• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kreativitas Guru Pada Umumnya

3. Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Kreativitas sangat dibutuhkan bagi seorang guru, karena bila seorang guru kreatif maka akan memberikan dampak yang positif pula pada para murid. Kreativitas guru merupakan hal penting dalam pembelajaran dan bahkan dapat menjadikan pintu masuk dalam upaya meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa (Agung, 2010: 23).

Widiasworo (2014: 58) menguraikan bahwa guru kreatif adalah guru yang selalu menggunakan ide-ide/gagasan-gagasan baru dalam menyajikan pembelajaran di kelas sehingga lebih menarik dan siswa tidak merasa bosan.

Guru harus kreatif dalam merancang dan menyiapkan materi pelajaran, kreatif dalam pengelolaan kelas, kreatif dalam pemanfaatan waktu, kreatif dalam penggunaan metode pembelajaran, kreatif dalam penggunaan media pembelajaran, serta kreatif dalam mengembangkan alat evaluasi. Jika seorang guru dapat kreatif

atas hal-hal tersebut pasti siswa akan semangat dalam belajar, dengan demikian apa yang diharapkan akan tercapai.

Kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru, baik yang benar-benar baru sama sekali maupun yang merupakan modifikasi atau perubahan dengan mengembangkan hal-hal yang sudah ada. Bila konsep ini dikaitkan dengan kreativitas guru, guru yang bersangkutan mungkin menciptakan suatu strategi mengajar yang benar-benar baru dan orisinil (asli ciptaan sendiri), atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai strategi yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian kreativitas guru adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gaya hidup,gagasan, proses maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya.

b.Ciri-ciri Guru Kreatif

Widiasworo (2014: 69-70) menguraikan ciri-ciri guru kreatif, antara lain: 1. Fleksibel. Guru yang tidak kaku, luwes, dan dapat memahami kondisi anak

didik, memahami cara belajar mereka, serta mampu mendekati anak didik melalui berbagai cara sesuai kecerdasan dan potensi masing-masing anak. 2. Optimistik. Keyakinan yang tinggi akan kemampuan pribadi dan keyakinan

akan perubahan anak didik ke arah yang lebih baik melalui proses interaksi guru-murid yang akan menumbuhkan karakter yang sama terhadap anak tersebut.

3. Respek. Rasa hormat yang senantiasa ditumbuhkan di depan anak didik akan dapat memicu dan memacu mereka untuk lebih cepat tidak sekedar memahami pelajaran, namun juga pemahaman yang menyeluruh tentang berbagai hal yang dipelajarinya.

4. Cekatan, dinamis, aktif, eksploratif dan penuh inisiatif. Kondisi ini perlu diimbangi oleh anda sebagai pengajarnya sehingga anda mampu bertindak sesuai kondisi yang ada.

5. Humoris. Meskipun tidak semua orang mempunyai sifat humoris, sifat ini dituntut untuk dimiliki seorang pengajar. Karena pada umumnya, anak-anak suka sekali dengan proses belajar yang menyenangkan, termasuk dibumbui dengan humor. Secara tidak langsung, hal tersebut dapat mengaktifkan kreativitas otak kanan mereka.

6. Inspiratif. Meskipun ada panduan kurikulum yang mengharuskan semua peserta didik mengikutinya, guru harus menemukan banyak ide dari hal-hal baru yang positif di luar kurikulum. Ia dapat membuat anak didik terinspirasi untuk menemukan hal hal yang baru dan lebih memahami informasi-informasi pengetahuan yang disampaikan gurunya.

7. Lembut. Di mana pun guru yang bersikap kasar, kaku, atau emosional, biasanya mengakibatkan dampak buruk bagi peserta didiknya, dan sering tidak berhasil dalam proses mengajar kepada anak didik. Pengaruh kesabaran, kelembutan, dan rasa kasih sayang akan lebih efektif dalam proses belajar mengajar dan lebih memudahkan munculnya solusi atas berbagai masalah yang muncul.

8. Disiplin. Disiplin disini tidak hanya soal ketepatan waktu, tapi mencakup berbagai hal lain, sehingga, guru mampu menjadi teladan kedisiplinan. Contoh disiplin dalam waktu, menyimpan barang, belajar, dan sebagainya. Dengan demikian akan timbul pemahaman yang kuat pada anak didik tentang pentingnya hidup disiplin.

9. Responsif. Ciri guru yang professional antara lain cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik pada anak didik, budaya, sosial, ilmu pengetahuan maupun teknologi dan lain-lain.

10.Empatik. Setiap anak mempunyai karakter yang berbeda-beda, cara belajar dan proses penerimaan serta pemahaman terhadap pelajaran pun berbeda-beda. Oleh karena itu seorang guru dituntut mempunyai kesabaran lebih dalam memahami keberagaman tersebut sehingga biasa lebih memahami kebutuhan-kebutahan belajar mereka.

11.Menjadi teman. Jangan membuat jarak dengan anak didik hanya karena posisi anda sebagai guru. Jika kita dapat menjadi teman mereka akan menghasilkan emosi yang lebih kuat daripada sekedar hubungan guru-murid. Sehingga anak-anak akan lebih mudah beradaptasi dalam menerima pelajaran dan bersosialisasi dengan lingkungan.

Selain itu, seorang guru yang kreatif mestilah bersifat ikhlas, cinta, kasih sayang, selektif, inovatif, objektif, persuasif, sabar, visioner dan missioner, rendah hati, menghargai proses, menyenangi kegiatan mengajar, konsisten dan komitmen dalam bertindak, memiliki pengetahuan yang luas, haus akan pengetahuan, memiliki semangat pantang menyerah dan lain-lain.

Guru yang kreatif dapat dicirikan dari kemampuannya dalam melaksanakan tugas secara profesional. Menurut Naim (2011: 138-139) ada sembilan ciri guru kreatif, yaitu: (1) Mampu mengekspos siswa pada hal-hal yang bisa membantu mereka dalam belajar, (2) Mampu melibatkan siswa dalam segala aktivitas pembelajaran, (3) Mampu memberikan motivasi buat siswa baik secara verbal maupun non verbal, (4) Mampu mengembangkan strategi pembelajaran (penerapan pendekatan metode, model dan tekhnik) dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan karakter materi, (5) Mampu menciptakan pembelajaran yang joyful, (6) Mampu berimprovisasi dalam proses pembelajaran,

(7) Mampu membuat dan mengembangkan media pembelajaran yang menarik, (8) Mampu membuat dan mengembangkan bahan ajar yang variatif, (9) Mampu menghasilkan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran.

Menurut Agung (2010: 69-79) menguraikan ciri-ciri guru kreatif yaitu: (1) Mampu menciptakan ide baru. Guru bisa menemukan sebuah ide baru yang dapat bermanfaat bagi siswa, (2) Tampil beda. Sesuatu yang baru di mana belum pernah dipikirkan atau dilakukan oleh guru-guru yang lain, (3) Fleksibel. Guru yang tidak kaku tetapi mempunyai prinsip dan memahami karakter siswa, memahami gaya belajar siswa dan memahami apa yang diharapkan oleh siswa, (4) Mudah bergaul. Guru tidak boleh terlalu menjaga gengsi karena hal ini akan membuat siswa enggan dan takut mendekati. Hendaklah menempatkan siswa di hati kita sebagai teman dan sahabat, dengan begitu siswa akan lebih dekat dan merasa bahwa kita itu lebih, bersahabat, (5) Menyenangkan. Siswa pasti suka dengan guru yang menyenangkan dan memiliki selera humor tapi tidak berlebihan dan tidak kurang, sehingga

pembelajaran tidak terlalu tegang, (6) Suka melakukan eksperimen. Guru suka melakukan eksperimen atau uji coba metode pembelajaran atau hal yang lain, untuk meningkatkan kemampuannya menjadi seorang guru.

Soebachman (2014: 111-112) menguraikan cara mengembangkan kreatif mengajar yaitu: (1) Rajin mengumpulkan ide-ide yang muncul dan akan dilaksanakan pada saat yang tepat atau membutuhkan, (2) Rutin mencari referensi yang menyangkut dengan cara mengajar yang baik dan benar dari berbagai sumber, (3) Mengikuti seminar atau workshop pendidikan sehingga menambah ilmu dan

bisa belajar dari pengalaman rekan sesama guru, sehingga dapat saling sharing.

Dengan demikian, seorang guru harus menyadari pentingnya mengembangkan kreativitas, sebab kreativitas amat diperlukan dalam mengajar supaya cara mengajar tidak monoton, tidak membuat anak didik merasa cepat bosan dan lain sebagainya. Oleh karena itu guru yang kreatif akan sukses dalam mengajar dan disukai oleh anak didik, sebab guru yang penuh dengan kreativitas akan menciptakan suasana belajar yang dinamis dan menyenangkan.

c. Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkain perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Daryanto, 2010: 199).

Proses belajar mengajar sesuai dengan perkembangan guru tidak hanya memberikan informasi terhadap siswa agar dapat belajar secara efektif dan

mengevaluasi dari keseluruhan proses belajar-mengajar. Jadi dalam situasi dan kondisi bagaimanapun guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar tidak terlepas dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi karena guru yang baik harus mampu berperan sebagai pendidik, pembimbing, motivator, organisator, evaluator dan lain sebagainya (Mulyasa, 2011).

Dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar diperlukan guru-guru yang profesional dan kreatif serta memiliki kemampuan yaitu kemampuan membantu siswa belajar efektif sehingga mampu mencapai hasil yang optimal.

Menurut Agung (2010: 38-63) dalam proses-belajar mengajar meliputi beberapa aspek yaitu:

1) Bahan/materi pelajaran

Dalam hal ini guru merencanakan dan mempersiapkan bahan/materi pelajaran yang relevan dengan tujuan, sehingga memungkinkan siswa dapat memahami isi materi yang disampaikannya; memilih materi pelajaran yang sesuai dengan taraf kemampuan siswa dan mudah diterima oleh para siswa; materi pelajaran yang dapat membangkitkan perhatian dan motivasi belajar melalui contoh, ilustrasi, gaya bahasa yang digunakan dan lain sebagainya sehingga proses pembelajaran dapat terarah baik dan efektif.

2) Media pembelajaran

Apabila bahan/materi pelajaran membutuhkan bantuan media, guru harus mengkaji hal-hal yang terkait dengan penggunaan media pembelajaran, mulai dari bahan/materi pelajaran, tujuan pembelajaran, upaya membangkitkan perhatian dan motivasi siswa, melibatkan keaktifan siswa. Penggunaan alat

peraga atau media akan memperlancar tercapainya tujuan pembelajaran. Guru diusahakan untuk selalu menciptakan media pembelajaran sehingga akan lebih menarik perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Penggunaan media/alat peraga yang menarik dan yang belum pernah dipakai, hal ini akan membangkitkan motivasi belajar siswa. Diusahakan seorang guru mampu menciptakan alat peraga sendiri yang lebih menarik dibandingkan dengan alat peraga yang dibeli dari toko walaupun bentuknya lebih sederhana.

3) Metode pembelajaran

Guru perlu menggunakan metode pembelajaran yang variatif (diskusi kelompok, simulasi, menonton film, ceramah, dan lain sebagainya) dan sesuai kebutuhan, sehingga proses pembelajaran tidak berjalan kaku, searah dan membosankan siswa. Metode yang digunakan guru dalam mengajar akan berpengaruh terhadap lancarnya proses belajar mengajar, dan menentukan tercapainya tujuan dengan baik. Untuk itu diusahakan dalam memilih metode yang menuntut keaktifan siswa dan membangkitkan semangat siswa dalam belajar. Metode di atas dapat menjadi alternatif pilihan guru dalam proses belajar mengajar di kelas.

4) Model pembelajaran

Dalam proses pembelajaran selain menggunakan metode pembelajaran, guru dapat juga menggunakan model-model pembelajaran misalnya model “Role

Playing” yang langkah-langkahnya adalah: (a) Guru menyusun/menyiapkan

skenario yang akan ditampilkan, (b) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kegiatan belajar mengajar, (c) Guru

membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang, (d) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai, (e) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan, (f) Masing-masing siswa duduk di kelompoknya sambil memerhatikan/mengamati skenario yang sedang diperagakan, (g) Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas, (h) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya, (i) Guru memberikan kesimpulan secara umum, (j) Evaluasi, (k) Penutup. Dengan menerapkan model pembelajaran yang variasi ini diharapkan kegiatan proses pembelajaran tidak monoton dan membosankan bagi siswa.

5) Pengelolaan kelas

Guru hendaknya merancang pula pengelolaan kelas sesuai dengan materi, tujuan dan kebutuhan yang dihadapi siswa, serta mengkaji bentuk pengelolaan kelas dan menentukan sesuai dengan bahan/materi pelajaran yang akan disampaikan, dalam bentuk klasikal/kelas, berkelompok, berpasangan, perseorangan dan lain sebagainya.

Berkaitan dengan ini, guru dituntut untuk mewujudkan gagasan/ide dan perilaku kreatif, baik dalam merencanakan atau menyiapkan materi dan metode mengajar, media pelajaran, pengelolaan kelas dan lain sebagainya dalam proses belajar-mengajar. Guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya mengantarkan siswa ke taraf yang dicita-citakan.

Dengan demikian guru yang memiliki kreativitas dalam proses belajar- mengajar akan kreatif dan variatif dalam menggunakan metode dan media pembelajaran, mampu mengajar dengan baik, penuh semangat sehingga berdampak pada siswa yakni siswa akan termotivasi untuk tekun dan semangat dalam belajar, minat belajar, setia dan senang bekerja mandiri, perhatian dalam pelajaran, memperoleh prestasi belajar yang baik untuk mencapai cita-cita hidupnya.

Dokumen terkait