• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1.4. Kreativitas dalam Dimensi Psikomotor

Penilaian kreativitas dalam dimensi psikomotor meliputi penilaian terhadap kegiatan menyusun tujuan praktikum, menyusun langkah kerja, menggunakan peralatan praktikum kreatif, membaca hasil praktikum atau pengukuran, kelengkapan data yang diukur dan kesesuaian dengan tujuan

64

praktikum, serta kecepatan mengerjakan praktikum. Penilaian dilakukan dengan menggunakan metode observasi selama pembelajaran berlangsung. Hasil observasi dan analisis data disajikan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Rekapitulasi Nilai Kreativitas Siswa dalam Dimensi Psikomotor

Keterangan Topik I Topik II Nilai rata-rata Nilai rata-rata K re at iv it as d al am d im ens i p si kom ot or

1. Menyusun tujuan praktikum 70 93,3

2. Menyusun langkah kerja 63.3 73,3

3. Menggunakan peralatan

praktikum kreatif 36,7 100

4. Membaca hasil praktikum

/pengukuran 80 73,3

5. Kelengkapan data yang diukur dan kesesuaian dengan tujuan praktikum 83,3 83,3 6. Kecepatan mengerjakan praktikum 43.3 66,7 Rata-rata 62,78 81,67 Nilai tertinggi 77,78 88,89 Nilai terendah 50 72,22 Nilai rata-rata 62,78 81,67 Ketuntasan klasikal (%) 20 80

Gain score(g) 0,301 (sedang)

Hasil perhitungan nilai ini dikategorikan seperti disajikan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Kategori Kreativitas dalam Dimensi Psikomotor

Kategori

Topik I Topik III Jumlah siswa (%) Jumlah siswa (%) Sangat Kreatif 0 20 Kreatif 20 60 Cukup Kreatif 50 20 Kurang Kreatif 30 0 Tidak Kreatif 0 0

65

Berdasarkan hasil pengamatan pada topik I, aspek menyusun tujuan praktikum, menyusun langkah kerja dan menggunakan peralatan kreatif belum memenuhi indikator ketuntasan. Hasil ini disebabkan siswa belum terlatih untuk bekerja melalui proses kreatif sehingga siswa kurang memiliki inisiatif dalam melakukan kegiatan praktikum. Hal ini sejalan dengan pendapat Simpson bahwa kreativitas dalam taksonomi kemampuan psikomotor mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri (Dimyati, 2010: 27-29). Pada topik III aspek-aspek tersebut meningkat karena siswa telah memiliki inisiatif untuk melahirkan pola-pola kerja sendiri.

Aspek membaca hasil praktikum/pengukuran dan kelengkapan data yang diukur pada topik I telah mencapai indikator ketuntasan karena alat pengukuran yang digunakan memiliki skala yang jelas dan mudah digunakan siswa. Pada topik 1 siswa mengukur volume menggunakan gelas ukur berskala dan mengukur waktu menggunakan stopwatch. Ketelitian pengukuran dipengaruhi oleh kemampuan siswa dalam penggunaan alat ukur. Hal ini sejalan dengan pendapat Dimyati (2009: 144) bahwa mengukur merupakan kegiatan membandingkan sesuatu yang diukur dengan satuan ukur tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan mengukur erat kaitannya dengan penggunaan alat ukur. Sedangkan pada topik III aspek membaca hasil praktikum/pengukuran mengalami penurunan, hal ini dikarenakan siswa menggunakan skala yang kecil yaitu millimeter dalam mengukur diameter selang menggunakan penggaris. Siswa kesulitan sehingga ketelitian siswa dalam pengukuran kurang.

66

Pada topik I, nilai aspek kecepatan mengerjakan praktikum belum memenuhi indikator ketuntasan karena banyak kelompok yang belum dapat menyelesaikan praktikum sehingga guru memberikan waktu tambahan sampai semua siswa selesai melakukan praktikum. Guru berusaha menghindari kegiatan yang dapat membatasi pertumbuhan kreativitas siswa yaitu dengan membatasi waktu praktikum. Hal ini karena menurut Satiadarma (2003: 117), untuk menjadi kreatif, kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga hanya sedikit waktu bebas bagi mereka untuk bermain-main dengan gagasan-gagasan dan konsep-konsep den mencobanya dalam bentuk baru dan orisinil. Pada topik III, kreativitas siswa sudah mulai terbentuk sehingga siswa lebih cepat dalam mengerjakan praktikum meskipun beberapa kelompok masih memerlukan waktu tambahan untuk menyelesaikan praktikum.

Pada topik III, aspek penggunaan alat praktikum yang dibuat siswa sendiri secara kreatif semakin meningkat. Hal ini karena guru selalu memberi dorongan, bimbingan serta berusaha memfasilitasi siswa untuk menghasilkan suatu produk secara kreatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Satiadarma (2003: 10) bahwa pengembangan kreativitas dalam dimensi psikomotorik dilakukan dengan menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memungkinkan siswa mengembangkan keterampilannya dalam membuat karya-karya yang produktif dan inovatif.

Kegiatan laboratorium yang dilakukan merupakan kegiatan pendalaman materi dengan memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam pembelajaran sehingga materi akan lebih mudah diingat dan bertahan lama. Hal

67

ini sejalan dengan pendapat Mundilarto (2003: 6) bahwa siswa dapat belajar dengan lebih mudah tentang sesuatu hal yang nyata dan dapat diamati melalui pancainderanya. Dengan menggunakan pengalamannya siswa sedikit demi sedikit dapat mengembangkan kemampuannya untuk memahami konsep-konsep yang abstrak serta memanipulasi simbol-simbol, berpikir logis, dan melakukan generalisasi. Kebanyakan siswa sangat tergantung pada kehadiran contoh-contoh konkret terutama tentang ide-ide baru. Selain itu menurut Mundilarto (2002: 24), melalui kegiatan, misalnya kegiatan laboratorium, siswa dapat mempelajari sains melalui pengamatan langsung terhadap gejala-gejala maupun proses sains, dapat melatih keterampilan ilmiah, dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah. Hal inilah yang menyebabkan peningkatan kreativitas dalam dimensi psikomotorik.

Kreativitas siswa dalam aspek psikomotorik dari topik I ke topik III dalam pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok pada materi fluida dinamis mengalami peningkatan dengan kriteria sedang. Hal ini disebabkan oleh dorongan guru terhadap kreativitas siswa melalui kegiatan praktikum. Dorongan guru dilakukan dengan cara memberikan kebebasan pada siswa untuk menentukan alat yang akan digunakan dalam kegiatan praktikum bahkan siswa diperkenankan membuat alat sendiri serta diberi kebebasan dalam menentukan langkah kerja dan cara analisis data. Siswa tidak terpaku pada satu cara yang ditentukan guru dalam melakukan kegiatan praktikum sehingga kreativitas siswa dapat meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat Arasteh bahwa salah satu hambatan kreativitas adalah apabila pekerjaan menuntut

68

konformitas dengan pola standar serta keharusan mengikuti perintah dan peraturan tertentu, sebagaimana halnya dengan kebanyakan pekerjaan rutin, hal itu akan membekukan kreativitas (Satiadarma, 2003: 114).

Selain itu menurut Munandar (2009: 46), anak perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif untuk mengembangkan kreativitas. Pendidikan hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif, dengan membantu mengusahakan sarana dan prasarana yang diperlukan.