• Tidak ada hasil yang ditemukan

3) Variasi Suku Kata [ ə ng-] ~ [zero-]

4.2 Variasi Gramatikal

4.2.1 Kosakata dalam Bentuk Kata

4.2.1.2 Kosakata dalam Bentuk Kata Berafiks

Untuk memudahkan pembahasan berikut ini ditampilkan kalimat yang di dalamnya terdapat kata berafiks.

(1) Ima-n-ne ma-tatu, to krana bontot -in -a.

Tangan-POS AKT-luka, itu sebab balut - APL-PAS ‘Tangannya luka, itu sebabnya dibalut/diperban’

(2) Iyya n-saput godog.

3TG HAS-selimut tebal Dia berselimut tebal.’

(3) Kicak-in ng-amah be-be ati

Kecil-APL AKT-makan daging-R hati ‘Kurangi makan (daging) hati.’

(4) Nyen ng-anget -ang yeh

siapa AKT-hangat-APL air ‘Siapa yang menghangatkan air?.’

Kata [matatu] pada kalimat (1)dibentuk dengan menambahkan prefiks [ma-]

pada kata dasar [tatu] sehingga menjadi [matatu]. Pada DSb prefiks [ma-] memiliki dua alomorf, yakni {ma-} dan alomorf yang dilambangkan dengan {m-}, yang dapat direalisasikan dengan berbagai bunyi nasal, sesuai dengan bunyi yang mengikuti. Misalnya pada kata [ -saput], {ɳ M-} diikuti dengan konsonan alveolar [s] sehingga direalisasikan dengan retrofleks nasal alveolar [ ].ɳ Lambang {m-} dipilih untuk alomorf ini karena distribusinya paling luas dapat diikuti oleh konsonan bilabial [p, b], [l] dan semua jenis vokal.

Contoh lain

No. makna DBD DPdw DSb DSd

1. ‘berparam’ [m b r h]ǝ ɔ ɛ [mabur h]ɛ [mb r h]ɔ ɛ [mab r h]ɔ ɛ 2. ‘terkupas’ [m p l ]ǝ ǝ ʊʈ [map l ]ǝ ʊʈ [mp l ]ǝ ʊʈ [map l ]ǝ ʊʈ 3. ‘berobat’ [m(a)uba ]ɖ [mauba ]ɖ [muba ]ɖ [mauba ]ɖ 4. ‘berjalan’ [m jala ]ǝ ɳ [majala ]ɳ [ jala ]ɲ ɳ [majala ]ɳ 5. ‘makan’ [mǝɖaar] [ŋamah] [ɳɖahar] [ma aar]ɖ 6. ‘bergendong’ [m gaǝ ɳɖɔŋ ] [magaɳɖɔŋ ] [ŋgaɳɖɔŋ ] [magaɳɖɔŋ ]

Kata [bɔɳʈɔ ɳi a] dibentuk dari kata dasar [bɔɳʈɔʈ] ‘balut’ yang dilekati sufiks [–in]

sehingga menjadi [bɔɳʈɔʈ ɳi ] setelah itu dilekati sufiks [–a] sehingga menjadi

[bɔɳʈɔʈ ɳi a]. Untuk lebih jelasnya tahap pembentukan kedua kata itu dapat dirumuskan sebagai berikut

tatu + ma- > matatu ‘luka’

bontot + -in > bontotin + -a > bontotina ‘dibalut (nya) Hierarki gramatikal kedua kata tersebut dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

matatu bontotina bontotin ma- tatu bontot -in -a

Kata [məwaba ]ɳ ‘menguap’ dibentuk dari bentuk dasar uab ditambah konfiks

ma-/-aɳ menjadi [mauaba ]ɳ yang mengalami proses morfofonik menjadi [məwaba ]ɳ dan [muwaba ]ɳ . Tahapan prosesnya sebagai berikut.

Varian [məwaba ]ɳ

Proses morfologis : {uab} + {ma-/-an} > [mauwabaɳ] Pelemahan vokal pada

pilahan awal konfiks

: [məuwabaɳ]

Segmentalisasi luncuran [məuwabaɳ]

pemotongan vokal

(vowel truncation)

: [məwabaɳ]

Varian [muwaba ]ɳ

> [mauwabaɳ] Pelemahan vokal pada

pilah awal konfiks

: [məuwaba] Segmentalisasi luncuran : [məuwabaɳ]

Pelesapan vokal pada pilah awal konfiks

: [muwabaɳ]

Kata [ŋaŋə aŋ] ʈ dibentuk dari dasar [aŋə ] ʈ ditambah sufiks pemarkah kausatif [– aŋ] menjadi [aŋə aŋ], ʈ selanjutnya ditambah sufiks pemarkah pasif [ŋ-], maka menjadi

[ŋaŋə aŋ]. ʈ Sufiks [ŋ-] memiliki dua varian, yakni [–aŋ] dan [–a ]ɳ . Kata ŋələkadaŋ]

‘melahirkan’ dibentuk dari kata dasar lekad ditambah sufiks pemarkah Kausatif–aŋ.

menjadi [ləkadaŋ], pada tahap berikutnya ditambah dengan prefiks pemarkah aktif

[ŋ-] sehingga menjadi [ŋələkadaŋ].

Sufiks {–aŋ} memiliki dua buah varian, yakni {–a }ɳ yang terdapat pada DSd dan { – aŋ} semua DP lainnya. Dengan demikian, selain bentuk [aŋə aŋ],ʈ dan [ləkadaŋ], ditemukan juga [aŋə a ] ʈ ɳ dan [ləkada ]; ɳ selain [ ŋaŋə aŋ]ʈ dan [ŋələkada ]ɳ dan Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut.

Contoh lain

1. Glosa DBD DPdw DSd DSb

1. ‘meludahkan’ [ŋəc haŋ]ʊ [ŋəc haŋ]ʊ [ŋəc ha ]ʊ ɳ [ŋəc haŋ]ʊ 2. ‘keguguran’ [krurɔɳ]

[ŋəlab haŋ]ʊ

[ŋəlab haŋ]ʊ [ŋəlab ha ]ʊ ɳ [ŋəlab haŋ]ʊ 3. ‘membalikkan’ [ma ŋaŋ]ɖɪ [ma ŋaŋ]ɖɪ [ma ŋa ]ɖɪ ɳ [ma ŋaŋ]ɖɪ 4. ‘dikompreskan’ [k mpr saŋa]ɔ ɛ [k mpr saŋa]ɔ ɛ [k mpr sa a]ɔ ɛ ɳ [k mpr saŋaɔ ɛ

]

5. ‘diberdirikan’ [juj kaŋa]ʊ [juj kaŋa]ʊ [uj ka a]ʊ ɳ [juj kaŋa]ʊ 6. didudukkan’ [ əgakaŋa]ʈ [ əgakaŋa]ʈ [ əgaka a]ʈ ɳ [ əgakaŋa]ʈ

ǝɔʊɛɖʈŋɔɲɪɳ

Kata [məwaba ]ɳ ‘menguap’ dibentuk dari bentuk dasar [uwab] ditambah konfiks [ma-/-a ] ɳ menjadi [mauwaba ]ɳ yang mengalami proses morfofonik menjadi

Varian [məwaba ]ɳ

Proses morfologis : {uab} + {ma-/-an} > [mauwabaɳ] Pelemahan vokal pada

pilahan awal konfiks

: [məuwabaɳ]

Segmentalisasi luncuran [məuwabaɳ]

pemotongan vokal

(vowel truncation)

: [məwabaɳ]

Varian [muwaban]

Proses morfologis : {uab} + {ma-/-an} > [mauwabaɳ] Pelemahan vokal pada

pilah awal konfiks

: [məuwabaɳ] Segmentalisasi luncuran : [məuwabaɳ]

Pelesapan vokal pada pilah awal konfiks

: [muwabaɳ]

ǝɔʊɛɖʈŋɔɲɪɳ

Jadi pada DSd terdapat kehomoniman sufiks -aɳ, yakni {-a }ɳ hanya yang hanya merupakan alomorf {-aŋ} dan {-aɳ} sebagai pemarkah komparatif seperti pada kosakata berikut ini.

Ia suba seger-an jani.

2TG sudah sehat-KOMP sekarang ‘Dia sudah lebih sehat sekarang.’

Panak-me-ne kicak-an anyang panak-ku-ne

anak-2TGPOS-DEF kecil-KOMP dengan anak-1TGPOS-DEF ‘Anakmu lebih kecil daripada anakku.’

4.2.1.2 Kosakata dalam Bentuk Kata Berklitik

Kosakata DBA dalam layanan kesehatan masyarakat dengan bentuk kata atau frasa berklitik dapat dibedakan atas kosakata dengan klitik pemarkah posesif dan klitik pemarkah definit. Hal itu dapat dilihat dengan lebih jelas pada uraian berikut ini.

1) Kata dengan Klitik Pemarkah Posesif.

Dalam dialek-dialek DBA pada umumnya hanya ditemukan klitik pemarkah posesif O3, yakni [– e]ɳ , sedangkan dalam DPdw ditemukan, baik klitik pemarkah posesif O1, O2, maupun O3, masing-masing [–ku], [-me], dan [- e]ɳ , psds DSb ditemukan juga klitik pemarkah posesif O1.

Kata [ima-ɳ-ɳe] pada kalimat (1) dibentuk dengan menambahkan klitik pemarkah posesif O3 [– e]ɳ pada kata dasar. Selain klitik pemarkah posesif O3 ditemukan juga klitik pemarkah posesif O1 dan O2 seperti terlihat pada contoh berikut ini.

(5) Ba kento panak-ane ento ngara gaenanga banten terus mati. sudah begitu anak-POS itu tidak dibuatkan sajen terus

meninggal

‘Lalu anaknya itu tidak dibuatkan sajen terus meninggal.’ (6) Cunguh-me-ne barak.

hidung 2Sg (POS)-DEF merah’ ‘Hidungmu merah’

.

(7) Ima-n ime-ng -ku -ne beseh

tangan-LIG ibu-LIG-POS-DEF bengkak ‘Tangan Ibu saya bengkak.’

Kata [pa akaɳ ɳɳe] ‘anaknya’ pada kalimat (2) dibentuk dari kata dasar [pa ak] ɳ ‘anak’ dilekati klitik pemarkah posesif O2 tunggal sehingga menjadi [pa akaɳ ɳɳe]. Kata

[cuŋuhme e] ɳ ‘hidungmu’ pada kalimat (3) dibentuk dari kata dasar [cuŋuh] dilekati klitik pemarkah posesif O2 tunggal [–me] sehingga menjadi [cuŋuhme], kemudian dilekati klitik pemarkah definit –e sehingga terbentuk kata [cuŋuhme ]eɳ . Jadi ada dua klitik pada kata ini, yakni klitik pemarkah posesif O2 tunggal [–me] dan klitik pemarkah definit [–e]. Hierarki gramatikal kata-kata tersebut dapat dilihat pada diagram berikut ini.

[ cuŋuhme]

[paɳɳak] [- e]ɳ

[cuŋuh] [-me] [- e]ɳ

Klitik pemarkah posesif yang ditemukan pada semua DP hanyalah pemarkah posesif O3, sedangkan klitik pemarkah posesif O1 dan O2 hanya ditemukan pada dialek Pedawa. Contoh lainnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

No. Glosa DBD Pdw Sb Sd

1. ‘ayahnya’ [bapaɳɳ

e

[bapaɳɳe] [bapaɳaɳe] [bapaɳe]

2. ‘ayahku’ - [bapaŋku e]ɳ - -

3. ‘ayahmu’ - [bapame e]ɳ - -

4. ‘bajunya’ bajʊɳɳe [bajuɳɳe] [baju a e]ɳ ɳ [bajʊɳe]

5. ‘bajuku’ - [bajuŋku e]ɳ - -

6. ‘bajumu’ - [bajume e]ɳ - -

Dari data di atas dapat dilihat, selain karena ada dan tidaknya klitik, kebervariasian juga terjadi karena variasi morfofonemik di antara kata [bapaɳe], [bapaɳɳe], dan [bapaɳaɳe] ‘ayahnya’. Pada varian [bapaɳe] hanya terjadi proses morfologis klitisasi, yakni penambahan klitik pemarkah posesif {-ne} pada kata bapa; pada varian [bapaɳɳe], terjadi proses morfologis klitisasi disertai penambahan konsonan [ ]ɳ , yang berfungsi sebagai ligatur, di antara kata dasar dan klitik; pada

[bapanane], terjadi proses morfologis, penambahan ligatur [ ],ɳ dan penambahan vokal pelancaran ucapan [a] di antara ligatur [ ]ɳ dan klitik {–ɳe}. Proses serupa terjadi pada variasi kata baju e, bajuɳ ɳɳe, baju a e. ɳ ɳ

Klitik [–ku] pada kata [im ŋku]ɛ dalam kalimat (7) merupakan pemarkah posesif O2. Contoh lain

1. ‘cucuku’ [cucuŋku e]ɳ [cucu oke e]ɳ ɳ [cucu kaka e]ɳ ɳ 2. ‘ayahku’ [bapaŋku] [bapa oke e]ɳ ɳ [bapa uke e]ɳ ɳ

3. ‘ibuku’ [im ŋku]ɛ [m mɛ ɛɳ

oke e]ɳ [m mɛ ɛɳ oke e]ɳ 4. 5. 6. ‘mataku’ ‘perutku’ ‘rumahku’ [ma aŋkune]ʈ [basaŋku] [umahkune] [mata oke e]ɳ ɳ [basaŋuke e]ɳ [umah oke e]ɳ [mata oke e]ɳ ɳ [basang uke e]ɳ [umah kaka eɳ

Dari contoh di atas dapat dilihat ligature [- -]ɳ ,yang dalam BBU dan DP lain direalisasikan dengan konsonan nasal alveolar [ɳ], sementara pada DPdw direalisasik- an dengan [ŋ]. Perbedaan ini terjadi karena [-ɳ-] diikuti konsonan dorsovelar. Dengan kata lain terjadi asimilasi prsial regresif–n-sebagai akibat asimilasi da

(1) Getih-e ane ng-sambung idup-ne. diikuti darah-DEF yang AKT-sambung hidup-POS ‘Darah yang menyambung hidupnya.’

(2) Ima-n ime-ng -ku -ne beseh.

tangan-LIG ibu-LIG-POS-DEF bengkak ‘Tangan Ibu saya bengkak.’

Klitik –ne pada kalimat (2) dan kalimat (3) di atas merupakan pemarkah definit. Pada kalimat (2) klitik – eɳ merupakan pemarkah definit pada tataran frasa, yakni memarkahi frasa ima im ŋkuɳ ɛ ‘tangan ibuku’, sedangkan – eɳ pada kalimat (3) merupakah pemarkah definit pada tataran kata, yakni memarkahi kata cuŋuhme

‘hidungmu’

Dokumen terkait