• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi antara KGD dengan indeks debris, indeks kalkulus, indeks OHIS, indeks gingivitis dan indeks IPPD

HASIL PENELITIAN

5.7 Korelasi antara KGD dengan indeks debris, indeks kalkulus, indeks OHIS, indeks gingivitis dan indeks IPPD

Uji korelasi antara kadar gula darah dengan indeks debris, indeks kalkulus, indeks gingivitis dan indeks IPPD menggunakan uji korelasi Pearson. Manakala uji

korelasi antara kadar gula darah dengan indeks OHIS menggunakan uji korelasi

Status

Indeks IPPD Jumlah P

Diabetes Rerata Standar Sampel

Melitus (x) Deviasi

Ya 1,27 0,66 45 0,31

Spearman. Hasil uji dinyatakan dalam koefisien korelasi (r). Nilai r ditafsirkan sebagai sangat lemah (0,00-0,199), lemah (0,20-0,399), sedang (0,40-0,599), kuat (0,60-0,799) dan sangat kuat (0,80-1,000). Nilai p<0,05 dinyatakan terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji sedangkan nilai p>0,05 artinya tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji. Arah korelasi positif berarti searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya, sedangkan arah korelasi negatif berarti berlawanan arah, semakin kecil nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya.

Tabel 8. Korelasi kadar gula darah dengan indeks indeks debris, indeks kalkulus, indeks OHIS, indeks gingivitis dan indeks IPPD.

Variabel Nilai p Koefisien Korelasi

Kadar gula darah – indeks debris Kadar gula darah – indeks kalkulus Kadar gula darah – indeks OHIS Kadar gula darah – indeks gingivitis

0,98P 0,99P 0,04S 0,80P -0,03 0,001 0,30 -0,39

Kadar gula darah – indeks IPPD 0,74P -0,52

Keterangan: P Uji Pearson; S Uji Spearman p<0,05 = bermakna

Pada tabel 8 diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi bermakna (p>0,05) antara kadar gula darah dengan indeks debris, indeks kalkulus, indeks gingivitis dan indeks IPPD tetapi terdapat korelasi bermakna (p<0,05) antara kadar

gula darah dengan indeks OHIS. Indeks debris, indeks kalkulus, indeks OHIS, indeks gingivitis dan indeks IPPD yang merupakan parameter dalam mengukur keparahan inflamasi gingiva sehingga hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara KGD dengan inflamasi gingiva ditolak. Korelasi menunjukkan hubungan yang sangat lemah antara kadar gula darah dengan indeks debris, hubungan yang lemah dengan indeks gingivitis dan OHIS, hubungan yang sangat kuat dengan indeks kalkulus serta hubungan yang sedang dengan indeks IPPD. Arah korelasi bernilai negatif berarti peningkatan kadar gula darah tidak disertai dengan peningkatan indeks debris, indeks gingivitis dan indeks IPPD. Arah korelasi bernilai positif berarti peningkatan kadar gula darah disertai dengan peningkatan indeks kalkulus dan OHIS. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kenaikan kadar gula darah tidak berhubungan dengan perubahan status periodontal.

BAB 6 PEMBAHASAN

Diabetes melitus dan periodontitis memiliki hubungan timbal balik. Diabetes melitus dapat menimbulkan serangkaian perubahan pada jaringan periodonsium sehingga dapat memperburuk kondisi periodonsium penderita diabetes. Inflamasi yang terjadi merupakan serangkaian reaksi yang membawa sejumlah sel dan molekul dari sistem imun menuju sisi yang terinfeksi atau yang mengalami kerusakan. Sel-sel tersebut adalah netrofil, makrofag, limfosit T, limfosit B, dan sel plasma. Inflamasi yang terjadi pada penyakit periodontal merupakan suatu respon non spesifik terhadap bakteri. Pada inflamasi, sejumlah sel dan molekul dari sistem imun akan dibawa menuju sisi yang terinfeksi. Sehingga, pada daerah inflamasi akan terjadi perubahan mikrosirkulasi secara lokal, yang ditandai secara klinis dengan adanya rubor, dolor, kalor, tumor dan kehilangan fungsi (fungsio laesa ) .15,18

Pada tahun 1993, Loe menyatakan bahwa penyakit periodontal merupakan urutan ke-6 dari komplikasi diabetes melitus.16 Taylor dan Borgnakke (2008) telah mengidentifikasi penyakit periodontal sebagai faktor risiko bagi diabetes melitus yang tidak terkontrol. Taylor dan Borgnakke telah menemukan bahwa dari 65 penelitian yang dilakukan, terdapat 57 penelitian yang menyatakan prevalensi dan derajat keparahan inflamasi periodontitis lebih tinggi pada penderita diabetes melitus bila dibandingkan dengan kelompok non diabetes dan inflamasi gingiva juga lebih banyak ditemukan pada penderita diabetes yaitu sebesar 64% dibandingkan dengan penderita non-DM sebanyak 50%.17,18 Graves dkk telah melakukan tinjauan mengenai

patogenesis penyakit periodontal pada penderita diabetes dan menyimpulkan bahwa keparahan inflamasi gingiva akan meningkatkan apoptosis yang berkontribusi kepada periodontitis sebagai komplikasi diabetes.19 Menurut Thorson dan Hugoson, Seppala dan Ainamo, Geismer dkk, dan Demmer dkk, penderita diabetes melitus lebih mudah terkena inflamasi periodontal dibandingkan penderita non diabetes.14

Pada penelitian ini, ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada indeks OHIS dan indeks debris di antara penderita diabetes melitus dan non diabetes. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kawamura dkk. Namun hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Moideen dkk, pada penderita diabetes,yang menemukan bahwa terdapat peningkatan perdarahan pada saat probing dan oral higiene yang sangat buruk dibandingkan dengan non diabetes.15

Dari penelitian Bascones dkk diketahui bahwa indeks gingivitis dan perdarahan lebih tinggi pada penderita diabetes (55,1%) dibandingkan dengan non diabetes (45,2 %). Hasil yang sama juga telah diperoleh oleh Faulconbridge dkk, Bernick dkk, Ringelberg dkk., Gislen dkk ,Gusberti dkk, Sznagner dkk, Cianciola dkk, dan Collin dkk.23 Namun, hal ini bertentangan dengan penelitian oleh Ervasti T dkk yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara indeks gingivitis pada penderita diabetes dan non diabetes tetapi indeks pendarahan menunjukkan perbedaan yang signifikan.26 Hal ini mungkin disebabkan karena level perdarahan berkurang apabila kadar gula darahnya terkontrol.26

Pada penelitian ini, ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada indeks gingivitis dan indeks pendarahan.6,26 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sbordone dkk yang juga menujukkan tidak ada hubungan yang

signifikan antara diabetes melitus dan non diabetes dengan inflamasi gingiva.25 Hal ini disebabkan karena efek periodontitis merupakan respon inflamatori yang alami pada jaringan periodonsium sehingga tidak terdapat perbedaan inflamasi gingiva yang bermakna antara penderita diabetes dengan non diabetes 24

Pada penelitian yang dilakukan oleh Lely S dkk ditemukan bahwa indeks OHIS antara kelompok DM dan kelompok non DM berbeda secara signifikan (p>0,05).3 Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kawamura dkk yang menunjukkan indeks debris, indeks kalkukus, indeks OHIS memiliki perbedaan namun tidak bermakna.22 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada saat ini yang menemukan bahwa indeks debris dan indeks OHIS menunjukkan perbedaan statistik yang tidak signifikan.. Hal ini kemungkinan terjadi disebabkan karena komposisi glukosa pada cairan sulkus gingiva dan darah adalah tinggi pada penderita diabetes.21

Hasil uji korelasi Pearson antara kadar gula darah dengan indeks debris, indeks kalkulus, indeks gingivitis dan indeks IPPD pada subjek menunjukkan tidak ada hubungan bermakna diantara keduanya (p>0,05). Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya sampel penelitian dan pengambilan sampel yang dilakukan di rumah sakit dan puskesmas dimana pasien yang datang adalah penderita DM yang kadar gula darahnya telah terkontrol menjadi kemungkinan penyebab tidak ada hubungan antara penderita diabetes dengan inflamasi gingiva yang diukur dengan indeks debris, indeks kalkulus, indeks gingivitis dan indeks IPPD.

Hasil uji korelasi Spearman antara kadar gula darah dengan indeks OHIS pada subjek menunjukkan hubungan bermakna diantara keduanya (p<0,05). Hal ini

mungkin disebabkan oleh kurangnya kepedulian penderita diabetes dalam menjaga kebersihan rongga mulut sehingga plak pada permukaan gigi berkurang serta risiko terjadinya periodontitis meningkat.

Salah satu faktor risiko antara diabetes melitus dan periodontitis adalah obesitas. Hasil penelitian yang dijalankan oleh Al-Zahrani dkk menunjukkan hubungan yang signifikan antara obesitas dan periodontitis.27 Data mengenai berat badan antara kelompok diabetes dan non diabetes tidak disertakan dalam penelitian ini. Faktor lain yang mempengaruhi hasil penelitian adalah kebiasaan merokok, mengkonsumsi obat-obatan serta komplikasi penyakit sistemik lain sehingga hal ini diekslusikan pada saat pengambilan sampel penelitian.21

BAB 7

Dokumen terkait