• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Predictive Control (MPC) atau sistem kendali prediktif termasuk dalam konsep perancangan pengendali berbasis model proses, dimana model proses digunakan secara eksplisit untuk merancang pengendali dengan cara meminimumkan suatu fungsi kriteria. Ide yang mendasari pada setiap jenis MPC adalah:

a. Penggunaan model proses secara eksplisit untuk memprediksi keluaran proses yang akan datang dalam rentang waktu tertentu (horizon)

b. Perhitungan srangkaian sinyal kendali dengan meminimasi suatu fungsi kriteria

c. Strategi surut, pada setiap waktu pencuplikan (pada waktu k) horizon dipindahkan menuju waktu pencuplikan berikutnya (pada waktu ๐‘˜ + 1) dengan melibatkan pemakaian sinyal kendali pertama (yaitu ๐‘ข(๐‘˜)) untuk mengendalikan proses, dan kedua prosedur di atas diulang dengan menggunakan informasi terakhir. Metode MPC memiliki bberapa keungulan dibandingkan dengan metode pengendali lainnya, di antaranya adalah:

a. Konsepnya sangat intuitif serta penalarannya mudah

b. Dapat digunakan untuk mengendalikan proses yang beragam, mulai dari proses yang sederhana, hingga proses yang kompleks, memiliki waktu tunda yang besar, non-minimum phase atau proses yang tidak stabil

c. Dapat menangani sistem multivariabel d. Mempunyai kompensasi terhadap waktu tunda

e. Mempunyai kemampuan dari pengendali feed forward untuk mengkompensasi gangguan yang terukur.

f. Mudah untuk mengimplementasikan pengendali yang diperoleh g. Dapat memperhitungkan batasan atau constraint dalam

merancang pengendali

h. Sangat berguna jika sinyal acuan untuk masa yang akan diketahui Selain beragam keuntungan yang dimiliki, metode MPC juga mempunyai kelemahan, yaitu masalah penurunan aturan sinyal kendali yang cukup kompleks dan keperluan akan model proses yang baik.

Tujuan utama dari sebuah Model Predictive Control (MPC) adalah untuk menghitung trayektori dari sinyal kontrol u (manipulated variable) yang akan datang untuk mengoptimalkan perilaku yang akan

datang (future behavior) pada sinyal output y pada sebuah plant berdasarkan pada nilai pengukuran saat ini dan prediksi dari nilai output yang akan datang. Objektif dari kontroler MPC adalah untuk menentukan nilai sinyal kontrol (sequence of control moves) sehingga nilai output yang diprediksi akan mendekati nilai setpoint dengan optimal. Pada Gambar 2.15, dapat dilihat susunan dari nilai output saat ini (actual output) y, nilai output terprediksi (predicted output) yห† , dan manipulated input atau sinyal kontrol u.

Gambar 2. 6 Konsep dari Kontroler Model Predictive Control [11] Pada setiap waktu sampling k, kontroler MPC menghitung himpunan dari nilai M atau control horizon (selanjutnya disebut Nc) dari input

๏ป

u

๏€จ

k ๏€ซ i ๏€ญ1

๏€ฉ

, i ๏€ฝ1, 2,..., M

๏ฝ

. Nilai input akan ditahan pada nilai konstan setelah M langkah didalam sinyal kontrol tersebut. Nilai input akan dihitung sedemikian sehingga nilai himpunan dari P keluaran atau output terprediksi

๏ป

y

๏€จ

k ๏€ซ i

๏€ฉ

, i ๏€ฝ 1, 2,..., P

๏ฝ

mencapai nilai setpoint yang diinginkan. P merupakan nilai dari prediction horizon (selanjutnya disebut Np) pada kontroler MPC. Perhitungan nilai kontrol pada kontroler MPC dihitung berdasarkan nilai optimal dari suatu fungsi objektif atau indeks performansi J.

Model State-Space dengan Embedded Integrator

Sistem Model Predictive Control didesain berdasarkan oleh model matematika plant. Model plant yang akan digunakan untuk desain system control dirubah menjadi model state space yang diperlukan untuk memprediksi respon kedepan yang diwakilkan oleh

variable saat ini. Untuk mempermudah, diasumsikan plant merupakan sistem single-input dan single output yang dapat dideskripsikan sebagai berikut :

๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜ + 1) = ๐ด๐‘š๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜) + ๐ต๐‘š๐‘ข(๐‘˜) (2.18)

๐‘ฆ(๐‘˜) = ๐ถ๐‘š๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜) + ๐ท๐‘š๐‘ข(๐‘˜) (2.19)

di mana u adalah variabel manipulasi, y adalah variabel output dan xm adalah variabel state. Dikarenakan prinsip dari receding horizon control, dimana state saat ini dibutuhkan untuk menghitung prediksi dan kontrol, maka dapat diasumsikan bahwa input u(k) tidak dapat mempengaruhi output y(k) pada waktu yang sama. Oleh karena itu Dm dapat diabaikan, sehingga Persamaan (2.18) dan Persamaan (2.19) dapat ditulis sebagai berikut :

๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜ + 1) = ๐ด๐‘š๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜) + ๐ต๐‘š๐‘ข(๐‘˜) (2.20)

๐‘ฆ(๐‘˜) = ๐ถ๐‘š๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜) (2.21)

Kedua sisi dari Persamaan (2.20) dilakukan operesasi beda, sehingga persamaannya menjadi sebagai berikut :

๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜ + 1) โˆ’ ๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜) = ๐ด๐‘š(๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜) โˆ’ ๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜ โˆ’ 1))

โกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโก+๐ต๐‘š(๐‘ข(๐‘˜) โˆ’ ๐‘ข(๐‘˜ โˆ’ 1)) (2.22) Persamaan beda variabel state dapat dinotasikan sebagai berikut :

โˆ†๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜ + 1) = ๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜ + 1) โˆ’ โก ๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜) (2.23) โˆ†๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜) = ๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜) โˆ’ โก ๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜ โˆ’ 1) (2.24) ๐‘†edangkan untuk persamaan beda vaiabel control dapat dinotasikan sebagai berikut :

โˆ†๐‘ข(๐‘˜) = ๐‘ข(๐‘˜) โˆ’ ๐‘ข(๐‘˜ โˆ’ 1) (2.25)

โˆ†๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜ + 1) = ๐ด๐‘šโˆ†๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜) + ๐ต๐‘šโˆ†๐‘ข(๐‘˜) (2.26) Untuk menghubungkan โˆ†๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜) ke output ๐‘ฆ(๐‘˜) maka dibentuk vektor variabel state baru yaitu,

๐‘ฅ(๐‘˜) = [โˆ†๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜)๐‘‡โก๐‘ฆ(๐‘˜)]๐‘‡ (2.27) ๐‘ฆ(๐‘˜ + 1) โˆ’ ๐‘ฆ(๐‘˜) = ๐ถ๐‘š(๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜ + 1) โˆ’ ๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜)) = ๐ถ๐‘šโˆ†๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜) Atau

๐‘ฆ(๐‘˜ + 1) โˆ’ ๐‘ฆ(๐‘˜) โก = ๐ถ๐‘š๐ด๐‘šโˆ†๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜) + ๐ถ๐‘š๐ต๐‘šโˆ†๐‘ข(๐‘˜) (2.28) Persamaan (2.27) dan Persamaan (2.28) digabungkan membentuk model state space,

[โˆ†๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜ + 1) ๐‘ฆ(๐‘˜ + 1) ] โž ๐‘ฅ(๐‘˜+1) = โก [ ๐ด๐‘š ๐‘œ๐‘š ๐‘‡ ๐ถ๐‘š๐ด๐‘š 1] โž ๐ด [โˆ†๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜) ๐‘ฆ(๐‘˜) ] โกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโก+ [ ๐ต๐‘š ๐ถ๐‘š๐ต๐‘š] โž ๐ต โˆ†๐‘ข(๐‘˜) (2.29) ๐‘ฆ(๐‘˜) = โก [๐‘œโž ๐‘š 1] ๐ถ [โˆ†๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜) ๐‘ฆ(๐‘˜) ]โก (2.30) dimana ๐‘œ๐‘š= [0โก0โก. . . 0]โž ๐‘›1

, sedangkan matriks A,B, dan C disebut dengan matriks augmented yang akan digunakan untuk desain dari predictive control.

Prediction of State and Output Variables

Setelah mendapatkan augmented model, langkah selanjutnya merupakan menghitung nilai output terprediksi dan variabel kontrol yang akan datang. Variabel kontrol yang akan datang dapat dinotasikan seperti pada Persamaan (2.31).

โˆ†๐‘ข(๐‘˜๐‘–), โˆ†๐‘ข(๐‘˜๐‘–+ 1), . . . . , โˆ†๐‘ข(๐‘˜๐‘–+ ๐‘๐‘โˆ’ 1)โก (2.31) ๐‘˜๐‘– merupakan instan sampling sedangkan Nc merupakan nilai control horizon, yaitu jumlah langkah kontrol berkelanjutan yang diterapkan dan diprediksi oleh kontroler MPC dalam sebuah sampling time. Selain itu, variabel output terprediksi dapat diperkirakan dan diprediksi dalam jumlah sampel Np, dimana Np merupakan nilai

prediction horizon. Adapun variabel output terprediksi dapat dituliskan dalam Persamaan (2.32).

๐‘ฅ(๐‘˜๐‘–+ 1|๐‘˜๐‘–), . . . , ๐‘ฅ(๐‘˜๐‘–+ ๐‘š|๐‘˜๐‘–), . . . , ๐‘ฅ(๐‘˜๐‘–+ ๐‘๐‘|๐‘˜๐‘–) (2.32) Dimana ๐‘ฅ(๐‘˜๐‘–+ 1|๐‘˜๐‘–) merupakan variabel state yang terprediksi saat ๐‘˜๐‘–+ ๐‘šโกdengan diberikan informasi plant saat ini ๐‘ฅ(๐‘˜๐‘–), nilai Nc harus lebih kecil atau sama dengan nilai Np. Setelah itu, nilai output terprediksi dan variabel kontrol yang akan datang dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.33).

๐‘Œ = ๐น๐‘ฅ(๐‘˜๐‘–) + ๐›ทโˆ†๐‘ˆ (2.33)

di mana matriks F, ฮฆ, dan โˆ†๐‘ˆ dapat diformulasikan sebagai berikut: โˆ†๐‘ˆ = [๐‘ข(๐‘˜๐‘–)โกโˆ†๐‘ข(๐‘˜๐‘–+ 1)โก. . ..โกโกโˆ†๐‘ข(๐‘˜๐‘–+ ๐‘๐‘โˆ’ 1)]๐‘‡ (2.34) ๐น = โก [ ๐ถ๐ด ๐ถ๐ด2 ๐ถ๐ด3 โ‹ฎ ๐ถ๐ด๐‘๐‘] (2.35) ๐›ท = [ ๐ถ๐ต 0 0 โ‹ฏ 0 ๐ถ๐ด๐ต ๐ถ๐ต 0 โ‹ฏ 0 ๐ถ๐ด2๐ต ๐ถ๐ด๐ต ๐ถ๐ต โ‹ฏ 0 โ‹ฎ ๐ถ๐ด๐‘๐‘โˆ’1 ๐ถ๐ด๐‘๐‘โˆ’2 ๐ถ๐ด๐‘๐‘โˆ’3 โ‹ฏ ๐ถ๐ด๐‘๐‘โˆ’๐‘๐‘] (2.36)

Indeks performansi kontroler MPC

Dalam sebuah kontroler MPC, diperlukan proses optimasi yang mempunyai objektif kontrol untuk meminimalkan error yang terbentuk dari selisih nilai referensi dengan nilai keluaran dari plant. Optimasi tersebut dilakukan dengan mendeskripsikan sebuah nilai dan parameter indeks performansi J yang merefleksikan objektif kontrol dari kontroler MPC. Indeks performansi tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut:

๐‘…๐‘ ๐‘‡= [1โก1โก. . . 1]โž

๐‘๐‘

๐‘…๐‘ = [1โก1โก. . . 1]โž ๐‘‡ ๐‘๐‘

๐‘Ÿ(๐‘˜๐‘–) = ๐‘…ฬ…ฬ…ฬ…๐‘Ÿ(๐‘˜๐‘  ๐‘–) (2.38) ๐ฝ = (๐‘…๐‘ โˆ’ ๐‘Œ)๐‘‡(๐‘…๐‘ โˆ’ ๐‘Œ) + โˆ†๐‘ˆ๐‘‡๐‘…ฬ…โˆ†๐‘ˆ (2.39) ๐‘…๐‘  merupakan vektor yang berisi informasi sinyal referensi sinyal set point yang dinotasikan pada Persamaan (2.38). Persamaan (๐‘…๐‘ โˆ’ ๐‘Œ)๐‘‡(๐‘…๐‘ โˆ’ ๐‘Œ) pada Persamaan (2.39) indeks performansi J mempunyai tujuan untuk meminimalkan error yang terjadi antara nilai output yang terpredisi dengan setpoint yang diberikan. Sedangkan persamaan โˆ†๐‘ˆ๐‘‡๐‘…ฬ…โˆ†๐‘ˆ untuk merefleksikan seberapa besar nilai โˆ†๐‘ˆ yang akan dihasilkan ketika fungsi objektif indeks performansi J dibuat sekecil mungkin. Matriks ๐‘…ฬ… adalah matriks diagonal yang berbentuk ๐‘…ฬ… = ๐‘Ÿ๐‘ค๐ผ๐‘๐‘ร—๐‘๐‘(๐‘Ÿ๐‘คโ‰ฅ 0) digunakan sebagai parameter tuning kontroler MPC. Variabel ๐‘Ÿ๐‘ค merupakan tuning parameter untuk performa closed loop system pada kontroler MPC. Pada saat nilai ๐‘Ÿ๐‘ค= 0, indeks performansi J akan mempunyai objektif untuk meminimalkan nilai error (๐‘…๐‘ โˆ’ ๐‘Œ)๐‘‡(๐‘…๐‘ โˆ’ ๐‘Œ) sekecil mungkin tanpa memperdulikan seberapa besar nilai โˆ†๐‘ˆ. Untuk kasus dimana nilai rw dibuat semakin besar, indeks performansi J pada Persamaan (2.39) akan diterjemahkan ke dalam situasi dimana kita akan meminimalkan nilai error (๐‘…๐‘ โˆ’ ๐‘Œ)๐‘‡(๐‘…๐‘ โˆ’ ๐‘Œ) secara hati-hati dengan mempertimbangkan seberapa besar nilai โˆ†๐‘ˆ yang akan dihasilkan kontroler MPC. Indeks performansi dapat juga dinotasikan sebagai Persamaan (2.40).

๐ฝ = (๐‘…๐‘ โˆ’ ๐น๐‘ฅ(๐‘˜๐‘–))๐‘‡(๐‘…๐‘ โˆ’ ๐น๐‘ฅ(๐‘˜๐‘–)) โˆ’ 2โˆ†๐‘ˆ๐‘‡๐›ท๐‘‡(๐‘…๐‘ โˆ’ ๐น๐‘ฅ(๐‘˜๐‘–)) โกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโกโก+โˆ†๐‘ˆ๐‘‡(๐›ท๐‘‡๐›ท + ๐‘…ฬ…โก)โˆ†๐‘ˆ (2.40) Setelah itu, Persamaan (2.40) diturunkan terhadap โˆ†๐‘ˆ sehingga persamaannya menjadi seperti Persamaan (2.41)

๐œ•๐ฝ

๐œ•โˆ†๐‘ˆ= (๐‘…๐‘ โˆ’ โก๐น๐‘ฅ(๐‘˜๐‘–)) + 2(๐›ท๐‘‡๐›ท + ๐‘…ฬ…โก)โˆ†๐‘ˆ (2.41) Kondisi yang dibutuhkan untuk meminimalkan indeks performansi dicari pada kondisi sebagai berikut :

๐œ•๐ฝ

๐œ•โˆ†๐‘ˆ= 0 (2.42)

Dengan mensubtitusi Persamaan (2.41) dengan Persamaan (2.42) maka dapat disimpulkan solusi optimal dari sinyal control pada kontroler MPC sebagai Persamaan (2.43)

โˆ†๐‘ˆ = (๐›ท๐‘‡๐›ท + ๐‘…ฬ…โก)โˆ’1๐›ท๐‘‡(๐‘…๐‘ โˆ’ ๐น๐‘ฅ(๐‘˜๐‘–)) (2.43)

Closed loop Control System

Nilai optimal parameter pada vektor โˆ†๐‘ˆmengandung sinyal control โˆ†๐‘ข(๐‘˜๐‘–), โˆ†๐‘ข(๐‘˜๐‘–+ 1), . . . . , โˆ†๐‘ข(๐‘˜๐‘–+ ๐‘๐‘โˆ’ 1) tetapi hanya sampel pertama dari urutan atau sequence yang dapat diimplementasikan dan mengabaikan urutan selanjutnya. Prinsip tersebut disbut dengan Receding Horizon Control(RHC). Ketika periode sampling selanjutnya datang, nilai pengukuran yang paling baru diambil dari state vector (๐‘˜๐‘–+ 1) untuk perhitungan sinyal kontrol yang baru. Prosedur ini terus berlanjut pada kondisi real time untuk memenuhi prinsip RHC. Oleh karena itu, sinyal control yang didapatkan dari Persamaan (2.43) dapat ditulis ulang seperti pada Persamaan (2.44).

โˆ†๐‘ข = (๐›ท๐‘‡๐›ท + ๐‘…ฬ…โก)โˆ’1(๐›ท๐‘‡๐‘…๐‘ ๐‘Ÿ(๐‘˜๐‘–) โˆ’ ๐›ท๐‘‡๐น๐‘ฅ(๐‘˜๐‘–)) Atau

โˆ†๐‘ขโก = ๐พ๐‘ฆ๐‘Ÿ(๐‘˜๐‘–) โˆ’ ๐พ๐‘š๐‘๐‘๐‘ฅ(๐‘˜๐‘–) (2.44)

Dimana ๐พ๐‘ฆ adalah baris pertama dari matriks (๐›ท๐‘‡๐›ท + ๐‘…ฬ…โก)โˆ’1๐›ท๐‘‡๐‘…๐‘  dan ๐พ๐‘š๐‘๐‘ adalah baris pertama dari matriks (๐›ท๐‘‡๐›ท + ๐‘…ฬ…โก)โˆ’1๐›ท๐‘‡๐น. Persamaan (2.44) adalah bentuk standar dari linear time-invariant state feedback control. Gain dari state feedback control adalah ๐พ๐‘š๐‘๐‘. Untuk mencari persamaan system closed loop pada kontroler MPC, digunakan augmented model. Seperti pada Persamaan (2.45).

๐‘ฅ(๐‘˜ + 1) = ๐ด๐‘ฅ(๐‘˜) + ๐ตโˆ†๐‘ข(๐‘˜) (2.45)

mensubtitusi Persamaan (2.44) ke dalam Persamaan (2.45) dan mengganTi indeks ๐‘˜๐‘– ke dalam ๐‘˜ sebagai mana Persamaan (2.46).

๐‘ฅ(๐‘˜ + 1) = ๐ด๐‘ฅ(๐‘˜) โˆ’ ๐ต๐พ๐‘š๐‘๐‘๐‘ฅ(๐‘˜) + ๐ต๐พ๐‘ฆ๐‘Ÿ(๐‘˜) atau

๐‘ฅ(๐‘˜ + 1) โก = (๐ด โˆ’ ๐ต๐พ๐‘š๐‘๐‘)๐‘ฅ(๐‘˜) + ๐ต๐พ๐‘ฆ๐‘Ÿ(๐‘˜) (2.46) Nilai eigenvalues pada system closed-loop dapat diteukan dengan mengamati persamaan karakteristik closed-loop seperti pada Persamaan (2.47).

๐‘‘๐‘’๐‘ก[๐œ†๐ผ โˆ’ (๐ด โˆ’ ๐ต๐พ๐‘š๐‘๐‘)] = 0 (2.47)

Dikarenakan struktur unik dari matriks A dan C, kolom terakhir dari matriks F identik dengan matriks ๐‘…ฬ…ฬ…ฬ…, yaitu [1โก1โก. . . 1]๐‘  ๐‘‡. Oleh karena itu, gain ๐พ๐‘ฆ identik dengan elemen terakhir pada gain ๐พ๐‘š๐‘๐‘.

Perlu dicatat bahwa nilai vektor state variable ๐‘ฅ(๐‘˜) = [โˆ†๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜)๐‘‡โก๐‘ฆ(๐‘˜)]๐‘‡ dan dengan definisi ๐พ๐‘ฆsehingga dapat mendeklarasikan bahwa gainโก๐พ๐‘š๐‘๐‘= [๐พ๐‘ฅ ๐พ๐‘ฆ], dimana ๐พ๐‘ฅ mendefinisikan hubungan feedback gain vector dengan โˆ†๐‘ฅ๐‘š(๐‘˜). Sedangkan ๐พ๐‘ฆ mendefinisikan hubungan antara gain dengan ๐‘ฆ(๐‘˜). Oleh karena itu, blok diagram sistem closed-loop pada kontroler MPC seperti pada Gambar 2.16. Notasi ๐‘žโˆ’1 merupakan notasi backward shift operator dan 1

Gambar 2. 7 Sistem Closed loop Kontroler MPC [12]

Dokumen terkait