• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: LANDASAN TEORI

G. Kreativitas dan Inovatif

Kreatif adalah memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan (Kurniawan, 2015:19). Orang berusaha berpikir kreatif karena adanya keinginan yang kuat pada pribadinya untuk menghasilkan sesuatu kemajuan, akibat dari adanya dorongan untuk berprestasi tinggi, serta adanya kesadaran akan pentingnya sesuatu yang baru tersebut. (Riani Laksmi Asri, dkk, 2014:55).

Bagi seorang wirausaha, kreativitas adalah modal penting. Sebagai wirausaha, setiap saat harus siap menghadapi persaingan. Oleh sebab itu menjadi seorang wirausaha hrus mampu berpikir kreatif. Tanpa kreativitas wirausaha tidak akan mampu berkembang dan mempertahankan bisnisnya.

2. Pentingnya Kreativitas

Menurut (Kurniawan, 2015:18), kreativitas menjadi penting karena: a. Wirausaha yang kreatif mampu mengeluarkan produk yang belum dibuat di pasar. Di sini wirausaha tak harus menjadi penemu, tetapi menjadi jembatan antara penemuan dengan pasar. Mampu memberikan arahan pada para penemu, dan mengemasnya sebagai produk komersial yang harganya terjangkau dan mampu diterima konsumen.

b. Dengan menjadi manusia kreatif menjadikan wirausahawan menjadi pemimpin bukan peniru. Pemimpin pasar adalah orang yang disegani dan memiliki citra positif. Wirausahawan menjadi legenda, kemungkinan produk dapat ditiru, tetapi pengikut tak mampu membuat yang lebih bagus dari sang pioneer.

c. First mover. Dengan kreativitas, menjadikan wirausahawan sebagai

market leader, dan siap dengan ide atau gagasan-gagasan baru.

d. Kreativitas akan mencari cara atau solusi membuka terobosan baru, dan menciptakan pembeda yang menonjol dan disukai pasar.

e. Kreativitas bermula dari sebuah ide yang muncul dari pengamatan terhadap keadaan sehari-hari di sekitar wirausahawan.

3. Ciri-ciri Kreatif

Menurut A. Roe (dalam Basrowi, 2011: 38-39), manusia kreatif mempunyai ciri-ciri:

a. Keterbukaan dalam pengalaman;

b. Melihat sesuatu dengan cara yang tidak biasa; c. Keingintahuan;

d. Menerima dan menyesuaikan yang kelihatannya berlawanan; e. Dan menerima perbedaan;

f. Percaya pada diri sendiri; g. Tekun;

h. Berani mengambil resiko; dan

4. Hambatan-hambatan dalam berpikir kreatif

Menurut (Riani Laksmi Asri, dkk, 2014:67-68), hambatan- hambatan dalam berpikir kreatif sebagai berikut:

a. Hambatan yang berasal dari dalam diri yaitu:

1) Hambatan emosional (emotional barriers), yaitu ketidak mampuan berpikir kreatif akibat perasaan-perasaan tertentu yang menganggu, misalnya adanya perasaan takut berbuat salah, takut dianggap bodoh, takut gagal, takut ditertawakan orang, takut mendapatkan kritikan yang berlebihan, takut menghadapi kebingungan, dan takut berbeda dengan orang lain. Perasaan-perasaan tersebut menyebabkan individu kurang mampu mengeluarkan ide-ide yang mungkin sangat baik yang ada dalam pikirannya.

2) Hambatan persepsi (perceptual barries), yaitu hambatan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual, di mana individu kurang mampu mempersepsikan masalah yang dihadapi secara jelas dan benar, misalnya dalam memandang masalah dari satu segi saja, kurang memperhatikan pemecahan masalah dari aspek-aspek yang lain. Juga karena kebiasaan yang dilakukan individu hanya memandang masalah dari unsur-unsur yang pokok saja, sehingga yang lain tidak terjangkau.

3) Hambatan yang dipelajari (learned barries), yaitu hambatan berpikir kreatif karena terpaku pada apa yang dipelajari.

b. Hambatan yang berasal dari luar diri antara lain: 1) Hambatan karena kebudayaan

Kebudayaan yang dianut oleh anggota masyarakat misalnya aturan- aturan yang berlaku, pedoman, nilai yang dianut oleh warga sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir kreatif warganya. Pandangan mensyaratkan bahwa berfantasi adalah waktu yang terbuang, permainan itu hanya bagi anak-anak saja, pendapat yang diterima adalah yang logis beralasan dan disertai angkat saja, sedang yang bersifat intuitif, kesenangan, humor adalah masalah yang tidak perlu mendapat pemecahan merupakan aspek kebudayaan yang menghambat kreativitas.

2) Hambatan yang berasal dari lingkungan kerja

Kemampuan berpikir kreatif dapat dipengaruhi oleh lingkungan kerja individu yang bersangkutan, misalnya atasan dan teman- temannya. Atasan atau pemimpin yang kurang menghargai pemikiran bawahan akan mengurangi kreativitas bawahan tersebut dalam bekerja, misalnya gagasan baru yang dimunculkan selalu ditolak atau disalahkan. Demikian juga atasan yang bersifat otoriter, tidak memberi kesempatan kepada bawahan untuk menciptakan cara kerja baru. Selain atasan teman-teman kerja karyawan juga berpengaruh terhadap kemunculan ide-ide kreatif dari seseorang. Ide yang tidak mendapat sambutan, penghargaan,

bahkan ide tersebut ditertawakan atau diejek akan menimbulkan keengganan bagi seseorang untuk memunculan ide baru.

c. Hambatan yang berasal dari lingkungan keluarga

Keluarga adalah tempat anak-anak mula-mula belajar mengemukakan pendapat atau ide-ide mulai dari yang paling sederhana sampai ide yang paling tinggi (kompleks). Bila orang tua kurang memberikan kesempatan kepada anak untuk berpikir kreatif maka dorongan anak untuk berpikir kreatif akan hilang karena takut disalahkan, ditertawakan, atau dianggap aneh-aneh.

5. Sedangkan menurut (Basrowi, 2011:42), hambatan dalam berpikir kreatif adalah adanya pembatasan-pembatasan dalam berpikir. Pembatasan- pembatasan tersebut adalah pembatasan situasi dan pembatasan mental. Pembatasan situasi adalah pembatasan yang nyata, misalnya keterbatasan uang, umur, waktu, fisik, pendidikan, dan norma dalam masyarakat. Semua itu adalah fakta yang membatasi proses berpikir kreatif seseorang. Pembatasan mental adalah pikiran-pikiran yang membatasi proses berpikir kreatif seseorang. Misalnya kekhawatiran seseorang tentang dana terbatas, waktu yang tidak cukup, pihak lain yang enggan membantu, dan sebagainya.

6. Pengertian Inovatif

Inovasi adalah suatu proses mengubah peluang menjadi gagasan atau ide-ide yang dapat dijual dan merupakan hal atau trobosan baru. Sedangkan kemampuan inovatif adalah seorang wirausahawan merupakan

proses mengubah peluang atau gagasan dan ide-ide yang dapat dijual. (Basrowi, 2011:35).

7. Pentingnya Inovatif

Apabila wirausahawan ingin sukses dan terus dapat menjalankan usahanya, ia harus membuat produk-produk yang dihasilkan dengan inovasi-inovasi baru sebab dalam dunia bisnis pada zaman sekarang, produk-produk dan pelayanannya tanpa adanya inovasi tidak akan berkembang dan tidak akan mungkin sukses dalam berwirausaha. Keterlambatan berinovasi dalam produk dan pelayanan akan mengakibatkan kegagalan bagi seorang wirausaha. Dengan adanya bisnis, akan membawa perkembangan dan perubahan dalam otonomi menurut Joseph Schumpeter (dalam Basrowi, 2011:35).

Menurut basrowi, ada beberapa hal yang harus dijadikan dasar untuk meningkatkan kemampuan inovatif produk dan pelayanannya, antara lain sebagai berikut:

a. Berorientasi kepada tindakan untuk selalu berinovasi.

b. Membuat produk dengan penuh inovatif dengan proses secara sederhana dan dapat dipahami serta dikerjakan.

c. Memulai membuat produk dengan inovatif yang terkecil. d. Menentukan tujuan dalam berinovatif.

e. Menjalankan uji coba dan revisi.

f. Mulailah belajar berinovasi dari pengalaman.

h. Menghargai karyawan yang mempunyai gagasan dalam berinovatif. i. Mempunyai keyakinan dan bekerja dengan penuh inovatif.

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inovatif

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan inovatif seseorang wirausahawan adalah keinginan untuk berprestasi, pemasaran, resiko, pendidikan, pengalaman, dan lain sebagainya. Adanya inovasi yang berasal dari orang lain akan memicu seseorang untuk berusaha agar bisnisnya berhasil (Basrowi, 2011:36).

9. Prinsip-prinsip Inovatif

Prinsip-prinsip inovatif menurut (Basrowi, 2011:37), sebagai berikut:

a. Keharusan menganalisis peluang

Semua sumber peluang inovatif harus dianalisis secara sistematis, tujuannya adalah mencari peluang yang benar-benar sesuai dengan inovasi yang akan dilakukan.

b. Keharusan memperluas wawasan

Makin banyak hal-hal baru yang kita dapatkan maka makin mudah bagi lita untuk mencari gagasan yang inovatif, memperluas wawasan dapat dilakukan dengan cara lebih banyak membaca, mendengar dan merasakan.

c. Keharusan untuk bertindak efektif

Syarat bagin keefektifan sebuah inovasi adalah kesederhanaan sehingga

d. Keharusan untuk tidak berpikir muluk

Memiliki impian yang besar memang bagus, hal ini merupakan sumber inspirasi untuk melakukan sebuah inspirasi, tetapi akan lebih baik jika dari hal-hal yang lebih kecil dahulu.

Dokumen terkait