• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian Kreativitas Belajar

Kreativitas merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru.8

Sedangkan menurut Supriadi, kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya yang nyata yang

7

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 166-167.

8

Monthy P. Satiadarma & Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), h. 108.

relatif berbeda dengan apa yang telah ada.9 Dengan demikian, kreativitas merupakan hasil dari proses belajar yang dapat menghasilkan beberapa macam hal yang bersifat baru atau asli dan mempunyai nilai yang dapat berguna bagi peningkatan kehidupan manusia.

Sedangkan belajar merupakan suatu perubahan yang relatif tetap, yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Menurut Slameto, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.10

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas belajar adalah kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan mengembangkan informasi yang diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar yang berupa pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya ataupun dari sumber-sumber lain yang dapat mendorong perkembangan belajar peserta didik.

2. Ciri-Ciri Kreativitas

Sund dalam Slameto mengatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:11

1) Hasrat keingintahuan yang cukup besar 2) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru

9

Yeni Rachmawati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman

Kanak-Kanak (Cet. 1; Jakarta: Prenada Publishing, 2010), h. 13.

10

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Cet.5; Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 2.

11

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Cet.5; Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 147-148.

27

3) Panjang akal

4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti

5) Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit 6) Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan

7) Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas 8) Berpikir fleksibel

9) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban yang lebih banyak

10) Kemampuan membuat analisis dan sintesis 11) Memiliki semangat bertanya serta meneliti 12) Memiliki daya abstraksi yang cukup baik

13) Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas 3. Aspek-Aspek Kreativitas

Kreativitas belajar adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam dan orang lain.

Adapun aspek-aspek kreativitas adalah sebagai berikut :12

1) Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar kategori yang biasa. 2) Originality (keaslian), yaitu kemampuan memberikan respon yang unik atau

luar biasa.

12

Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Cet. IV; Jakarta: Rineka Cipta, 1997).

3) Elaboration (keterperincian), yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan.

4) Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan mengemukakan ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah.

4. Mengembangkan Kreativitas Anak

Kreativitas pada anak tumbuh dan berkembang, maka anda harus memberikan dorongan kepadanya untuk terbiasa merenung, menganalisis, mendengarkan, menyentuh atau memegang, dan lain sebagainya yang memungkinkan anak dengan sendirinya bangkit untuk memaksimalkan semua potensinya. Orang tua harus sepenuhnya memberikan apresiasi terhadap apapun yang dikatakan oleh anak, berbicara dengan penuh pengertian, dan memberikan dukungan dengan penuh cinta dan kasih sayang kepada anak.13 Hal tersebut sangat membantu anak untuk berproses dalam mengembangkaan kreativitasnya.

Kreativitas memang tidak dapat dipaksakan, tetapi harus dimungkinkan untuk tumbuh. Menurut pengalaman Rogers dalam psikoterapi, penciptaan kondisi keamanan dan kebebasan psikologis memungkinkan timbulnya kreativitas yang konstruktif.

a. Keamanan Psikologis

1) Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.

2) Mengusahakan suasana yang di dalamnya evaluasi eksternal tidak ada (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyaai efek mengancam). 3) Memberikan pengertian secara empatis (dapat ikut mengahayati).

13

29

b. Kebebasan Psikologis

Jika orang tua atau guru mengizinkan atau memberi kesempatan pada anak untuk bebas mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaannya, ini memberikan pada anak kebebasan dalam berpikir atau merasa sesuai apa yang ada di dalam dirinya.14

Strategi-strategi yang tim riset temukan untuk membantu pengembangan kreativitas murid-murid tersebut secara efektif mencakup:

1) Menggunakan humor (seorang guru menggunakan banyak teknik yang berbeda dalam satu mata pelajaran untuk membuat kelasnya tertawa, dari mencampur kata seperti “ dalsa” untuk salad, dan lain sebagainya.

2) Membujuk individu-individu secara akrab. 3) Menyebut individu-individu dengan nama.

4) Secara umum harapan guru yang tinggi mencakup dorongan positif untuk memperoleh jawaban benar yang (untuk sebagian besar murid-bukan untuk orang-orang yang berusaha keras).

5) Membuat langkah cepat.15

Kreativitas harus mampu ditumbuhkembangkan di setiap lingkungan yang akan dilalui oleh anak terutama lingkungan sekolah, Kreativitas belajar dalam konteks ini, berarti mampu membuat keterkaitan atas diri mereka sendiri, meghasilkan kombinasi-kombinasi baru, untuk mengaplikasikan imajinasi dalam bahasa yang mereka gunakan.

14

Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Cet. IV; Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 38-39.

15

Anna Craft, Me-Refresh Imajinasi dan Kreativitas Anak-Anak (Cet. I; London: Cerdas Pustaka, 2000), h. 10.

30 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini digunakan penelitian eksperimen dengan jenis penelitian Quasi Experimental. Adapun bentuk design quasi eksperimental yang digunakan adalah nonequivalent posttest-only control group design. Dalam design ini terdapat dua kelompok, kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak diberi perlakuan X. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol.1 Kelompok eksperimen diberikan perlakuan yaitu pembelajaran dengan menerapkan kegiatan outdoor learning dan kelompok kontrol diberikan perlakuan yaitu pembelajaran dengan menerapkan kegiatan indoor learning. Setelah kedua kelompok diberikan perlakuan yang berbeda, maka keduanya diberikan post test.

Desain Quasi Experimental bentuk nonequivalent posttest-only control group design dapat digambarkan sebagai berikut :

X O - - -

O Gambar 3.1

Nonequivalent Posttest-Only Control Group Design Keterangan:

1Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan Matematika (Cet. II; Bandung: PT RafikaAditam, 2017), h. 136.

31

X = Perlakuan/ treatment yang diberikan (variabel independen) O = Posttest (variabel dependen)2

Desain ini hampir sama dengan the randomized posttest-only control group design. Perbedaan yang mendasar antara kedua desain tersebut terletak pada teknik pengambilan sampelnya. Pada nonequivalent posttest-only control group design sampel yang diambil, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara acak (random). Teknik sampling yang paling mungkin dilakukan menggunakan desain ini yaitu purposive sampling.3

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 15 Jolle yang berlokasi di Desa Umpungeng, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng. Lokasi tersebut dipilih atas dasar pertimbangan keterjangkauan lokasi, baik dari segi waktu, biaya, maupun tenaga yang diperlukan untuk mengumpulkan data.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, tehnik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

2Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan Matematika, h. 136.

3Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan Matematika, h. 136-137.

ditetapkan.4 Proses penelitian bersifat deduktif, dimana untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis.

A. Populasi dan Sampel

Dokumen terkait