Setiap hari pasti kita semua sering menggunakan air untuk keperluan tertentu terutama terkait dengan kebersihan. Untuk mendapatkan air, banyak cara yang dapat dilakukan, secara langsung mengambil dari bak atau menggunakan kran air.. Apabila kita menggunakan kran air sepertinya lebih mudah karena kita bisa menentukan jumlah atau volume air sesuai dengan keinginan kita dengan mudah.
Jika kita mau mengisi air dengan volume 300 ml kita hanya langsung membuka kran dengan cara memutarnya, setelah penuh langsung bisa menutupnya dengan waktu yang cukup singkat.
Kran air merupakan alat yang digunakan untuk mengeluarkan air dalam sistem pengaturan air. Karena wujud dan ukurannya lebih simpel dan kecil, maka kran sangat diperlukan sebagai suatu komponen dalam pengggunaan air. Kran air atau wastafel sering kita jumpai pada toilet, tempat cuci piring kamar mandi dan sebagainya. Kran air mempunyai fungsi utama yaitu sebagai perantara air untuk bersih diri (cuci tangan, gosok gigi, berkumur dan lain sebagainya). Fungsi khusus dari kran air itu sendiri yaitu untuk mengontrol jumlah air yang dikelurkan.
Dilihat dari sudut pandang fisika, ternyata banyak konsep fisika yang dapat dilihat dari kran dan sangatlah menarik untuk diungkap. Mengapa? Marilah kita mengupasnya.
Saat kita mengisi air dengan kran terdapat konsep fisika yang seringkali kita tidak menyadari. Mulai dari kita membuka kran, mengisi air sampai menutup kran. Dalam belajar fisika kita tidak harus mencari buku dan informasi yang menunjukkan prinsip fisika akan tetapi kita bisa menggunakan alat dalam kehidupan sehari-hari untuk bisa mempelajarinya. Nah, pada bab ini kita akan memperdalam lagi terkait konsep-konsep fisika yang ada pada kran air. Secara tidak langsung hanya dengan kran air kita bisa belajar untuk memahami fisika.
Penggunaan krain air ini ditujukan karena setiap hari kita semuanya sering melihat dan menggunakannya.
Saat membuka dan menutup kran, konsep fisika yang digunakan adalah
1. Saat membuka dan menutup kran
Pada saat membuka kran, biasanya kita memutar kran dan harus menggunakan arah yang berlawanan daripada saat kita menutup. Mengapa demikian? Mengapa tidak boleh searah?
Nah jawabannya demikian.
Pada saat membuka dan menutup kran, pasti terjadi rotasi atau perputaran dan ada gaya yang dilakukan pada kran tersebut. Hal ini berkaitan dengan momen gaya pada kran yang dinamakan momen kopel.
Sebelum kita masuk momen kopel terlebih dahulu kita harus paham momen gaya. Momen gaya merupakan suatu besaran yang dipengarui oelh suatu gaya lengan. Momen gaya terjadi karena gaya pada benda bekerja tidak pada pusat masasa benda. Artinya ketika benda bergerak di lintasan lurus, benda itu bergera secara translasi dan jika benda bergerak pada lintasan melingkar, maka benda tereut bergerak secara rotasi. Saat benda bergerak translasi, benda tersebut akan menerima gaya dari luar. Gaya yang diberikan akan merubah arah lintasannya. Gaya bergerak melingkar akan menerima gaya atau disebut torsi.
Gambar 1. Perputaran arah membuka dan menutup kran air
Kopel merupakan sepasang gaya atau dua gaya pada sebuah benda yang mempunyai besar yang sama, akan tetapi arahnya berlawanan Syaratnya, garis dari aksi pada kedua buah gaya tersebut tidak pada satu garis lurus.
Gambar 2. Gaya aksi kopel
Ketika dua gaya yang sama pada sebuah benda (menyebabkan benda tersebut berotasi (berputar) dan sistem gaya tersebut disebut dengan momen kopel.
Gambar 3. Gaya pada kopel
Kopel bekerja pada tutup kran yang sedang berotasi tanpa berpindah pada sumbu dari tutupnya. Jika digambarkan garis diatas maka jarak akan berbentuk siku-siku antara garis aksi dari dua gaya pembentuk kopel disebut lengan kopel. Jika digambarkan pada garis di atas maka dua gaya bekerja dan memiliki nilai yang sama yaitu X dan Y dan bekerja pada titik A dan B maka dalam arah berlawanan membentuk kopel dengan titik AB sebagai lengan kopel.
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
π = πΉ π₯ π M = momen kopel
F = gaya
D = panjang lengan gaya
X
Y
Karena kopel memilki nilai arah, maka momen kopel termasuk dalam besaran vektor.Nilai dari momen kopel sebagai berikut:
Gambar 4. Arah momen kopel (Viandari 2019)
a. Momen kopel bernilai positif bila arah putarannya berlawanan arah dengan jarum jam.
b. Momen kopel bernilai negarif bila arah putarannya searah dengan jarum jam.
Jika beberapa momen kopel bekerja pada suatu bidang, persamaanya menjadi:
π = π1+ π2+ π3+ β― + ππ
Sifat-sifat momen kopel antara lain:
a. Jumlah momen kopel dari kopel-kopel yang sebidang sama dengan jumlah momen kopel dari kopel tersebut.
Momen gaya terhadap O = X Γ OB - X Γ OA
= X(OB - OA)
= X Γ AB
Momen gaya terhadap O = X Γ OB + X Γ OA
= X(OB + OA)
= X Γ AB
Momen gaya terhadap O = X Γ OA - X Γ OB
= X(OA - OB)
= X Γ AB
b. Kopel dapat diubah dengan kopel lain yang mempunyai nilai dan arah yang sama.
c. Dua buah kopel yang bekerja di suatu tempat pada benda tegar akan memiliki momen yang sama dengan arah yang belawanan atau saling setimbang satu sama lainβ.
d. Gaya yang bekerja pada benda, jika benda tersebut adalah benda tergar, maka dapat diganti dengan gaya yang sama seperti gaya yang bekerja pada titik lain dan sebuah kopel dengan momen gayanya sama dengan momen gaya terhadap titik dimana gaya yang sama-sama bekerja.
e. Beberapa kopel yang sebidang akan bernilai ekuivalen dengan sebuah kopel yang single dengan momen sama pada jumlah aljabar momen-momen dari setiap kopel.β
Keseimbangan dari tiga gaya:
Gambar 5. Sifat-sifat kopel
a. Resultan dua gaya bernilai sama dan mempunyai arah yang berlawanan dengan gaya yang lain.
b. Hasil bagi setiap nilai gaya dengan sinus sudut di seberangnya selalu bernilai sama.
Sehingga dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Gambar 6. Rotasi kopel
Untuk perbandingan gaya-gayanya persamaannya sebagai berikut:
πΉ1 sin π½ =
πΉ2 sin πΌ =
πΉ3 sin πΎ
Dari beberapa penjelasan di atas dapat diketahui mengapa saat membuka kran arahnya berlawanan saat kita menutup kran. Untuk selanjutnya mari kita membahas konsep fisika terkait proses keluarnya air dari kran dalam hal ini konsep mengenai Debit, Persamaan Kontinuitas, dan Tekanan.
2. Proses Keluarnya Air dari Kran
Ketika kita memutar kran untuk mengisi suatu wadah, maka kita bisa mengatur cepat tidaknya air untuk mengisi wadah itu. Biasanya tergantung kepentingan kita. Jika terlalu terburu-buru biasanya kita memaksimalkan putaran kran sehingga air yang keluar lebih cepat. Peristiwa yang demikian berkaitan dengan debit air yang keluar dari kran air. Jarang disadari bahwa ada prinsip fisika pada proses tersebut. Untuk itu mari kita pahami prinsip debit air.
Kita semuanya sering mendengar istilah debit air. Debit merupakan
"jumlah ailiran air yang mengalir untuk setiap satuan waktu, atau boleh dikatakan banyaknya volume air yang mengalir untuk setiap satuan waktu. Debit merupakan βbesaran yang menyatakan banyaknya air yang mengalir selama 1 detik yang melewati suatu luas penampangβ. Nah pada kran air kita bisa mengatur debit air yang keluar dengan cara memutar krannya. Sehingga dari pengertian itu dapat dirumuskan debit adalah
Q =Vt t = V
Q v = Q t
Dengan keterangan Q = debit air V = Volume t = waktu
Jika kita menggunakan kran air untuk mengisi sebuah wadah maka secara langsung kita bisa menghitung besarnya debit air yang keluar dari kran. Apabila sebuah selang dan disambungkan pada ujung kran air dan jika selama 3 detik air yang mengalir melewati ujung selang adalah 6 π3 maka debit airnya adalah (6/3) m3/detik = 2 m3/detik.
Debit air yang dikeluarkan oleh kran bisa diatur dengan cara menggunakan konsep momen kopel pada pembahasan sebelumnya yaitu saat kita membuka dan menutup kran.
Selain konsep debit, saat kita menyalakan kran air khususnya pada westafel dapat kita lihat terdapat pola aliran yang menarik pula. Jika melihat aliran air bila semakin dekat dengan bak penampungan, maka pola aliran akan lebih semakin kecil. Jika diamati, maka bentuk aliran berupa tabung dengan diameter air semakin kecil pada bagian bawah. Perhatikan gambar berikut!
Gambar 7. Perbedaan diameter air
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat semakin ke bawah maka bentuk aliran air semakin runcing sehingga diametir aliran air juga semakin kecil. Mengapa peristiwa itu bisa terjadi? Bagaimana kita dapat memahami peristiwa tersebut? Coba kita lihat dan menganalisnya.
Sebelumnya sudah dapat dipahami bahwa debit merupakan volume aliran air untuk setiap waktu. Debit pada aliran kran air biasanya selalu tetap.
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa semakin ke bawah, maka pola aliran semakin kecil karena diameter aliran air semakin kecil. Mengapa hal tersebut tersebut dapat terjadi. Bagaimana kita secara sederhana dapat memahami fenomena tersebut? Selanjutnya marilah kita menganalisis.
βSecara mudahnya dapat dipahami terlebih dahulu jika debit aliran air pada aliran kran pada westafel selalu tetap. Sebelumnya kita sudah paham jika debit merupakan volume air yang mengalir untuk setiap waktunya. Sehingga dapat diukur jika debit air pada wastafel dengan cara menampung air pada suatu wadah (misalnya gayung dan gelas ukur yang sudah diketahui volumenya) dan mengukur waktu yang diperlukan untuk wadah tersebut yang selanjutnya kita hitung berdasarkan persamaan. Dari persamaan debit diketahui debit air sebanding dengan kecepatan aliran air dan luas penampangnya. Atau dapat ditulikan sebagai berikut:
Q = vA Keterangan
v : kecepatan aliran air (m/s) A : luas penampang aliran (π2)
A : ππ2
Jika digambarkan bila air yang mengalir melewati ujung kran suatu partikel yang jatuh atau gerak vertical. Sehingga kecepatannya dpada ketinggian h dari ujung kran dapat dihitung sebagai berikut:
π£2 = π£02+ 2πβ π£ = β(π£02+ 2πβ)
π2 = π/(πβ(π£02+ 2πβ)
Karena tadi kita telah mengetahui jikalau debit alirannya itu tetap, maka kita dapat dinyatakan diameternya adalah d.
Dari persamaan tersebut dapat pahami jika semakin kebawah, maka kecepatan air kran akan semakin besar atau semakin tinggi. Dikarenakan debit air adalah konstan, maka pola aliran air diameternya akan semakin mengecil. Lebih jelasnya, kita dapat mempelajari konsep hukum Bernauili dalam pembahasan berikutnya. Semakin tinggi aliran suatu fluida maka tekanan fluida tersebut akan menjadi berkurang dan tekanan yang berasalh dari luar akan memaksa fluida (dalam hal ini air) semakin sempit yang menyebabkan diameter aliran air akan semakin kecil.β
Sehubungan dengan diameter kran, maka kita tidak terlepas dengan luas penampang pada kran. Jika diperhatikan, kran air yang luas penampangnya lebih besar itu akan mengalirkan air lebih lambat dibandingkan dengan kran air yang luas penampangnya lebih kecil. Mengapa demikian? Jika kita mengacu pada hukum alam terkait fluida yang menjelaskan jika fluida yang bergerak mengalir dari titik satu ke titik lainnya mempunyai massa yang tidak akan bertambah dan juga tidak akan berkurang (kekal). Hukum itu dikenal dengan hukum kekekalan massa.
Coba kita perhatikan ilustrasi berikut ini:
Gambar 8. Perbedaan luas penampang
Dari gambar 6 di atas air atau fluida pada titik nomor 1 sama dengan air pada titik nomor 2 tetapi pada waktu yang berbeda. Pada titik nomor 1 dapat kita lihat luas penampangnya lebih besar, kemudian setelah fluida mengalir menuju titik nomor 2 yang memiliki luas penampang yang lebih sempit. Sudah dirumuskan sebelumnya bahwa kecepatan merupakan jarak dibagi waktu. Artinya semakin panjang suatu jarak yang ditempuh, maka pada waktu yang sama kecepatannya semakin besar. Sehingga dapat diketahui bahwa kecepatan pada titik nomor 2 lebih besar dari kecepatan pada titik nomor 1.
βPersamaan kontinuitas adalah suatu persamaan yang merelasikan antara kecepatan fluida pada satu tempat dengan tempat yang lain. Sebelum masuk ke persamaan tersebut, sebaiknya kita harus paham mengenai beberapa istilah dalam aliran fluida. Stream line atau garis alir, yang merupakan lintasan aliran fluida ideal (lunak). Garis singgung pada suatu titik pada garis alir akan menyatakan arah kcepatan fluida. Tabung air adalah kumpulan dari garis alir. Di tabung inilah fluida bisa masuk atau keluar melwati mulut tabung. Dalam hal ini fluida tidak boleh masuk dari sisi tabung karane bisa menyebabkan terjadinya perporongan garis alir.
Hal ini bisa menyebabkan aliran tidak menjadi lunak lagi
Sehingga secara matematis, persamaan di atas dapat dituliskan sebagai berikut:
π΄1π£1 = π΄2π£2
Dengan A merupakan luas permukaan dan v merupakan kecepatan fluida.
Sebelumnya diketahui bahwa perkalian A dan v disebut debit.
Sehinngga dapat dikatakan bahwa persamaan kontinuitas adalah βDebit suatu aliran tidak akan bertambah atau berkurang pada suatu sistem tertutup (jika tidak terdapat tambahan debit dari luarβ. Sebagai contoh kasus yang memuar persamaan kontinuitas yaitu:
Misalkan luas permukaan pada titik A adalah 2 m (π΄1 = 2 m2) dan kecepatan di titik 1 adalah 4 m/s (π1 = 4 m/s). Jika melewati titik B yang mempunyai luas permukaan kecil, maka berubah menjadi setengahnya yaitu, π΄1 = 1 m2 . Untuk
menghitung kecepatan di titik B sebagai berikut: 2 Γ 4 = 1 π₯ π2, sehingga dapat diperoleh π2 = 8 π/π .
Jika kita melilihat dari angka-angka ini bahwa ketika kita mengecilkan luas permukaan menjadi setengahnya (2 menjadi 1), maka kecepatan akan naik menjadi dua kali lipatnya (4 menjadi 8). Sehingga dapat dikatakan kecepatan berbanding terbalik dengan luas permukaanya, semakin kecil luas permukaan, kecepatan di tempat tersebut akan semakin besar.
Karena mempunyao alirannya lunak atai (steady) dan memiliki massa yang konstan, maka massa yang masuk penampang A1 harus sama dengan massa yang masuk penampang A2. Sehingga persamannya menjadi sebagai berikut
βπ1 = βπ2
π1π΄1π£1 = π2π΄2π£2 π1π΄2π£1 = π2π΄2π£2
Persamaan tersebut sering kita kenal dengan nama persamaan kontinuitas.
Karena telah disebutkan sebelumnya bahwa fluida itu inkonpresibel atau massa jenisnya tetap, maka dapat dituliskan sebagai sebagai berikut:
π΄1 π£1 = π΄2 π£2
Dari persamaan di atas, suatu perkalian antara luas penampang dan kecepatan fluida pada setiap titik sepanjang tabung adalah tetap. Persamaan di atas menunjukkan bahwa kecepatan fluida bertambah ketika melewati pipa kecil dan berkurang ketika melewati pipa yang lebar. Sebagi contohnya ketika orang yang berperahu disebuah sungai bisa merasakan arus yang lebih cepat atau deras pada saat sungai menyempit.
Kita kembali ke pengertian debit yang merupakan suatu perkalian antara luas penampang dan volume air atau fluida (A Γ v) Hal ini dinamakan laju aliran atau fluks volume dimana Q adalah jumlah fluida yang mengalir lewat suatu penampang tiap detik. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Q = A Γ v = V/t
Selain itu pada kran air terdapat fenomena lain yaitu ketika menutup keran secara cepat, apakah di kamar mandi terdengar bunyi benda di belakang dinding
menabrak sesuatu secara keras? Hal tersebut dinamakan water hammer atau palu air.
Perhatikan Gambar berikut!
Gambar 9. Ilustrasi water hammer
Jika ingat hukum III Newton, bahwa untuk setiap aksi timbul reaksi yang sama, maka anda pasti mengerti ketika air mengalir maka aliran tersebut memiliki energi kinetik. Energi ini baik-baik saja selama air dibiarkan mengalir, namun apa yang terjadi saat aliran ditutup secara cepat? Energi kinetik tersebut tidak bisa keluar melalui ujung aliran, sehingga energinya akan menyebar ke segala arah dalam bentuk tekanan. Tekanan ke segala arah ini, untungnya, cukup kecil untuk kran air di rumah. Tapi apa yang terjadi jika air ini mengalir dari sebuah pipa berdiameter besar dengan kecepatan tinggi? Silahkan lihat akibatnya pada gambar di bawah ini:
Gambar 10. Kerusakan akibat water hammer
Kerusakan yang diakibatkan water hammer, untuk kasus ini disebabkan oleh variannya yaitu steam hammer. Biasanya water hammer akan merusak siku-siku pipa karena di situlah arah tekanan menyebar paling besar dan ketahanan siku-siku pipa lebih rendah daripada pipa yang lurus. Water hammer juga bisa disebabkan pada pipa yang berada di puncak bukit. Apabila pompa yang memberikan suplai air ke lokasi di bawah bukit dimatikan dan saluran ditutup, maka akan terjadi kondisi vakum di dalam pipa karena air di tengah-tengah pipa masih mengalir ke bawah bukit karena gravitasi. Tentu saja, pipa yang vakum akan penyok karena tidak ada tekanan dari dalam pipa yang bisa menahan tekanan dari luar pipa. Nah untuk menanggulangi water hammer kita bisa menggunakan cara sebagai berikut:
ο· Membatasi tekanan di dalam aliran fluida dengan menggunakan regulator
ο· Mengurangi kecepatan aliran fluida di dalam pipa dengan mengatur besaran pipa dan besar debit fluida yang mengalir di dalamnya.
ο· Menggunakan valve yang berjenis slow closed / penutupan lambat
ο· Menggunakan pipa yang tahan tekanan tinggi (mahal ongkos pembuatannya)
ο· Melakukan prosedur pembukaan dan penutupan aliran dengan tepat
ο· Menggunakan alat hidropneumatik untuk menyerap tekanan yang berlebih
ο· Menggunakan water tower / menara air untuk menstabilkan debit aliran dan menangkap tekanan-tekanan berlebih (dalam sistem aliran air minum)
Nah itulah beberapa fenomena fisika yang sering kita lihat pada kran air..mudah bukan? S kita bisa belajar tanpa harus pergi jauh dari rumah. Masih banyak
Viandari, E. (2019). Keseimbangan Benda Tegar. [online]. Tersedia;
https://www.quipper.com/. [Diakses 20 November 2019]
Verotek. (2018) Fenomena Fluida. [online]. Tersedia;
https://verotekintiprima.co.id/. [Diakses, 3 Desember 2019]
Wiratama, C. (2017). Persamaan Kontinuitas (Persamaan Dasar Mekanika Fluida). [online]. Tersedia; http://aeroengineering.co.id/. [Diakses, 28 November 2019]
10. MISTERI SEBUAH PINTU