III. METODE PENELITIAN
4.4. Kegiatan Kepariwisataan
5.1.4. Kontribusi terhadap Ekspor
Total ekspor Propinsi D.I. Yogyakarta pada tahun 2000 sebesar Rp 5,67 triliun. Nilai ekspor jasa pariwisata dan sektor pendukungnya menempati urutan pertama yaitu sebesar Rp 3,17 triliun atau 59,09 persen dari nilai total ekspor Propinsi D.I. Yogyakarta kemudian diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 16,39 persen pada tahun yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa jasa pariwisata dan sektor pendukungnya berperan besar dalam memberikan kontribusi ekspor bagi perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta (Tabel 5.2).
Berdasarkan Tabel 5.7 subsektor jasa pariwisata dan sektor pendukungnya kontribusi terbesar berasal dari sektor industri tekstil, pemintalan dan pertenunan yaitu sebesar Rp 1,51 triliun atau 47,54 persen dari total nilai ekspor usaha jasa dan akomodasi pariwisata. Tingginya nilai ekspor industri tekstil, pemintalan dan pertenunan tersebut karena sebagian besar pengguna output dari sektor tersebut adalah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara luar Propinsi D.I. Yogyakarta yang berkunjung ke Yogyakarta, sehingga sektor tersebut dapat dikembangkan menjadi sektor yang berorientasi ekspor dan berpotensi besar untuk menghasilkan devisa.
Tabel 5.7. Kontribusi Ekspor Sektor-sektor Perekonomian di Propinsi D.I. Yogyakarta tahun 2000 Klasifikasi 22 sektor
Sektor Ekspor
Jumlah (Juta Rupiah) Persen (%)
Tanaman Bahan Makanan 288.152 5,37
Perkebunan 28.502 0,53
Peternakan 42.966 0,80
Kehutanan 685 0,01
Perikanan 0 0,00
Pertambangan dan Penggalian 13.506 0,25
Industri Makanan dan Minuman 554.412 10,33
Industri Tekstil, Pemintalan dan Pertenunan 1.508.069 47,54
Industri Kayu dan Barang dari Hasil Kayu Lainnya 265.088 8,36
Industri Kertas dan Barang dari Kertas 37.382 0,70
Industri Non Logam 5.270 0,10
Industri Logam dan Barang dari Logam 100.751 1,88
Industri Pengolahan Lainnya 179.437 3,34
Listrik, Gas dan Air Bersih 0 0,00
Bangunan 0 0,00
Perdagangan 339.495 10,70
Restoran 879.604 27,73
Perhotelan 177.715 5,60
Pengangkutan dan Komunikasi 879.578 16,39
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 60.664 1,13
Jasa Hiburan, Rekreasi dan Kebudayaan Swasta 2.125 0,07
Jasa Lainnya 4.767 0,09
Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya 3.172.097 59,09
Total 5.368.168 100,00
Sumber : Tabel I-O Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000, klasifikasi 22 sektor (diolah) 5.1.5. Struktur Nilai Tambah Bruto
Nilai Tambah Bruto (NTB) merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi, komponen NTB meliputi penerimaan upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung. Berdasarkan Tabel 5.8, total NTB Propinsi D.I. Yogyakarta adalah Rp 13,09 triliun dengan perincian Rp 4,16 triliun berasal dari upah dan gaji, Rp 7,26 triliun berasal dari surplus usaha, Rp 796 milyar berasal dari penyusutan dan Rp 879 milyar berasal dari pajak tak langsung.
Tabel 5.8. Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-sektor Perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta tahun 2000 Klasifikasi 9 sektor (Juta Rupiah)
Sektor Upah dan gaji Surplus Usaha Penyusutan Pajak Tak Langsung NTB UG — SU Pertanian 371.804 2.169.349 101.292 40.829 2.683.274 0,17 Pertambangan dan Penggalian 103.413 72.885 5.521 797 182.616 1,42 Industri Pengolahan Lainnya 405.938 982.269 50.948 81.290 1.520.445 0,41
Listrik, Gas dan
Air Bersih 43.226 46.333 9.294 832 99.685 0,93 Bangunan 610.116 77.781 86.779 167.042 941.717 7,84 Pengangkutan dan Komunikasi 85.706 982.705 133.215 47.333 1.248.959 0,09 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 208.286 634.136 215.108 86.827 1.144.357 0,33 Jasa - jasa 1.692.719 302.891 97.413 9.715 2.102.738 5,59 Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya 638.911 1.989.143 97.364 444.770 3.170.188 0,32 Total 4.160.120 7.257.493 796.932 879.435 13.093.980 0,57 Sumber : Tabel I-O Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000, klasifikasi 9 sektor (diolah)
Sektor yang mempunyai tingkat upah dan gaji paling besar diberikan atas balas jasa kepada tenaga kerja dalam kegiatan produksi adalah sektor jasa-jasa. Sektor yang mempunyai balas jasa kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilik modal atau keuntungan sebelum di potong pajak paling besar di banding sektor lainnya adalah pertanian. Sektor yang mempunyai nilai penyusutan paling besar atas barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi adalah bank dan lembaga keuangan lainnya, sedangkan sektor yang mempunyai kontribusi pajak tak langsung paling besar adalah jasa pariwisata dan sektor pendukungnya.
Pada tahun 2000 jasa pariwisata dan sektor pendukungnya memberikan kontribusi paling besar terhadap NTB sebesar Rp 3,17 triliun atau 24,11 persen
dari total NTB Propinsi D.I. Yogyakarta. Hal ini mengindikasikan bahwa output sektor tersebut dimanfaatkan sebagai penunjang pemenuhan kebutuhan masyarakat dan sebagai pendorong aktifitas proses produksi sektor lainnya. Jumlah NTB tersebut 4,88 persen dialokasikan untuk upah dan gaji, surplus usaha sebesar 15,19 persen, penyusutan sebesar 0,74 persen dan untuk pajak tak langsung sebesar 3,40 persen.
Restoran merupakan subsektor jasa pariwisata dan sektor pendukungnya yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan nilai tambah bruto yaitu sebesar Rp 1,22 triliun, kemudian diikuti oleh industri tekstil, pemintalan dan pertenunan yaitu sebesar Rp 389 milyar. Tingginya kontribusi subsektor jasa pariwisata dan sektor pendukungnya menunjukkan bahwa semakin besar peranan sektor pendukung terhadap perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta khususnya sektor pariwisata.
Jika diperbandingkan antara nilai upah dan gaji terhadap surplus usaha maka akan diperoleh nilai rasio upah dan gaji dengan surplus usaha. Nilai rasio tersebut menunjukkan perbandingan antara besarnya upah dan gaji yang diterima produsen. Rasio upah dan gaji dengan surplus usaha termasuk kategori baik jika rasionya mendekati keseimbangan (mendekati 1) yang berarti bahwa proporsi penerimaan dalam bentuk upah dan gaji bagi pekerja den surplus usaha bagi produsen berimbang.
Berdasarkan hasil analisis rasio upah dan gaji dengan surplus usaha pada Tabel 5.9, diperoleh bahwa ternyata pada jasa pariwisata dan sektor pendukungnya mempunyai nilai surplus usaha lebih besar dibandingkan upah dan
gaji. Hal ini terlihat dari rasio yang lebih kecil dari satu (0,32). Kondisi ini menunjukkan bahwa distribusi pendapatan antara pemilik modal dan pekerja tidak merata atau terjadi ketimpangan yang disebabkan karena adanya eksploitasi tenaga kerja oleh pemilik modal terhadap tenaga kerja sehingga untuk mengurangi kesenjangan pendapatan ini diperlukan campur tangan pemerintah melalui penetapan upah minimum regional atau kota yang sesuai dengan standar kehidupan di kota Yogyakarta, misalnya dengan pemberian fasilitas bagi karyawan (uang transportasi, konsumsi, jaminan sosial, dan lain-lain).
Berdasarkan Tabel 5.9 di lihat dari sisi upah dan gaji, proporsi upah dan gaji terbesar berada pada sektor perdagangan. Artinya besarnya upah dan gaji di sektor tersebut kurang dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan pekerja, besarnya upah dan gaji pada sektor tersebut di sebabkan karena banyaknya tenaga kerja di sektor tersebut sehingga upah rata-rata pekerjanya relatif kecil.
Jika dilihat dari besarnya surplus usaha, secara total jasa pariwisata dan sektor pendukungnya menempati urutan kedua setelah sektor pertanian. Kontribusi terbesar terhadap surplus usaha berasal dari sektor restoran yaitu sebesar Rp 936 milyar atau 12,9 persen dari total surplus usaha pada perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta. Selain itu jika dilihat dari nilai penyusutan, jasa pariwisata dan sektor pendukungnya memberikan kontribusi sebesar Rp 97 milyar atau 12,22 persen dari total penyusutan pada perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta tahun 2000. Sektor restoran memberikan kontribusi paling besar yaitu sebesar Rp 58 milyar atau 7,31 persen dari nilai total penyusutan jasa pariwisata dan sektor pendukungnya.
Tabel 5.9. Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-sektor Perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta tahun 2000 K;asifikasi 22 sektor (Juta Rupiah)
Sektor Upah dan
gaji Surplus Usaha Penyusut an Pajak tak langsung Nilai Tambah Bruto UG ⎯ SU Tanaman bahan makanan 342.988 1.656.882 57.842 33.188 2.090.900 0,21 Perkebunan 3.401 60.420 2.058 389 66.268 0,06 Peternakan 17.174 301.007 10.591 4.003 332.776 0,06 Kehutanan 4.148 126.022 30.800 2.792 163.762 0,03 Perikanan 46.737 879.076 82.783 14.046 29.568 0,05 Pertambangan dan penggalian 103.413 72.885 5.521 797 182.616 1,42
Industri makanan dan
minuman 262.477 502.797 8.644 47.416 821.335 0,52
Industri tekstil, pemintalan dan
pertenunan 137.307 248.862 1.034 2.737 389.940 0,55
Industri kayu dan barang dari hasil
kayu lainnya 130.416 115.559 983 7.281 254.239 1,13
Industri kertas dan
barang dari kertas 45.089 7.986 667 982 54.724 5,65
Industri non logam 48.495 27.758 747 13.450 90.450 1,75 Industri logam dan
barang dari logam 38.904 105.866 37.129 14.469 196.368 0,37 Industri pengolahan
lainnya 10.973 337.861 3.760 4.974 357.568 0,03
Listrik, gas dan air
bersih 43.226 46.333 9.294 832 99.685 0,93 Bangunan 610.116 77.781 86.779 167.042 941.717 7,84 Perdagangan 234.955 413.187 26.712 276.927 951.781 0,57 Restoran 112.194 936.231 58.228 109.150 1.215.804 0,12 Perhotelan 22.861 227.543 8.173 47.017 305.594 0,10 Pengangkutan dan komunikasi 85.706 982.705 133.215 47.333 1.248.959 0,09 Bank dan lembaga
keuangan lainnya 208.286 634.136 215.108 86.827 1.144.357 0,33
Jasa hiburan, rekreasi dan
kebudayaan swasta 1.178 47.761 2.234 1.658 52.830 0,02
Jasa lainnya 1.692.719 302.891 97.413 9.715 2.102.738 5,59
Jasa Pariwisata dan Sektor
Pendukungnya 638.911 1.989.143 97.364 444.770 3.170.188 0,32
Total 4.160.120 7.257.493 796.932 879.435 13.093.980 0,57 Sumber : Tabel I-O Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000, klasifikasi 22 sektor (diolah)
Berdasarkan dari segi pajak tak langsung, jasa pariwisata dan sektor pendukungnya pada tahun 2000 memberikan kontribusi sebesar Rp 444 milyar atau 50,57 persen dari total pajak tak langsung perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta. Sektor restoran memberikan kontribusi tertinggi yaitu sebesar Rp 109 milyar atau 24,54 persen dari total kontribusi usaha jasa dan akomodasi pariwisata Propinsi D.I. Yogyakarta.