupi pengeluaran mereka setiap tahunnya.

3. Tata Cara Perladangan

Kecamatan Nanga Tayap yang terletak di lembah bukit berhutan mempunyai keterkaitan yang kuat dengan sistem perladangan berpindah. Melalui sistem ini masyarakat Dusun Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung terbukti mampu mengarungi perjalanan hidup dan membangun sistem sosial ekonomi budaya yang kokoh. Aktifitas perladangan berpindah yang sarat dengan muatan nilai ekonomi, sosial, budaya, dan religi masih dipraktekkan dalam aktifitas perladangan masyarakat Dusun Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung. Hal ini tercermin dari beragam aktifitas perladangan berpindah mulai dari tata cara perladangan, pembuatan pondok, tata waktu berladang, rotasi perladangan dan sistem kepercayaan perladangan.

Aktifitas perladangan di Dusun Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung layaknya perladangan di wilayah lain. Menurut Nugraha (2005) tata cara dalam kegiatan perladangan berpindah diantaranya: memilih lokasi, menebas, membakar, membuat pondok, menugal-menanam, merumput, dan memanen.

2.1. Memilih Lokasi (Nyari)

Seorang peladang yang akan memilih lokasi haruslah berkonsultasi dengan tetanggga atau kerabatnya. Mereka menginformasikan masing-masing lokasi yang akan diladangi pada tahun ini. Tujuan musyawarah ini agar tidak salah memilih lokasi ladang yang telah dimiliki oleh petani yang lain sebelumnya dan tidak terjadi lahan ladang yang masa beranya belum lama. Idealnya sebuah lahan dapat diladangi adalah waktu bera 5-10 tahun dengan ketebalan humus 5 cm.

Dalam menentukan lahan yang akan dijadikan ladang masyarakat Dusun Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung memiliki beberapa pertimbangan yaitu:

1. Pertimbangan masa bera lahan, yaitu lahan yang melewati masa bera yang cukup lama akan memiliki tingkat kesuburan tanah yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan lahan masa bera pendek, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil panen yang akan diperoleh.

2. Pertimbangan jarak, yaitu peladang akan memilih jarak lahan ladang dengan tempat tinggal yang relatif dekat dan mudah ditempuh. Jarak yang dekat dan akses yang mudah berarti peladang tidak perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga, sehingga bisa dimanfaatkan untuk pekerjaan lain di rumah. 3. Pertimbangan jumlah tenaga kerja yang ada dalam keluarga.

Bagi keluarga yang memiliki anggota rumah tangga banyak dapat membantu pekerjaan ladang, maka mereka akan memilih lahan yang memiliki kualitas lahan yang baik dengan ukuran besar.

4. Pertimbangan intensitas pekerjaan rumah dan sekitar rumah. Adanya aktifitas bersawah pada sebagian masyarakat Dusun

Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung, turut pula menentukan letak lokasi ladang.

2.2. Menebas (Nuimo)

Nuimo atau menebas adalah aktifitas pemotongan tumbuhan bawah atau tanaman yang berdiameter kecil yang membentuk belukar di bawah pohon-pohon besar. Alat yang digunakan dalam pekerjaan menebas adalah parang. Tujuan utama menebas, yaitu (1) mematikan tumbuh-tumbuhan agar kering dan dapat dibakar dengan mudah apabila tiba saatnya membakar ladang, dan (2) mempersiapkan tempat yang terbuka dan bebas dari semak belukar, sehingga peladang bisa bekerja menebang pohon-pohon besar dengan aman.

2.3. Menebang (Nong)

Setelah nuimo selesai dikerjakan, maka mereka akan

melaksanakan tahapan kegiatan nong atau menebang. Proses

penebangan dilakukan pada bulan Juni dan Juli. 2.4. Membakar (Nutung)

Tujuan pembakaran pasca penebangan lahan secara umum adalah: (1) mengubah tumbuh-tumbuhan yang telah ditebas dan ditebang menjadi abu, sehingga akan mudah diserap oleh akar-akar tanaman ladang, (2) mematikan tumbuhan hidup yang masih ada di ladang, termasuk pohon-pohon yang sulit ditebang pada tahap

nong, dan (3) mencegah tumbuhnya pohon-pohon baru, sehingga akan menghilangkan persaingan bagi tanaman padi ladang untuk mendapatkan sinar matahari, embun, dan zat besi. Keberhasilan proses pembakaran lahan ladang setidaknya dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu (1) jenis hutan, (2) pengaruh kelembaban, (3) pengaruh angin, (4) pengaruh sinar matahari, dan (5) keterampilan manusia. Gambar lahan ladang yang baru di bakar dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pembakaran Lahan untuk dijadikan Ladang

2.5. Membuat Pondok

Pembuatan pondok merupakan salah satu tahapan penting dalam tata cara perladangan masyarakat. Pondok ladang digunakan oleh para peladang untuk istirahat, menyimpan peralatan, memasak, dan memelihara hewan ternak. Ruangan pondok ladang terbagi dalam 4 ruangan, yaitu ruangan tengah untuk ruang makan, satu ruang untuk memasak, satu ruang untuk tidur istirahat, dan satu ruang untuk menyimpan barang-barang peralatan.

Gambar 3. Pondok Peristirahatan di Ladang 2.6. Menugal dan Menanam (Nubuja dan Nanam)

Kegiatan manugal dan menanam dilaksanakan setelah satu atau dua minggu masa pembakaran selesai. Tepatnya dilakukan

pada awal musim hujan, karena sistem pengairan perladangan berpindah sangat bargantung pada air hujan (sistem pengairan tadah hujan). Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama pada bulan Agustus-September oleh semua masyarakat yang berladang. Pada waktu tugal tanam berjumlah antara 30-65 orang tergantung besar kecilnya lahan. Gambar kegiatan menugal dan menanam dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5.

Gambar 4. Kegiatan Menugal

Gambar 5. Kegiatan Menanam

Jenis tanaman yang ditanam di ladang komoditi utamanya adalah padi dan jagung serta terdapat juga singkong, umbi-umbian, palawija dan sayuran (sawi, kangkung, cabe, kencur, kunyit, bayam, labu, timun, gambas). Padi ditanam di dua tempat yaitu di sawah yang dialiri oleh air dari sungai atau air hujan (tadah hujan) dan juga

ditanam diladang. Sistem ladang ini disebut ladang Paya (lembab dan terdapat air) dan ladang Natai (tempat kering). Gambar sistem

ladang Paya yang ditanami tanaman padi dapat dilihat pada Gambar 6 dan ladang Natai yang ditanami tanaman padi dan jagung (tumpang sari) Gambar 7.

Gambar 6. Jenis Tanaman Padi di Ladang Paya

Gambar 7. Jenis Tanaman Padi di Ladang Natai

Selain itu juga terdapat pula buah-buahan (durian, rambutan, jambu, lengkeng hutan, dukuh dan lain-lain), kopi dan karet akan tetapi di lahan yang berbeda. Lahan yang ditanami buah-buahan, kopi dan karet adalah lahan yang dulunya dipakai sebagai lahan untuk berladang dan mereka tinggalkan apabila lahan tersebut

sudah tidak produktif lagi untuk kegiatan berladang baru ditanami oleh tanaman keras seperti buah-buahan, kopi dan karet. Hal ini dilakukan sebagai tanda bahwa lahan tersebut sudah ada yang memilikinya, sehingga lahan ini tidak boleh digunakan tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari petani yang pertama kali mengelola lahan sebelumnya.

Kegiatan menyadap karet dilakukan pada waktu menunggu masa panen dari ladang dan pada saat penyiapan lahan untuk pembukaan ladang biasanya dilakukan oleh perempuan karena pada waktu penyiapan lahan untuk pembukaan lahan ladang laki-laki bekerja di ladang untuk menebas dan menebang pohon. Kegiatan menyadap karet sering dilakukan pada setiap musim panas. Pada musim kemarau hari efektif untuk menyadap karet adalah 3 bulan biasanya dalam satu bulannya hanya menyadap 15-20 hari, sedangkan pada waktu musim hujan, hari efektif untuk menyadap karet adalah 2 bulan setiap bulannya mereka hanya menyadap 5-10 hari saja.

Gambar 8. Kegiatan Menyadap Karet 2.7. Merumput (Nguru)

Merumput merupakan satu tahap dalam pemeliharaan ladang. Pemeliharaan ladang meliputi penyiangan rumput dan pemberantasan hama penyakit. Penyiangan rumput dilakukan pada bulan ketiga dari penanaman. Pekerjaan merumput ialah kegiatan mencabut tanaman pengganggu yang tumbuh di sela-sela padi

ladang. Dalam pekerjaan merumput, biasanya cukup melakukan dengan tangan. Tujuan utama merumput adalah mencabut tanaman pengganggu sampai keakar-akarnya. Oleh karena itu teknik pencabutan harus dengan genggaman tangan sampai ke batang terdekat dengan tanah untuk menghindari putusnya batang tanaman pengganggu dari akarnya, sehingga tanaman pengganggu tidak dapat tumbuh kembali. Dalam pemberantasan hama penyakit yang menyerang tanaman ladang mereka biarkan begitu saja karena kurangnya pengetahuan mengenai cara pemberantasan hama tersebut.

2.8. Memanen (Ngotom)

Memanen adalah tahap paling penting dari praktek perladangan, sebab dari hasil panen dapat diukur keberhasilan jerih payah pekerjaan selama satu tahun. Pada tahap panen masyarakat bersuka ria dan bersujud syukur kepada Tuhan atas karunia pemberian hasil panen padi serta melakukan ritual simbah jamu

yaitu upacara untuk para leluhur mereka yang telah meninggal. Pesta panen di masyarakat Dusun Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung dikenal dengan istilah bergendang.

Masyarakat Dusun Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung dalam melaksanakan kegiatan berladang memiliki tata sebaran waktu. Kegiatan perladangan paling awal adalah pemilihan lokasi ladang yang dikerjakan selama satu bulan, yaitu di bulan Mei. Pemilihan bulan Mei sebagai waktu memilih lokasi ladang, sebab dikaitkan dengan masa panen yang sudah usai. Setelah pemilihan lokasi dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan proses penebasan di areal lahan yang dipilih untuk berladang. Tata waktu kegiatan perladangan di Dusun Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Tata Waktu Kegiatan Perladangan di Dusun Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung tahun 2005

KEGIATAN PERLADANGAN BULAN DALAM TAHUN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Memilih lolasi 2. Menebas 3. Menebang 4. Membakar 5. Membuat pondok 6. Menugal-Menanam 7. Merumput 8. Memanen

Sumber : Data Primer Hasil Penelitian

Penebasan dilakukan untuk membersihkan semak belukar dan pohon kecil-kecil di areal ladang. Setelah penebasan selesai kemudian diteruskan dengan penebangan pohon-pohon besar di lahan ladang. Penebasan dilakukan selama dua bulan berturut-turut, yaitu dari bulan Juni sampai Juli. Waktu ini sangat relevan untuk proses penebasan dan pembakaran, sebab diperkirakan belukar yang ditebas dan pohon yang ditebang akan mengalami pengeringan sebelum proses pembakaran pada bulan Agustus.

Pembakaran dilakukan pada bulan Agustus, sebab pada bulan ini musim kemarau mengalami puncaknya sehingga memudahkan proses pembakaran. Pembakaran yang dilakukan secara baik akan berdampak pada sempurnanya hasil panen ladang. Abu pembakaran merupakan sumber kesuburan tanah. Waktu pembakaran hanya satu bulan, yaitu bulan Agustus. Menunggu matinya api pembakaran, maka peladang membangun pondok ladang di tepi ladang dekat dengan aliran sungai. Pondok ladang digunakan untuk menyimpan perlengkapan berladang dan tempat istirahat. Pengerjaan pembuatan pondok bersamaan dengan pembakaran, yakni bulan Agustus.

Setelah pembakaran usai, kemudian dilanjutkan pengerjaan menugal dan menanam. Bibit padi yang ditanam di ladang adalah padi lokal yang dipanen sekitar 5 bulan, mereka mendapatkan bibit dari sisa panen tahun lalu yang disimpan untuk bibit yang akan ditanam di ladang selanjutnya jadi mereka tidak pernah membeli bibit untuk ladangnya. Penugalan dan penanaman dilakukan antara bulan Agustus dan September yang dikerjakan secara bersama-sama. Selesai menugal dan menanam kemudian dilanjutkan dengan merumput, yaitu

pembersihan rumput maupun hama pengganggu. Waktu merumput berlangsung selama dua bulan antara bulan November dan Desember.

Setelah itu baru masuk tahap akhir perladangan, yaitu proses pemanenan yang berlangsung 2 bulan, yakni dari bulan Februari sampai dengan Maret. Setelah perladangan berakhir sampai memanen, maka pola perladangan kembali berotasi menurut tata urutan perladangan tahun sebelumnya. Selama satu tahun rotasi kerja perladangan, maka di setiap waktu yang longgar oleh masyarakat dimanfaatkan untuk mengerjakan pekerjaan di luar ladang. Masyarakat peladang Dusun Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung memanfaatkan waktu kosong ini untuk melakukan pekerjaan menyadap karet, dan berburu di hutan.

Rotasi perladangan memegang peranan penting dalam sistem perladangan, sebab berkaitan erat dengan kelangsungan siklus ekosistem dalam suatu wilayah. Rotasi perladangan merupakan masa antara pembukaan lahan dengan waktu terakhir kali ladang dikerjakan. Masyarakat Dusun Batubulan, Tanjung Asam dan Betenung mempunyai waktu rotasi ladang antara 5-10 tahun. Tujuan rotasi ladang yang panjang adalah untuk menjaga kesuburan lahan ladang, sehingga dapat menghasilkan padi ladang yang melimpah. Tata rotasi perladangan di tiap tempat berbeda, tergantung tingkat kesuburan lahan dan ketersediaan lahan untuk perladangan.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sumber pendapatan petani perladangan berpindah berasal dari kegiatan berladang dan kegiatan di luar ladang (menyadap karet, berburu serta membuat kerajinan dari bambu dan rotan).

2. Rata-rata pendapatan petani perladangan berpindah dari pendapatan hasil ladang sebesar Rp 3.585.583/tahun, rata-rata dari pendapatan di luar hasil ladang sebesar Rp 5.320.766/tahun, rata-rata pengeluaran dari rumah tangga dan kegiatan berladang yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 8.432.316/tahun dan untuk rata-rata pendapatan bersih petani setiap tahunnya sebesar Rp 474.033/tahun. Untuk pengeluaran petani hanya dari kegiatan berladang setiap tahunnya sebesar Rp 535.000/tahun dan rata-rata pendapatan bersih petani dari hasil ladang berdasarkan luas ladang yang diolah sebesar Rp 2.542.048/tahun. Pendapatan per kapita di Dusun Batubulan, Tanjung Asam dan Betenung untuk masyarakat miskin sekali berkisar antara 213,84-232,50 kg/kapita/tahun dengan persentase 10%, sedangkan untuk masyarakat miskin berkisar antara 245,50-317,86 kg/kapita/tahun dengan persentase 20% dan 70% masyarakat Dusun Batubulan, Tanjung Asam dan Betenung termasuk rumahtangga sejahtera dengan konsumsi beras berkisar antara 360,66-594,69 kg/kapita/tahun.

3. Persentase kontribusi pendapatan dari kegiatan berladang sebesar 41%, lebih kecil dari hasil di luar ladang yaitu 59% terhadap pendapatan total kotor petani.

4. Kegiatan perladangan berpindah merupakan suatu keharusan bagi petani ladang berpindah untuk menutupi pengeluaran mereka setiap tahunnya. 5. Potret perladangan berpindah di Kecamatan Nanga Tayap hampir sama

dengan perladangan berpindah di daerah lain, akan tetapi ada sedikit perbedaan dalam hal kepercayaan yang dianut pada acara ritual kegiatan berladangnya.

B. Saran

1. Perlu adanya penyuluhan mengenai pemberantasan hama penyakit dalam kegiatan pemeliharaan perladangan berpidah.

2. Perlu adanya lembaga desa yang menampung hasil getah karet.

3. Perlu adanya penelitian mengenai pendapatan nature (yang tidak

diperhitungkan) seperti kayu log, kayu bakar, bibit tanaman yang digunakan.

4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pendapatan masyarakat dari hasil perkebunan karet menyangkut prospek dan kendalanya.

5. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai informasi mengenai bibit yang digunakan oleh petani perladangan berpindah.

Dokumen terkait