Tender Negosisasi Manajemen Konlik
8.5 Kontribusi pengguna (tarif)
PP No. 65/ 2001 merinci wewenang Pemda di bidang ini. Pada prinsipnya tarif dan retribusi dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu:
1. Retribusi Jasa Umum, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemda untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum, serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
2. Retribusi jasa usaha. Adalah retribusi yang disediakan Pemda yang menganut prinsip komersial. Pada dasarnya dapat disediakan oleh pihak swasta.
3. Retribusi perizinan. Adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemda dalam pemberian izin. Misalnya retribusi penerbitan izin seperti bangunan, kegiatan komersial, dan eksploitasi sumberdaya alam.
Untuk skala nasional, kontribusi pengguna di kabupaten/kota banyak menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) seperti ditunjukkan dalam tabel berikut. Dari 2001–2007, porsi kontribusi retribusi pada level Pemda Kabupaten dan Kota, selalu di atas 30%.
Tabel 8. 10 Porsi pajak dan retribusi pengguna dalam pendapatan asli daerah (PAD) (%)
Sumber: Depkeu
Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa desentralisasi tidak banyak mengubah dasar keuangan lokal. Pendapatan dari retribusi di tingkat kota dan kabupaten diimbangi oleh berkurangnya pendapatan dari pajak lokal.
Aplikasi di sektor sanitasi
Pemda harus menerapkan beberapa prinsip yaitu: realistis, memiliki hubungan positif dengan mutu pelayanan, dikelola dengan transparan dan akuntabel, serta selisihnya dengan biaya operasi dan pemeliharaan harus sekecil mungkin.
Prosedur dalam menaikkan tarif relatif sulit dilakukan, bahkan hanya sedikit perusahaan daerah mau menaikkan tarif untuk mengikuti laju inflasi, karena hal ini diatur oleh Perda yang membutuhkan persetujuan DPRD. Pengalaman di enam kota ISSDP 1 menunjukkan bahwa pendapatan dari pengguna layanan sanitasi (pengelolaan sampah,
Tipe pendapatan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Provinsi Pajak lokal 85,2 83,1 85,0 87,3 86,8 84,2 85,4 Retribusi 4,9 4,9 4,7 5,3 4,8 5,2 5,6 Kabupaten / Kota Pajak lokal 43,3 37,7 36,8 40,7 40,0 32,9 34,6 Retribusi 33,7 31,2 32,5 33,7 35,5 32,3 36,6
Buku Panduan Sumber dan Mekanisme Pendanaan Sektor Sanitasi
SUMBER PENDANAAN POTENSIAL UNTUK DIAKSES
46
Secara ideal, retribusi sanitasi harus dibedakan antara warga miskin dan yang lebih mampu dengan memberikan subsidi silang bagi warga miskin. Cara lain meningkatkan retribusi adalah meningkatkan efisiensi pengumpulan tarif, misalnya dengan mengaitkan pembayaran retribusi sanitasi (persampahan atau limbah terpusat) ke dalam tagihan PDAM atau PLN. Dari data yang ada, pengeluaran masyarakat untuk retribusi air minum secara nasional adalah 4% dari pengeluaran per bulan, sementara untuk sanitasi berkisar antara 2%-2,5% dari pengeluaran per bulan, namun hal ini tidak dapat dijadikan patokan utama dalam menentukan besarnya retribusi. Fator lain misalnya faktor sosio-ekonomi harus diperhitungkan dalam menentukan besaran retribusi.
SUMBER PENDANAAN POTENSIAL UNTUK DIAKSES 47
Sumber Dana
Kelebihan Sumber ini Kekurangan Sumber Ini Cocok Untuk Kota
Pemerintah Pusat APBN
(*) Pasti. Dengan pendekatan proaktif dapat ditingkatkan. Ada di DPU,Depkes,KLH, cukup besar dan sedikit di
Bappenas,Depdagri
Sering tidak sesuai dengan kebu-tuhan Pemda. Alokasi sering salah, daerah pemekaran baru yang tidak “terlalu” membutuhkan alokasinya besar dan sebaliknya. Membutuhkan komitmen tinggi pejabat terkait da-lam menaikkan alokasi. Birokrasi dan koordinasi adalah kendala utama
Semua kabupaten/kota, mendu-kung proyek multitahun
Hibah
(***) Cocok untuk sanitasi.Banyak donor yang menawarkan. Ada grup donor untuk sanitasi (San DG). Hibah donor bilateral sangat potensial
Lama cairnya Kota kecil dengan kemampuan keuangan rendah
Pinjaman LN
(***) Kurang cocok untuk sanitasi, kecuali skala besar/kota (contoh DSDP Di Denpasar). Apabila dikaitkan dengan air minum (Bun-dling) sangat potensial. Untuk persampa-han yang cost recovery-nya dapat diakses
Kebijakan Pemerintah Pusat untuk pinjaman LN yang disalurkan ke Pemda untuk sanitasi saat ini masih belum menunjang
Kota besar dengan kemampuan keuangan tinggi, untuk pembi-ayaan multitahun
DAK
(*) Potensial. Mekanismenya semakin baik dan cenderung naik, apalagi ada konversi dekon/TP ke DAK
Top down, nilainya masih di bawah Rp. 5 miliar/tahun/kota untuk sanitasi. Rawan resistensi masyarakat
Semua kota (kecuali yang sangat kaya)
DAU
(*) Pasti dan besar. Dapat digunakan untuk kegiatan non-fisik
Banyak Pemda belum mengetahui bahwa DAU dapat digunakan untuk pembangunan non-fisik sanitasi/ layanan dasar umum, sehingga dapat menjadi kontroversi
Semua kota, untuk mendukung semua sumber, sifatnya non fisik layanan dasar umum
Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan
(**) Pasti lebih besar dari DAK, dan dalam kontrol K/L
Rawan terjadi duplikasi pembiayaan dan kebocoran. Penggunaannya dalam sanitasi bercampur dengan sektor lain (pendidikan, lihat BOKS 3).
Semua kota, tidak setiap tahun ada, non fisik (dekon) dengan provinsi dan fisik (TP) langsung di kota, Pusat tinggi kontrolnya
Dana Khusus
(**) Peraturan pendukung untuk badan investasi Pemerintah,lembaga pemban-gunan masyarakat sdh ada. Namun yang terealisasi baru KUR dan dana bergulir
Memerlukan “kreativitas dan inovasi” Kepala Daerah agar terealisasi. Ham-batan utama adalah peraturan dan lembaga pendukung di daerah.
Semua kota, terutama yang BUMDnya dan kelompok masy. nya sudah mapan
Pemerintah Provinsi Hibah
(*) Besar.Potensial.Terutama di provinsi yang kaya (di Jawa)
Apabila Pemda dan Pemprov koordi-nasinya tidak baik, dana sulit diakses.
Tidak semua kota, hanya bebera-pa yang sinkron dgn provinsi
SILPA
(***) Besar. Potensial Sulit digunakan untuk pembangu-nan sanitasi regional. Selain jarang,
Tidak semua kota, sangat ter-gantung kebijakan provinsi Tabel 8. 11 Ringkasan sumber–sumber pendanaan sanitasi
Buku Panduan Sumber dan Mekanisme Pendanaan Sektor Sanitasi
SUMBER PENDANAAN POTENSIAL UNTUK DIAKSES
48
Sumber Dana Kelebihan Sumber ini Kekurangan Sumber Ini Cocok Untuk Kota
Pemerintah Daerah–Kabupaten/Kota
APBD Pasti Masih kecil (rata-rata 1% dari
be-lanja APBD). Tidak menyebar di SKPD terkait, masih didominasi dinas PU
Semua kota, untuk mendukung proyek multitahun
(*) Pasti Masih kecil (rata-rata 1% dari
belanja APBD). Tidak menyebar di SKPD terkait, masih didomi-nasi dinas PU
Semua kota, untuk mendu-kung proyek multitahun
Investasi/ Penyertaan modal Pemda (*)
Potensial Hanya pada Pemda yang telah
memiliki BUMD sanitasi
Tidak semua kota, hanya yang punya BUMD yang profitable, mendukung atau dapat menjadi sumber pendanaan proyek multitahun
SILPA (*)
Besar. Potensial. Penggunan-nya dijamin peraturan, harus seizin DPRD
Belum banyak yang meng-gunakan. Banyak Pemda ingin investasi yang “aman” dan sedikit upaya.
Semua kota, fleksibilitas tinggi, mendukung proyek multitahun
Dana Cadan-gan
(*)
Potensial. Dapat digunakan untuk membiayai sanitasi (kesejahteraan sosial, proyek infrastruktur yang tidak dapat terselesaikan) dengan persetujuan DPRD
Dinilai lama proses pencairan-nya
Semua kota, fleksibilitas tinggi, mendukung atau sumber pendanaan proyek multitahun
Pinjaman Daerah (**)
Pemda dengan kapasitas fiskal rendah berpotensi. Apalagi yang memiliki proyek sanitasi cost recovery (persampahan). Pinjaman yang bersumber selain dari Pemerintah masih ada potensi (Kab. Muko-muko) hanya tidak single project namun bundling beberapa proyek
Daerah dengan ka-pasitas fiskal tinggi enggan meminjam,padahal biasanya mereka yang membutuhkan dan memenuhi syarat untuk mengajukan pinjaman daerah. Banyak Pemda mengalami kendala menyiapkan proposal untuk mengajukan pinjaman, terutama yang bersumber se-lain dari Pemerintah. Dan yang bersumber dari Pemerintah, banyak Pemda terkendala pinja-man lama yang “macet”
Tidak semua kota, hanya yang memenuhi per-syaratan, agar bunganya rendah, kota harus dengan kapasitas fiskal rendah. Sumber pendanaan proyek multitahun
Pinjaman Swasta (**)
Potensial. Difasilitasi donor multilateral. IIFF, perbankan swasta
Bunganya tinggi Tidak semua kota. Hanya
kota yang memiliki proyek yang menguntungkan dan memiliki BUMD yang sehat, sumber pendanaan multitahun
BKK (*)
Potensial menjaring nasabah kecil terkait sanitasi (pen-gusaha limbah, kelompok masyarakat yang akan mem-bangun IPAL komunal, dan lain-lain.)
Pengalaman masa lalu di mana banyak kredit macet di BKK membuat Pemda enggan ber-investasi di BKK
Semua kota, channeling dari BPD. Kapasitas kecil, untuk proyek sanitasi kecil
SUMBER PENDANAAN POTENSIAL UNTUK DIAKSES 49
Sumber Dana Kelebihan Sumber ini Kekurangan Sumber Ini Cocok Untuk Kota
Pemerintah Daerah–Kabupaten/Kota Dana
Pem-bangunan Masyarakat (**)
Potensial. Tergantung komit-men Pemda. Harus ada lem-baga yang ditunjuk. Di tingkat provinsi dapat melalui BUMD khusus untuk pembangunan infrastruktur, atau instansi lain yang pool dana. Banyak lem-baga masyarakat yang dapat dipercaya mengelola sebagian dana.
Sedikit Pemda yang melakukan penyertaan pada institusi yang ditunjuk untuk chanelling dana. Hal ini terkait SDM yang mam-pu merancang skema penda-naan dari Pemda ke lembaga yang ditunjuk dan disaluran kepada kelompok masyarakat (semacam two steps loan)
Semua kota, chanel-ling (disalurkan) dari Pemda kepada kelompok masyarakat. Kecil kapasitas-nya.Untuk proyek multita-hun skala kecil
BLUD (**)
Fleksibilitas keuangan yang tinggi
Kapasitas Pemda dalam mem-bentuk BLUD masih rendah
Semua kota, untuk proyek multitahun. Besar kapasi-tasnya
Hibah (**)
Potensial. Baik dari donor melalui Pemerintah, maupun yang langsung dari donor kepada masyarakat lewat LSM. Kecenderungan meningkat (Bill Gates Foundation)
Sustainibility (keberlanjutan) proyek dipertanyakan, admin-istrasi proyek rawan kesalahan. Pemda sedikit berperan.
Tidak semua kota, hanya kota “yang dipilih donor”. Tidak dapat menjadi sumber pendanaan proyek multitahun. Nilainya kecil hingga menengah Sektor Swasta
KPS (***)
Potensial. Dapat menghemat anggaran Pemda. Multipier effect ekonomi tinggi
Sulit dilaksanakan di daerah, belum ada petunjuk pelaksan-aan KPS di daerah
Tidak semua kota, hanya kota dengan proyek besar yang menguntungkan dan telah memiliki BUMD yang sehat. Besar nilainya Kontribusi
Pengguna (Tarif ) (**)
Potensinya bisa mencapai 3–5 kali dari realisasi yang ada saat ini.Untuk biaya pemeliharaan dan operasinal sarana sanitasi
Banyak Perda retribusi sanitasi merupakan produk lama, tidak mengantisipasi perubahan yang ada di kabupaten/kota. Sistem pengumpulan tarif masih sederhana, tidak dikelola dengan baik dan tidak dipan-dang sebagai potensi. Kaitan retribusi yang tekait sanitasi dengan aspek sanitasi masih belum optimal (IMB dengan sanitasi).
Semua kota. Menjadi sumber biaya operasi dan pemeliharaan. Besar potensinya jika dikelola professional.
Pinjaman Komersial (*)
Potensial, dapat membiayai sarana sanitasi
Bunga pinjaman relatif tinggi Cocok untuk semua kota
Catatan : (***) Sulit Diakses
(**) Dapat diakses dengan prakondisi (* ) Mudah Diakses
Buku Panduan Sumber dan Mekanisme Pendanaan Sektor Sanitasi
SUMBER PENDANAAN POTENSIAL UNTUK DIAKSES
51 51