PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI DAN
XII PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA SANG TIMUR YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Margaretha Dhone NIM: 101124021
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI DAN
XII PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA SANG TIMUR YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Margaretha Dhone NIM: 101124021
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
P E R S E M B A H A N
Skripsi ini kupersembahkan kepada seluruh anggota Kongregasi Suster Sang
Timur yang telah memberikan kesempatan untuk menjalani tugas perutusan studi
di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan
Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Kepada para dosenku yang dengan setia membimbing dan menuntun saya selama
studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi
PendidikanKekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Kepada siapa saja yang telah ikut membantu dan mendukung saya dengan penuh
v
MOTTO
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku”
(Filipi, 4: 13)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 27 November 2014
Penulis,
vii
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Margaretha Dhone
Nomor Mahasiswa : 101124021
Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada pepustakaan
Univesitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:
PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PROSES BELAJAR- MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI DAN XII PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA SANG TIMUR YOGYAKARTA
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun
memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 27 November 2014
Yang menyatakan,
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI DAN XII PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA SANG TIMUR YOGYAKARTA. Penulis memilih judul ini untuk mengetahui sejauh mana kreativitas guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur dalam proses belajar mengajar, sehingga memberi pengaruh terhadap motivasi belajar siswa SMA Sang Timur. Motivasi belajar adalah suatu kebutuhan yang muncul dalam diri yang membuat siswa senang belajar, mampu mengatasi masalah dalam belajar demi mencapai tujuan belajar. Motivasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kreativitas guru. Kreativitas guru adalah kemampuan seorang guru untuk melahirkan sesuatu yang baru maupun mengembangkan hal-hal yang sudah ada untuk memberikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Kreativitas guru mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar siswa yakni dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Kreativitas berdampak pada motivasi, sehingga dikembangkan hipotesis sebagai berikut: Ho: Tidak ada pengaruh kreativitas guru terhadap motivasi belajar siswa SMA Sang Timur Yogyakarta, Ha: terdapat pengaruh kreativitas guru terhadap motivasi belajar siswa SMA Sang Timur Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif berbentuk regresi. Penelitian ini bersifat populatif, artinya seluruh siswa SMA Sang Timur Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 khususnya siswa kelas XI dan XII yang berjumlah 98 orang hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa siswa kelas X adalah siswa baru. Instrumen yang digunakan ialah skala sikap yang dikembangkan dalam 25 pernyataan yang berkaitan dengan kreativitas guru dan 25 pernyataan motivasi belajar siswa. Dari 98 responden, data yang bisa diolah sebanyak 93, sedangkan 5 data tidak ada karena siswanya sakit dan ijin tidak masuk sekolah. Dari hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5%, N 93 orang dengan nilai kritis 0,205 diperoleh 0,42-0,72 yang menyatakan semua item adalah valid. Sedangkan dari uji reliabilitas diperoleh alpha sebesar 0,595, dengan demikian dinyatakan bahwa butir-butir instrumen dinyatakan reliabel.
ix
ABSTRACT
The title of this small writing research is: THE EFFECT OF TEACHER’S CREATIVITY IN LEARNING PROCESS TO MOTIVATE THE STUDENT CLASS XI AND XII TO STUDY THE SUBJECT OF CATHOLIC RELIGION LESSON IN SANG TIMUR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA. The purpose of this writing is to know the creativity of teacher in learning process in order to motivate the students of Sang Timur high school. The motivation of learning is needed. It arises in the life of student which make them enjoy to learn and help them to cope with the problems of learning. The tmotivation of learning is influenced by various aspects. One of them is the creativity of the teacher. Teacher’s creativity is the ability of a teacher to innovate and transfer the knowledge to the student in the school. The creativity of teacher have an effect to the learning motivation of student. It can help the student to have an achievement. The creativity is affected on the motivation of student. It influenced the author to developed the
following hypothesis: Ho: There is no effect of teacher’s creativity to the student’s motivation Sang Timur high school Yogyakarta. Ha: There is the impact of
teacher’s creativity on student’s motivation Sang Timur high school Yogyakarta.
The type of research is a quantitative form of regression. The research is populatif, meaning that all high school student of Sang Timur in the school year of 2014/2015, especially class XI and XII, which amount 98 student. It is based on the consideration that the class X is a new student. The tools for research is the attitude scale which developed in 25 statements related to the creativity of teacher and 25
student’s motivation statement. Out of 98 respondent, the data can be processed is 93, mean while 5 data could not be processed for the student were sick and absent. The validity of test is 5% significance level, N 93 student with the critical value of 0,205. It was obtained 0,42 to 0,72 which stated that all items are valid. While the
reliability of the test ‘alpha’ is 0,595. Thus the tools are reliable.
The results of research is shown that the everage (mean) of the teacher’s creativity in learning process of the Catholic Religion lesson is about 79,64 and the motivated student is about 79,35. The results of simple linear regression test in the significance level of 5%, the value of r² is 0,251 (25,1%) which means that there is
a positive influence of teacher’s creativity in learning process of Catholic Religion
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih kepada Tuhan yang telah membimbing,
mendampingi, menyertai, menerangi, dan menuntun penulis dengan rahmat dan
kesetiaan-Nya dan kemurahan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PROSES
BELAJAR-MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI DAN XII PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA SANG TIMUR YOGYAKARTA. Penulis menulis skripsi ini karena penulis menemukan bahwa perkembangan dunia pendidikan saat ini
menuntut para guru untuk lebih kreatif dan produktif.
Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk menempuh ujian Program Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu
Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat
keterlibatan banyak pihak yang dengan setia membimbing, mendampingi dengan
penuh kesabaran, rela berbagi ilmu, pengalaman dan kemurahan hati untuk
menyumbangkan gagasan dan saran, masukan serta kritikan yang membangun.
Selain itu dukungan spiritual dalam bentuk doa dari para suster dan teman-teman
yang semakin memotivsi penulis untuk meyelesaikan skripsi ini dengan setia. Maka
xi
1. F.X. Dapiyanta, SFK, M. Pd., selaku dosen utama, yang telah menyediakan diri
untuk membimbing, mendampingi, memperhatikan, menuntun, mendengarkan
dengan penuh kesabaran, memberi semangat, menyumbangkan ide, masukan,
dalam seluruh proses penulisan skripsi ini.
2. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, selaku dosen penguji II dan sekaligus dosen
pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu untuk mendampingi,
membimbing, memberi masukan dalam proses penulisan skripsi ini.
3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag, M.Si., selaku dosen penguji III yang telah memberi
semangat dan motivasi kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan
skripsi ini.
4. Kaprodi IPPAK-USD, Drs. F.X.Heryatno Wono Wulung SJ.,M.Ed., yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi dan melakukan
penelitian dari awal hingga akhir proses penyusunan skripsi ini.
5. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik, membimbing, dan
mendampingi penulis selama belajar hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Segenap staf karyawan IPPAK-USD khususnya bagian sekretariat pengajaran
yang telah memberikan arahan bagi penulis selama melakukan penyusunan
skripsi.
7. Suster Provinsial beserta staf Dewan Pimpinan Provinsi Kongregasi Suster
Sang Timur yang telah memberi kepercayaan dalam perutusan studi di
xii
8. Para Suster, Bapak dan Ibu segenap organ Yayasan Karya Sang Timur yang
telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Prodi
IPPAK Universitas Sanata Dharma sampai selesai.
9. Sr. Natalia, PIJ sebagai Kepala Sekolah, guru, dan karyawan SMA Sang Timur
Yogyakarta yang telah memperkenankan penulis melakukan penelitian dan
memberi kelancaran dalam pengumpulan data penelitian.
10.Siswa-siswi kelas XI dan XII SMA Sang Timur Yogyakarta angkatan
2013/2014 yang telah bersedia memberikan waktu dan kesempatan kepada
penulis sehingga penulis dapat melakukan penelitian dari awal hingga akhir
dengan baik.
11.Para Suster Kongregasi Suster Sang Timur yang telah memberikan dukungan
dalam mengikuti pendidikan.
12.Teman-teman angkatan 2010/2011 yang telah memberikan perhatian,
dukungan, masukan, sumbangan ide, saran, dan kerjasama yang baik selama
menjalani studi di Prodi IPPAK ini.
13.Orang tua, segenap anggota keluarga, dan sahabat yang selalu setia
memberikan kasih, dukungan dan motivasi sehingga penulis dapat menyusun
dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung
memberi motivasi dan peneguhan kepada penulis dalam menempuh dan
menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma program studi IPPAK dan
xiii
Semoga kasih Tuhan senantiasa melimpah kepada setiap orang yang telah
berbuat baik dan berkat-Nya mengalir kepada mereka yang telah memberikan diri
untuk kemajuan hidup sesamanya. Penulis menyadari keterbatasan dan pengalaman
sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritikan para pembaca demi perbaikan skripsi ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca, khususnya bagi para guru yang menaruh perhatian pada bidang
pendidikan di zaman ini.
Yogyakarta, 26 Nopember 2014
Penulis
xiv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………..………...………....i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …...…….………...ii
HALAMAN PENGESAHAN ………...……….…….iii
HALAMAN PERSEMBAHAN …...………...……..…..iv
MOTO …...………..…………...…………...v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …...……….………...……...vi
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS …...………...…vii
ABSTRAK .…...………...……….viii
ABSTRACT ………...…………...ix
KATA PENGANTAR………..x
DAFTAR ISI………...………...………...xiv
DAFTAR SINGKATAN .………...………..….xix
DAFTAR TABEL ….………..xx
BAB I. PENDAHULUAN ...…..………...1
A. Latar Belakang ….……….1
B. Identifikasi Masalah .……….7
C. Pembatasan Masalah ….……….……...8
D. Rumusan Masalah …….………...….9
E. Tujuan Penelitian ……….……….…....9
F. Manfaat Penelitian ……….……….…10
xv
H. Sistematka Penulisan ………...11
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ………..…………....13
A. Kreativitas Guru Pada Umumnya ……..……….…....….13
1. Arti dan Makna Kretivitas …………..……….….….14
a. Pengertian Kreativitas ….…………..……….…………..14
b. Ciri-ciri Kreativitas ……….……..16
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas .……...………..18
2. Hakikat Guru ….………...19
3. Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar ……….…24
a. Pengertian ……….24
b. Ciri-ciri Guru yang Kreatif ………...25
c. Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar ….…………....30
B. Motivasi Belajar ……….……….………33
1. Arti dan Makna Belajar .………33
2. Arti dan Makna Motivasi ……….……….36
3. Jenis-Jenis Motivasi ………..……….………...39
a. Motivasi Intrinsik ……...……….…….40
b. Motivasi Ekstrinsik ……….……..41
4. Pengertian Motivasi Belajar ……….……….42
a. Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Motivasi Belajar ……...46
b. Peranan Motivasi dalam Belajar ………...47
c. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa ………..…………50
C. Pendidikan Agama Katolik ……….……….………...52
1. Arti dan Makna Pendidikan Agama Katolik ………...52
2. Guru Pendidikan Agama Katolik ……….……….…53
D. Penelitian Relevan ………...….56
E. Kerangka Pikir ……….……….…..57
F. Hipotesis Penelitian ………....59
xvi
a. Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar ……….……....64
b. Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAK ………...64
3. Denifinisi Operasional Variabel …..………...64
a. Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar ……….……....65
b. Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAK ……….……..65
4. Teknik Pengumpulan Data ………65
b. Variabel Motivasi Belajar Siswa ………..75
G. Uji Persyaratan Analisis ………..75
1. Uji Normalitas Data ………..76
2. Uji Linearitas Regresi ………76
3. Uji .Homokedastisitas .………..………....…76
H. Uji Hipotesis ……….……..……77
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………...………….78 A. Hasil Penelitian ……….……..78
xvii
a. Uji Normalitas ………...78
b. Uji Linearitas ………82
c. Uji Homokedastisitas ………84
2. Deskripsi Data ……….………..85
a. Kreativitas Guru dalam PBM ………...85
b. Motivasi Belajar Siswa ……….94
B. Uji Hipotesis ……….106
C. Hasil Wawancara ………..112
1. Hasil wawancara dengan para siswa ………...112
2. Hasil wawancara dengan guru ………...114
D. Pembahasan Hasil Penelitian ………....117
5. Aspek Kateketis dalam Kreativitas Guru ………...………….128
6. Aspek Kateketis dalam Motivasi Belajar Siswa ………..131
F. Keterbatasan Peneliti ………..………...133
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …………..……….…………134
A. Kesimpulan ………..……….134
B. Saran ………...………..137
DAFTAR PUSTAKA ………..…………...………..140
LAMPIRAN ……….………142
Lampiran 1 : Instrumen Penelitian ………(1)
Lampiran 2 : Hasil analisis Variabel Kreativitas Guru ………..…(7)
Lampiran 3 : Hasil analisis Variabel Motivasi Belajar ………....(10)
xviii
Lampiran 5 : Hasil analisis SPSS ………...….(17)
xix
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
GE : Gravissimum Educationis, Dokumen Konsili Vatikan II tentang
Pendidikan Kristen
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang
katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
B. Singkatan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia
Yoh : Yohanes
Gal : Galatia
C. Singkatan lain
Bdk : Bandingkan
PBM : Proses Belajar Mengajar
xx PIJ : Pauperis Infanti Jesus
Art : Artikel
D. Singkatan dalam Penelitian ANOVA : Analysis of Variance
Dev : Deviasi
Ho : Hipotesis nol
Ha : Hipotesis alternatif
r/R : Relations
SPSS : Statistical Product and Service Solution
Std : Standard
xxi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Responden ………..………...……..62
Tabel 2 Skor Alternatif Jawaban Variabel X dan Y …...…….….……….…….66
Tabel 3 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kreativitas Guru ………..………....…….67
Tabel 4 Kisi-kisi Instrumen Variabel Motivasi Belajar ……….……..68
Tabel 5 Hasil Uji Reliability Statistics……….73
Tabel 6 Kriteria Kategori Variabel X ………..74
Tabel 7 Kriteria Kategori Variabel Y ………..75
Tabel 8 Test of NormalityKreativitas Guru ………80
Tabel 9 Test of Normality Motivasi Belajar …………...………..82
Tabel 10 Anova ………..…….83
Tabel 11 Rangkuman Statistik Deskripsi Kreativitas Guru ……...………..85
Tabel 12 Statistik Rasa Ingin Tahu Tentang PAK ………..…….87
Tabel 13 Deskripsi Rasa Ingin Tahu Tentang PAK ………...……..88
Tabel 14 Statistik Mengadakan yang Belum Ada ………...……….89
Tabel 15 Deskripsi Mengadakan yang Belum Ada ………..90
xxii
Tabel 17 Deskripsi Menambah yang Sudah Ada …………...………..92
Tabel 18 Rangkuman Statistik Deskripsi Motivasi Belajar ……….94
Tabel 19 Statistik Semangat dalam Belajar ………...……….95
Tabel 20 Deskripsi Semangat dalam Belajar ………...…………...……96
Tabel 21 Statistik Senang Belajar PAK ………...98
Tabel 22 Deskripsi Senang Belajar PAK ……….…99
Tabel 23 Statistik Perhatian dalam Mengikuti Pelajaran PAK ………..100
Tabel 24 Deskripsi Perhatian dalam Mengikuti Pelajaran PAK ………...…101
Tabel 25 Statistik Menggerakkan ………..102
Tabel 26 Deskripsi Menggerakkan ………..………103
Tabel 27 Statistik Prestasi Belajar ………..………..104
Tabel 28 Deskripsi Prestasi Belajar ………...………105
Tabel 29 Descriptive Statistics……….107
Tabel 30 Model Summaryb………107
Tabel 31 Anovab………108
Tabel 32 Coefficients………...………..110
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kualitas diri seseorang sangat dipengaruhi oleh keberadaannya dalam
memperoleh pendidikan. Sesungguhnya pendidikan sangat berperan penting dalam
peningkatan dan pertumbuhan diri seseorang. Dengan kata lain, upaya
meningkatkan kualitas manusia sesungguhnya dibutuhkan suatu proses
pembelajaran melalui pendidikan. Pendidikan merupakan modal bagi peserta didik
dalam menghadapi tantangan global dan menyiapkan masa depannya maupun masa
depan bangsa. Untuk itu perlu kita sadari bahwa pendidikan memiliki peran yang
sangat besar dalam menghadapi tantangan global baik itu dalam bersaing, maupun
dalam berprestasi. Pendidikan adalah usaha yang terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat (Syah, 2004: 21).
Melalui proses pendidikan, seorang anak manusia akan mengalami suatu
perubahan, dari yang tidak tahu menjadi tahu. Bahkan melalui pendidikan pula
karakter seorang anak manusia terbentuk menjadi lebih baik. Di zaman sekarang
ini, pendidikan menjadi suatu hal yang amat penting yang harus ditata, disiapkan,
dikatakan penting karena sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Hal ini
diakui oleh semua orang baik sebagai pribadi atau individu maupun kelompok
bahkan suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Bangsa Indonesia pun
menaruh harapan besar terhadap pendidikan dalam membangun masa depan bangsa
ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus
dibentuk.
Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah memegang peranan penting
dalam menyiapkan generasi penerus. Peran guru sangat besar dalam keseluruhan
kegiatan pembelajaran. Tugas guru bukan hanya untuk menyampaikan materi
pembelajaran, tetapi hendaknya guru dapat menanamkan konsep-konsep yang
benar dari materi pembelajaran tersebut, sehingga ilmu yang dipelajari siswa dapat
bermanfaat dalam kehidupan siswa, di waktu sekarang dan yang akan datang.
Selain persiapan dari guru, yang paling penting adalah bagaimana kesiapan siswa
dalam menerima pembelajaran di sekolah. Jika siswa siap baik fisik maupun
mental, maka pelajaran yang diberikan guru dapat masuk dengan baik oleh siswa,
serta memperoleh hasil belajar yang bagus.
Tidak hanya dari peserta didik, guru dan lingkungan belajar siswa juga
mempunyai peranan yang sangat besar bagi keberhasilan belajar siswa. Di
lingkungan sekolah pastinya siswa akan menemui masalah baik dengan
teman-teman ataupun dengan guru. Hal tersebut dapat mempengaruhi proses belajar siswa,
siswa cenderung merasa malas dan tidak berkonsentrasi menerima pelajaran dari
guru. Agar peserta didik semangat mengikuti pelajaran dan memperoleh nilai yang
Menurut Aunurrahman (2009: 114) “Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi
seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh
semangat”.
Sardiman (2011:73) dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar mengatakan bahwa kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu
kondisi intern (kesiapsiagaan). Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak
yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila
kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.
Motivasi di dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi
tenaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada
pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar
(Anurrahman, 2010: 180). Siswa perlu memiliki motivasi belajar. Dengan memiliki
motivasi belajar siswa dapat memperoleh hasil yang lebih baik dalam belajar serta
dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang utuh dan berkualitas sehingga
mampu menghadapi tantangan zaman di masa yang akan datang.
Guru hendaknya selalu membuat peserta didiknya selalu semangat dan
menumbuhkan motivasi dalam diri siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Segala
sesuatu yang berada dalam individu yang menjadi tenaga pendorong dalam
melakukan suatu kegiatan atau aktivitas merupakan motivasi yang bersifat internal.
dilakukan dengan rasa senang. Conny R. (2000: 297) menjelaskan bahwa motivasi
yang bersifat internal memiliki peranan yang sangat besar bagi terciptanya kegiatan
pembelajaran yang efektif dan mencapai hasil belajar yang memuaskan. Motivasi
yang bersifat internal dalam kaitannya dengan kegiatan belajar siswa, misalnya
siswa mempelajari Pendidikan Agama Katolik karena siswa tersebut menyukai
mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Siswa tersebut merasa senang dan
bersungguh-sungguh ketika mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik, hal
tersebut pasti mempengaruhi hasil belajar siswa.
Siswa yang memiliki motivasi belajar akan menampakkan kesungguhannya
untuk terlibat dalam kegiatan belajar seperti aktif bertanya, aktif mengemukakan
pendapatnya, rajin membuat catatan dalam setiap guru menjelaskan materi,
kesungguhan dalam menyimak isi materi yang dipelajari, mampu mempraktikkan
sesuatu yang telah ia terima, mengerjakan tugas-tugas yang diterima dengan
semangat dan kesungguhan hati, dan lain sebagainya. Siswa tersebut akan
mengalami peningkatan pada hasil belajarnya. Segala sesuatu atas dasar suka, pasti
akan menghasilkan sesuatu yang baik. Motivasi belajar yang ada dalam diri siswa,
perlu didukung dengan adannya situasi lingkungan sekolah yang kondusif, kondisi
tubuh yang sehat, relasi yang harmonis antara guru dan siswa, orang tua, serta
faktor-faktor lain yang mendukung motivasi belajar siswa sehingga siswa tetap
semangat dalam belajar demi meraih tujuan dan cita-cita yang mereka harapkan.
Motivasi erat kaitannya dengan kebutuhan, sehingga guru senantiasa harus
manfaatnya bagi siswa. Dengan hasil belajar yang memuaskan maka akan tercapai
sukses yang dicita-citakan siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas XI, XII dan
Kepala Sekolah SMA Sang Timur Yogyakarta khususnya pada proses
belajar-mengajar pelajaran Pendidikan Agama Katolik, diperoleh kesan bahwa guru sudah
cukup kreatif dalam proses belajar-mengajar yakni dalam merancang dan
menyiapkan materi pelajaran, kreatif dalam pengelolaan kelas, kreatif dalam
pemanfaatan waktu, kreatif dalam penggunaan metode pembelajaran, kreatif dalam
penggunaan media pembelajaran, serta kreatif dalam mengembangkan alat evaluasi
sehingga siswa antusias dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik.
Ada juga yang mengatakan: “kurang senang mengikuti pelajaran
Pendidikan Agama Katolik karena merasa sulit untuk merefleksikan pengalaman
hidupnya berdasarkan ayat-ayat Kitab Suci yang berkaitan dengan tema/materi
yang disampaikan pada hari itu.” Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap
guru, beliau mengatakan bahwa, ”siswa kurang antusias dengan pelajaran
Pendidikan Agama Katolik karena siswa kurang berminat untuk membaca dan
merenungkan Kitab Suci. ” Hal ini tampak ketika diminta untuk membaca teks
Kitab Suci, ada siswa yang sibuk sendiri entah menggambar, menulis, dan lain
sebagainya.
Menghadapi realita yang demikian, pendidikan membutuhkan
tenaga-tenaga yang kreatif dan profesional dalam dunia pendidikan, maka guru yang kreatif
sangatlah dibutuhkan untuk merangsang dan meningkatkan daya pikir siswa serta
guru adalah komponen penting dalam membangun kreativitas siswa. Seorang guru
harus kreatif agar mampu membangkitkan kreativitas pada diri anak-anak didiknya.
Umumnya, guru yang kreatif adalah orang-orang yang terdidik, tentu oleh
pendidik-pendidik yang kreatif dan dalam lingkungan yang mendukung pula.
Konsep lama yang mengatakan bahwa pendidikan itu suatu sistem, dimana
faktor-faktor yang telah terdahulu terkumpul, dipelihara dan disistimatisasikan harus
diubah oleh kreativitas (Dadang Suhardan, 2010: 43).
Dalam proses belajar mengajar, kreativitas dalam pembelajaran merupakan
bagian dari suatu sistem yang tak terpisahkan dengan terdidik dan pendidik.
Peranan kreativitas guru tidak sekedar membantu proses belajar mengajar dengan
mencakup satu aspek dalam diri manusia saja, akan tetapi mencakup aspek-aspek
lainnya yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Secara umum kreativitas guru
memiliki fungsi utama yaitu membantu menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat
dan efisien (Hamalik, 2010: 56).
Faktor penting dalam meningkatkan kreativitas di sekolah adalah peran
guru. Guru adalah kunci dalam proses belajar mengajar. Betapa pun baiknya
prasarana pendidikan, kurikulum, gedung, laboratorium dan lain sebagainya apabila
guru tidak menggunakan sebagaimana mestinya, dapat menyimpang dari tujuan
yang telah ditentukan. Kreativitas itu bukan hanya mengacu pada hal-hal yang
berkaitan dengan proses pembelajaran semata seperti pemberian materi pelajaran,
penggunaan metode atau media, tetapi juga perwujudan perilaku guru sendiri yang
Guru mempunyai kewajiban untuk mengembangkan motivasi pada siswa
saat pelajaran di kelas maupun di luar kelas. Harapannya lambat laun siswa semakin
menyadari akan kebutuhan dirinya untuk terus belajar agar cita-citanya dapat
tercapai dengan baik. Maka seorang guru diharapkan mampu membantu siswa
untuk berkembang secara menyeluruh dalam semua segi kehidupan baik dari segi
intelektual, sosial, moral, spiritual, dan lain sebagainya (Suparno, 2005: 5).
Berdasarkan uraian atau latar belakang tersebut, maka penulis berupaya
untuk mengkaji lebih dalam terhadap permasalahan tersebut dan dituangkan dalam
bentuk skripsi yang berjudul “PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM
PROSES BELAJAR-MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI DAN XII PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA SANG TIMUR YOGYAKARTA”. Besar
harapan kajian ini dapat dipakai bahan pemikiran untuk kegiatan dalam
pembelajaran untuk membangun motivasi belajar siswa kelas XI dan XII SMA
Sang Timur Yogyakarta.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan identifikasi
masalah tentang pengaruh kreativitas guru terhadap motivasi siswa belajar sebagai
berikut:
1. Bagaimana motivasi belajar siswa kelas XI dan XII di SMA Sang Timur
2. Apakah siswa kelas XI dan XII SMA Sang Timur Yogyakarta memiliki
semangat, minat, perhatian, ketekunan dalam belajar dalam Pendidikan Agama
Katolik?
3. Apakah siswa kelas XI dan XII SMA Sang Timur Yogyakarta memiliki
keinginan untuk berprestasi dalam dalam belajar?
4. Apakah SMA Sang Timur Yogyakarta memiliki guru Pendidikan Agama
Katolik yang kreatif?
5. Bagaimana kreativitas guru di SMA Sang Timur Yogyakarta?
6. Apakah guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta
membuat persiapan dalam mengajar?
7. Sejauh mana guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta
memiliki dan mengembangkan kompetensinya dalam mengajar?
8. Apakah guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta
memiliki pengaruh pada motivasi belajar siswa kelas XI dan XII?
10 Seberapa besar pengaruh kreativitas guru terhadap motivasi belajar siswa kelas
XI dan XII SMA Sang Timur Yogyakarta?
C. Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan waktu dan supaya penelitian lebih mendalam, perlu
dipilih masalah yang akan diteliti. Sehubungan dengan pertimbangan tersebut,
masalah yang akan diteliti adalah kreativitas guru dan motivasi belajar siswa kelas
XI dan XII dalam Pendidikan Agama Katolik.
1. Kreativitas guru merupakan salah satu faktor penting dalam mempengaruhi
motivasi belajar siswa sehingga mengembangkan motivasi siswa untuk
semangat, berminat, perhatian, ketekunan agar keberhasilan dalam belajar
semakin meningkat. Kreativitas sangat dibutuhkan bagi seorang guru, karena
bila seorang guru kreatif maka akan memberikan dampak yang positif pula pada
siswa. Seorang guru yang kreatif mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar
siswa, sehingga guru memiliki pengaruh besar dalam memotivasi siswa untuk
belajar. Dengan demikian hasil belajar siswa pun semakin meningkat.
2. Motivasi belajar dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan yang ia harapkan
sehingga siswa senang belajar dan memiliki minat dalam belajar, memiliki
kemandirian, dan perhatian dalam belajar sehingga mampu membentuk dirinya
untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang utuh.
D.Rumusan Masalah
Dari uraian di atas ada beberapa hal yang ingin dicermati lebih lanjut oleh
penulis yang pada akhirnya menjadi titik awal dari penulisan ini. Untuk itu penulis
akan memberikan perhatian khusus pada masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kreativitas guru Pendidikan Agama Katolik SMA Sang Timur dalam
proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik di kelas XI dan XII?
2. Bagaimana motivasi belajar siswa kelas XI dan XII SMA Sang Timur
Yogyakarta pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik?
3. Seberapa besar pengaruh kreativitas guru terhadap motivasi belajar siswa kelas
Agama Katolik?
E.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah:
1. Menguraikan pengertian kreativitas guru Pendidikan Agama Katolik dan
motivasi belajar siswa kelas XI dan XII SMA Sang Timur Yogyakarta.
2. Memaparkan motivasi belajar siswa kelas XI dan XII SMA Sang Timur
Yogyakarta.
3. Memaparkan kreativitas guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur
Yogyakarta.
4. Mendeskripsikan pengaruh kreativitas guru Pendidikan Agama Katolik terhadap
motivasi belajar siswa kelas XI dan XII SMA Sang Timur Yogyakarta.
F. Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoretis dan praktis:
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai salah satu alternatif
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik melalui kreativitas guru.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:
a. Bagi Guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta
tentang motivasi belajar bagi para siswa dalam proses pembelajaran pelajaran
Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta yang
dipengaruhi oleh kreativitas guru. Penelitian ini juga diharapkan dapat
menjadi sumbangan bagi guru Pendidikan Agama Katolik SMA Sang Timur
Yogyakarta mengetahui pengembangan kreativitasnya, sehingga dapat
memotivasi para siswa dalam proses pembelajaran.
b. Bagi Sekolah
Sekolah dapat mengetahui bahwa kreativitas guru merupakan faktor yang
penting dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa.
c. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperluas
pengetahuan, yang berkaitan dengan masalah pengajaran, agar guru lebih
mudah dalam menyampaikan materi yaitu secara praktis, efektif dan efisien
dalam mencapai hasil pembelajaran yang maksimal.
d. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi atau minat belajar
siswa melalui berpikir secara kreatif dan kritis, dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
G. Metode Penulisan
Penulisan skripsi ini penulis menggunakan bentuk penelitian kuantitatif
Agama Katolik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, penulis
akan menyampaikan pokok-pokok gagasan dalam penulisan.
1. BAB I memuat pendahuluan
2. BAB II memuat kajian pustaka dan hipotesis
3. BAB III mengenai metodologi penelitian Pengaruh kreativitas guru dalam
proses belajar-mengajar terhadap motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta
yang meliputi desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan
sampel, variabel penelitian, teknik penelitian, instrumen penelitian, teknik
analisis data, teknik pengolahan data, hasil analisis validitas, uij reliabilitas,
deskripsi data, uji persyaratan dan uji hipotesis.
4. BAB IV memuat hasil penelitian dan pembahasan ”Pengaruh kreativitas guru
dalam proses belajar-mengajar terhadap motivasi belajar siswa kelas XI dan
XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur
Yogyakarta” berdasarkan hasil analisis pada Bab III.
13 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Bab ini menguraikan tentang kreativitas guru dan motivasi belajar.
Kreativitas guru terdiri dari arti dan makna kreativitas, pengertian kreativitas,
ciri-ciri kreativitas, faktor yang mempengaruhi kreativitas, hakikat guru, ciri-ciri-ciri-ciri guru
kreatif, faktor yang mempengaruhi guru kreatif, kreativitas guru dalam proses
belajar mengajar. Motivasi belajar terdiri dari arti dan makna belajar, arti dan makna
motivasi, jenis-jenis motivasi, pengertian motivasi belajar, faktor yang
mempengaruhi timbulnya motivasi, peranan motivasi dalam belajar, upaya
meningkatkan motivasi belajar siswa.
A. Kreativitas Guru pada Umumnya
Perkembangan dunia pendidikan senantiasa menuntut para pendidik untuk
lebih kreatif dan produktif. Sesuai kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus
memiliki kemampuan untuk memahami setiap peserta didik dengan keunikannya
masing-masing dan membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Guru
mempunyai peran yang cukup besar di dalam memotivasi, memberikan contoh
ide-ide kreatif di dalam proses pembelajaran kepada peserta didik. Guru yang kreatif
adalah guru yang tidak pernah puas dengan apa yang disampaikannya kepada
1. Arti dan Makna Kreativitas a. Pengertian Kreativitas
Kreativitas berarti kemampuan untuk mencipta atau perihal kreasi (KBBI,
1994: 530). Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti mempunyai
kemampuan untuk mencipta dan mengandung daya cipta (Fakhruddin, 2012: 164).
Hal senada dipertegas oleh M. Amin bahwa kreatif adalah pola pikir atau ide yang
muncul secara spontan dan imajinatif yang mencirikan hasil artistik, penemuan
ilmiah, dan penciptaan mekanis (Fakhruddin, 2012: 164). Artinya, kreatif
merupakan suatu kondisi di mana seseorang memiliki kemampuan daya cipta atau
suatu yang dimiliki seseorang yang memungkinkannya menemukan
pendekatan-pendekatan atau terobosan baru dalam menghadapi situasi atau masalah tertentu
yang biasanya tercermin dalam pemecahan masalah dengan cara yang baru atau
unik yang berbeda dan lebih baik dari sebelumnya. Utami Munandar pun
menegaskan bahwa kreativitas adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi
yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah,
di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman
jawaban. Kreativitas merupakan upaya membangun berbagai terobosan yang
memungkinkan pemberdayaan dan penguatan bagi pengembangan bakat
(Fakhruddin, 2012: 164).
Bill Fritzpatrick dalam (Naim, 2011: 244) mengartikan kreativitas sebagai
suatu dorongan untuk mencoba bermacam-macam cara dalam melakukan sesuatu.
Kreativitas merupakan ketrampilan, artinya siapa saja yang berniat untuk menjadi
kreatif. Kreativitas sebagai suatu kemampuan seseorang untuk mewujudkan hal
baru, struktur kognitif baru dan produk baru, yang bersifat fisikal misalnya
teknologi (Naim, 2011: 245). Sedangkan Maslow (Mulyasa, 2011: 175)
menerangkan bahwa kreativitas merupakan salah satu kreasi manusia dengan
berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan dirinya itu termasuk
salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Sama halnya dengan Romer
bahwa kreativitas adalah suatu ekspresi dari pikiran yaitu kemampuan untuk
memproduksi ide-ide baru seperti penciptaan dan inovasi (Ananda, 2014: 5).
Hakikat kreativitas sesungguhnya diimplementasikan dalam berbagai
bidang kehidupan manusia. Dengan demikian, dalam bidang pendidikan, kreativitas
menjadi salah satu aspek prioritas dalam mengembangkan proses pembelajaran di
kelas. Kreativitas dalam pembelajaran lebih diprioritaskan pada pendidik atau guru
yang mengajar dan memfasilitasi proses pembelajaran. Karena itu, kreativitas
adalah kemampuan guru dalam meninggalkan gagasan/ide dan perilaku yang dinilai
mapan, rutinitas, usang dan beralih untuk menghasilkan atau memunculkan
gagasan/ide dan perilaku baru itu terwujud ke dalam pola pembelajaran yang di
nilai kreatif dan adaptif terhadap perubahan (Agung, 2010: 12).
Hal yang penting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang
belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu
merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu
yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya, misalnya seorang guru
b. Ciri-ciri Kreativitas
Naim (2011: 138-139) menguraikan aspek berpikir kreatif yaitu:
1) Berpikir fleksibel, yakni (a) menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan
yang bervariasi, (b) dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang
berbeda-beda, (c) mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, (d)
mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
2) Berpikir divergen/menyebar, yakni (a) mencetuskan lebih dari satu
kemungkinan jawaban atau pemecahan masalah, (b) memberikan banyak cara
atau saran untuk melakukan berbagai hal.
3) Berpikir orisinal, yakni (a) mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik,
(b) memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, (c) mampu
membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau
unsur-unsur.
4) Keterampilan menilai (mengevaluasi), yakni (a) menentukan patokan penilaian
sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat,
atau suatu tindakan bijaksana, (b) mampu mengambil keputusan terhadap
situasi yang terbuka, (c) tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga
melaksanakannya.
5) Sikap rasa ingin tahu yakni: (a) selalu terdorong untuk mengetahui lebih
banyak, (b) mengajukan banyak pertanyaan, (c) selalu memperhatikan orang,
objek, dan situasi, (d) peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui atau
6) Bersedia mengambil resiko yakni: (a) berani memberikan jawaban meskipun
belum tentu benar, (b) tidak takut gagal atau mendapat kritik, (c) tidak menjadi
ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang tidak konvensional, atau yang
kurang berstruktur.
7) Merasa tertantang oleh kemajemukan yakni: (a) terdorong untuk mengatasi
masalah yang sulit, (b) merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit, (c)
lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.
8) Imajinatif yakni: (a) mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang
tidak atau belum pernah terjadi, (b) menggunakan khayalan, tetapi mengetahui
perbedaan antara khayalan dan kenyataan.
Sedangkan Sund (1975) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif
dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut: (1) Hasrat
keingintahuan yang cukup besar, (2) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru,
(3) Panjang akal, (4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti, (5) Cenderung
lebih menyukai tugas yang berat dan sulit, (6) Cenderung mencari jawaban yang
luas dan memuaskan, (7) Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam
melaksanakan tugas, (8) Berpikir fleksibel, (9) Menanggapi pertanyaan yang
diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak, (10) Kemampuan
membuat analisis dan sintesis, (11) Memiliki semangat bertanya serta meneliti, (12)
Memiliki daya abstraksi yang cukup baik, (13) Memiliki latar belakang membaca
yang cukup luas (Daryanto, 2010: 116).
Demikian halnya dengan ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang
oleh Munandar (1999: 36) sebagai berikut: (1) Berani dalam pendirian/keyakinan,
(2) Ingin tahu, (3) Mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan, (4)
Menyibukkan diri terus-menerus dengan kerjanya, (5) Intuitif, (6) Ulet, (7) Tidak
bersedia menerima pendapat dan otoritas begitu saja. Berbagai macam karakteristik
di atas jarang sekali tampak pada seseorang secara keseluruhan, akan tetapi
orang-orang yang kreatif akan lebih banyak memiliki ciri-ciri tersebut.
Berbagai macam karakteristik di atas jarang sekali tampak pada seseorang
secara keseluruhan, akan tetapi orang-orang yang kreatif akan lebih banyak
memiliki ciri-ciri yakni punya rasa ingin tahu yang dimanfaatkan semaksimal
mungkin, fleksibel/luwes, elaborasi, dinamis, respek, penuh inovasi/gagasan dan
daya cipta, bersedia menerima informasi, menghubungkan ide dan pengalaman
yang diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda, mampu mengembangkan
strategi pembelajaran, disiplin, mudah bergaul, sikap terbuka.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Setiap orang pada dasarnya mempunyai potensi kreatif, tetapi dibutuhkan
kondisi-kondisi tertentu eksternal (dari lingkungan) maupun kondisi internal
(pribadi) agar dapat muncul, tumbuh dan terwujud menjadi karya-karya kreatif
yang bermakna untuk individu dan masyarakatnya. Kreativitas dapat
ditumbuhkembangkan melalui suatu proses yang terdiri dari beberapa faktor yang
dapat mempengaruhinya yakni faktor internal (pribadi) maupun faktor eksternal
minat yang positif dan tinggi terhadap bidang pekerjaan yang ditekuni, serta
kecakapan melaksanakan tugas-tugas.
Renanda (2014: 19-21) menguraikan cara menjadi orang yang kreatif yaitu
(1) Menggunakan semua panca indera dan mencari komunitas yang suportif, (2)
Mempunyai integritas serta selalu berpikir untuk menciptakan sesuatu yang
bermanfaat bagi banyak orang, (3) Selalu bergaul dengan orang yang kita anggap
kreatif dan jangan pernah berhenti belajar dan eksplorasi diri, (4) Belajar dan
memperluas wawasan, open-minded, dan berkarya. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa berperilaku dan berbuat sesuatu yang kreatif bukanlah hal yang
asing bagi semua orang, meskipun pada kenyataannya banyak tantangan yang tidak
mudah dijawab oleh cara yang biasa dilakukan orang pada umumnya.
2. Hakikat Guru
Guru berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Gu yang berarti gelap dan Ru
yang berarti menghilangkan. Jadi, “guru” berarti menghilangkan kegelapan (Naim,
2011: 1). Artinya, guru merupakan sosok yang sangat dibutuhkan dalam situasi dan
kondisi “gelap”. Ia hadir untuk menghilangkan “kegelapan” yang dialami oleh
masyarakat secara umum dan pelajar secara khusus. Kegelapan yang dimaksud
adalah keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh para pelajar, kemudian
dilengkapi dan disempurnakan oleh sosok guru. Hal ini bukan berarti guru adalah
figur maha tahu, tetapi lebih sebagai fasilitator, inisiator, dan lain sebagainya
sebagaimana julukan yang diberikan kepada sosok guru. Berbagai julukan yang
Tanda Jasa”. Hal ini mengindikasikan bahwa betapa besarnya peran dan jasa yang
dilakukan oleh seorang guru. Guru layaknya menerangi bongkahan emas dalam
kegelapan malam, dapat diibaratkan sebagai pelita. Pelita yang berfungsi
mencerahkan dan menerangi kegelapan. Orang-orang yang ada dalam kegelapan,
tentu saja para siswa.
Supriyadi (2011: 11) mengemukakan bahwa secara definisi, sebutan guru
tidak termuat dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional
(Sisdiknas), tetapi kata guru dimasukkan ke dalam genus pendidik. Sesungguhnya
guru dan pendidik merupakan dua hal yang berbeda. Kata pendidik (bahasa
Indonesia) merupakan padanan dari kata educator (bahasa Inggris). Kata educator
berarti educationist atau educationalist yang padanannya dalam bahasa Indonesia
adalah pendidik, spesialis dibidang pendidikan, atau ahli pendidikan. Sedangkan,
kata guru (bahasa Indonesia) merupakan padanan dari kata teacher (bahasa
Inggris). Kata teacher bermakna sebagai the person who teach, specially in school
atau guru adalah seseorang yang mengajar, khususnya di sekolah. Tentunya,
muncul pertanyaan apakah sosok guru hanya sebagai pengajar di sekolah atau
sekadar pahlawan tanpa tanda jasa?
Guru sebagai salah satu unsur dalam proses belajar-mengajar memiliki
multi peran, tidak terbatas hanya sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of
knowledge, tetapi juga sebagai pembimbing yang mendorong potensi dan
memobilisasi siswa dalam belajar. Artinya, guru memiliki tugas dan tanggung
jawab yang kompleks terhadap pencapaian tujuan pendidikan, dimana guru tidak
pengetahuan dan keterampilan tekhnis mengajar, namun guru juga dituntut untuk
menampilkan kepribadian yang mampu menjadi teladan bagi siswa-siswi (Hamalik,
2001: 34). Oleh karena itu, setiap rencana kegiatan yang dilakukan oleh guru
semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung
jawabnya (Sardiman, 2011: 125).
Selain itu, dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang
Guru, sebutan guru mencakup, (1) guru itu sendiri, baik guru kelas, guru bidang
studi, maupun guru bimbingan dan konseling atau guru bimbingan karir; (2) guru
dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah; dan (3) guru dalam jabatan
pengawas (Isnawati, 2011: 12). Hal ini menyatakan bahwa istilah guru juga
mencakup individu-individu yang melakukan tugas bimbingan dan konseling,
supervisi pembelajaran di institusi pendidikan atau sekolah-sekolah negeri dan
swasta, teknisi sekolah, administrator sekolah, dan tenaga layanan bantu sekolah
(supporting staff) untuk urusan-urusan administratif. Guru juga bermakna lulusan
pendidikan yang telah lulus ujian negara (government examination) untuk menjadi
guru, meskipun belum secara aktual bekerja sebagai guru. Bahkan, Marno dan Idris
menyatakan bahwa dalam wacana yang lebih luas, istilah guru bukan hanya sebatas
pada lembaga persekolahan atau lembaga keguruan semata. Istilah guru sering
dikaitkan dengan istilah bangsa sehingga menjadi guru bangsa. Istilah ini muncul
ketika sebuah bangsa mengalami kegoncangan struktural dan kultural sehingga
hampir-hampir terjerumus dalam kehancuran. Guru bangsa adalah orang yang
dengan keluasan pengetahuan, keteguhan komitmen, kebebasan jiwa dan pengaruh,
lahir dari ulama atau agamawan, intelektual, pengusaha pejuang, birokrat, dan
lain-lain. Dengan demikian, istilah guru mengandung nilai, kedudukan, dan peran mulia.
Karena itu, di dunia ini banyak orang yang bekerja sebagai guru, akan tetapi
mungkin hanya sedikit yang bisa menjadi guru, yaitu yang bisa digugu dan ditiru.
Kedudukan guru dipertegas dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14
Tahun 2005 Pasal 10 bahwa guru dikatakan sebagai tenaga profesional yang
mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang
mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi pendidik sesuai
dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu (Sanjaya,
2008: 19). Hal ini berarti bahwa guru merupakan unsur penting dalam keseluruhan
sistem pendidikan. Oleh karena itu, kedudukan guru dalam meningkatkan mutu dan
kualitas anak didik perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Status guru bukan
hanya sebatas pegawai yang hanya semata-mata melaksanakan tugas tanpa ada rasa
tanggung jawab terhadap disiplin ilmu yang diembannya.
Mulyasa (2011: 48-50) menguraikan bahwa guru merupakan representasi
orang yang ucapan dan tindakannya perlu digugu dan ditiru. Guru sebagai orang
yang siap dicaci-maki dan dibenci, namun tidak pernah membalasnya. Guru adalah
orang yang rela berkorban untuk anak didik dan masyarakat di sekitarnya. Guru
adalah pelopor perubahan masyarakat dengan tanpa membawa implikasi negatif.
Guru merupakan sosok orang yang ingin tahu pada semua hal untuk disampaikan
pada anak didiknya. Guru adalah bentuk manusia yang tidak bangga ketika
disanjung dan tidak sedih ketika dicaci maki. Guru adalah insan moderat, tidak
tidak pernah putus asa, dan tidak sulit memaafkan anak didiknya. Guru adalah
manusia cinta, pengembang, dan pengamal pengetahuan. Guru adalah sosok orang
yang mempunyai ilmu pengetahuan lebih bila dibanding orang lain.
Lebih dari itu, Mulyasa menjelaskan bahwa guru adalah orang yang selalu
memberi pengaruh secara abadi, tetapi tidak tahu kapan pengaruh itu berhenti. Guru
merupakan sosok manusia pewaris dan penerus berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi. Guru adalah mitra belajar siswa tanpa syarat. Guru merupakan
pribadi yang utuh untuk merubah perilaku dan kepribadian siswa. Guru adalah
manusia yang memikul beban penderitaan siswa dalam belajar. Guru adalah
seseorang yang mampu memprediksi sesuatu yang akan terjadi. Guru adalah bentuk
manusia yang berpegang pada prinsip, jika melakukan ia paham. Dan guru adalah
figur manusia yang mampu melihat realitas alam untuk anak didiknya.
Hal senada dipertegas oleh Fanany (2013: 49) bahwa guru adalah sosok
manusia yang harus digugu dan ditiru. Guru merupakan kunci keberhasilan sebuah
lembaga pendidikan. Guru adalah sales agent dari lembaga pendidikan. Guru juga
merupakan ujung tombak pendidikan. Karena itu, baik buruknya perilaku atau cara
mengajar guru akan sangat mempengaruhi citra lembaga pendidikan.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan guru adalah seorang pendidik
yang memiliki aneka kemampuan dalam bidang pendidikan, baik secara pedagogis,
sosial, kepribadian, profesional, dan akademis. Artinya, kelima kompetensi tersebut
harus dimiliki oleh guru agar ia mampu berkreativitas dalam pengajaran, mampu
mempersiapkan pengajaran, mampu melaksanakan pengajaran secara jelas, riang,
menyenangkan, tidak membeda-bedakan siswa, dan mampu membangkitkan
semangat belajar pada siswa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang bisa memperoleh ilmu,
prestasi, pangkat, kedudukan/jabatan dan lain sebagainya adalah berkat seorang
guru. Orang bisa bekerja dan bisa menguasai pekerjaannya itu juga berkat seorang
guru. Seseorang bekerja, berbisnis, berdagang, semuanya itu perlu guru walaupun
tidak harus guru yang ada di sekolah.
3. Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar a. Pengertian
Kreativitas sangat dibutuhkan bagi seorang guru, karena bila seorang guru
kreatif maka akan memberikan dampak yang positif pula pada para murid.
Kreativitas guru merupakan hal penting dalam pembelajaran dan bahkan dapat
menjadikan pintu masuk dalam upaya meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa
(Agung, 2010: 23).
Widiasworo (2014: 58) menguraikan bahwa guru kreatif adalah guru yang
selalu menggunakan ide-ide/gagasan-gagasan baru dalam menyajikan
pembelajaran di kelas sehingga lebih menarik dan siswa tidak merasa bosan.
Guru harus kreatif dalam merancang dan menyiapkan materi pelajaran,
kreatif dalam pengelolaan kelas, kreatif dalam pemanfaatan waktu, kreatif dalam
penggunaan metode pembelajaran, kreatif dalam penggunaan media pembelajaran,
atas hal-hal tersebut pasti siswa akan semangat dalam belajar, dengan demikian apa
yang diharapkan akan tercapai.
Kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan
suatu produk baru, baik yang benar-benar baru sama sekali maupun yang
merupakan modifikasi atau perubahan dengan mengembangkan hal-hal yang sudah
ada. Bila konsep ini dikaitkan dengan kreativitas guru, guru yang bersangkutan
mungkin menciptakan suatu strategi mengajar yang benar-benar baru dan orisinil
(asli ciptaan sendiri), atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai strategi
yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
kreativitas guru adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru,
baik berupa gaya hidup,gagasan, proses maupun karya nyata yang relatif berbeda
dengan yang telah ada sebelumnya.
b.Ciri-ciri Guru Kreatif
Widiasworo (2014: 69-70) menguraikan ciri-ciri guru kreatif, antara lain:
1. Fleksibel. Guru yang tidak kaku, luwes, dan dapat memahami kondisi anak
didik, memahami cara belajar mereka, serta mampu mendekati anak didik
melalui berbagai cara sesuai kecerdasan dan potensi masing-masing anak.
2. Optimistik. Keyakinan yang tinggi akan kemampuan pribadi dan keyakinan
akan perubahan anak didik ke arah yang lebih baik melalui proses interaksi
guru-murid yang akan menumbuhkan karakter yang sama terhadap anak
3. Respek. Rasa hormat yang senantiasa ditumbuhkan di depan anak didik akan
dapat memicu dan memacu mereka untuk lebih cepat tidak sekedar memahami
pelajaran, namun juga pemahaman yang menyeluruh tentang berbagai hal yang
dipelajarinya.
4. Cekatan, dinamis, aktif, eksploratif dan penuh inisiatif. Kondisi ini perlu
diimbangi oleh anda sebagai pengajarnya sehingga anda mampu bertindak
sesuai kondisi yang ada.
5. Humoris. Meskipun tidak semua orang mempunyai sifat humoris, sifat ini
dituntut untuk dimiliki seorang pengajar. Karena pada umumnya, anak-anak
suka sekali dengan proses belajar yang menyenangkan, termasuk dibumbui
dengan humor. Secara tidak langsung, hal tersebut dapat mengaktifkan
kreativitas otak kanan mereka.
6. Inspiratif. Meskipun ada panduan kurikulum yang mengharuskan semua peserta
didik mengikutinya, guru harus menemukan banyak ide dari hal-hal baru yang
positif di luar kurikulum. Ia dapat membuat anak didik terinspirasi untuk
menemukan hal hal yang baru dan lebih memahami informasi-informasi
pengetahuan yang disampaikan gurunya.
7. Lembut. Di mana pun guru yang bersikap kasar, kaku, atau emosional, biasanya
mengakibatkan dampak buruk bagi peserta didiknya, dan sering tidak berhasil
dalam proses mengajar kepada anak didik. Pengaruh kesabaran, kelembutan,
dan rasa kasih sayang akan lebih efektif dalam proses belajar mengajar dan lebih
8. Disiplin. Disiplin disini tidak hanya soal ketepatan waktu, tapi mencakup
berbagai hal lain, sehingga, guru mampu menjadi teladan kedisiplinan. Contoh
disiplin dalam waktu, menyimpan barang, belajar, dan sebagainya. Dengan
demikian akan timbul pemahaman yang kuat pada anak didik tentang
pentingnya hidup disiplin.
9. Responsif. Ciri guru yang professional antara lain cepat tanggap terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi, baik pada anak didik, budaya, sosial, ilmu
pengetahuan maupun teknologi dan lain-lain.
10.Empatik. Setiap anak mempunyai karakter yang berbeda-beda, cara belajar dan
proses penerimaan serta pemahaman terhadap pelajaran pun berbeda-beda.
Oleh karena itu seorang guru dituntut mempunyai kesabaran lebih dalam
memahami keberagaman tersebut sehingga biasa lebih memahami
kebutuhan-kebutahan belajar mereka.
11.Menjadi teman. Jangan membuat jarak dengan anak didik hanya karena posisi
anda sebagai guru. Jika kita dapat menjadi teman mereka akan menghasilkan
emosi yang lebih kuat daripada sekedar hubungan guru-murid. Sehingga
anak-anak akan lebih mudah beradaptasi dalam menerima pelajaran dan
bersosialisasi dengan lingkungan.
Selain itu, seorang guru yang kreatif mestilah bersifat ikhlas, cinta, kasih
sayang, selektif, inovatif, objektif, persuasif, sabar, visioner dan missioner, rendah
hati, menghargai proses, menyenangi kegiatan mengajar, konsisten dan komitmen
dalam bertindak, memiliki pengetahuan yang luas, haus akan pengetahuan,
Guru yang kreatif dapat dicirikan dari kemampuannya dalam melaksanakan
tugas secara profesional. Menurut Naim (2011: 138-139) ada sembilan ciri guru
kreatif, yaitu: (1) Mampu mengekspos siswa pada hal-hal yang bisa membantu
mereka dalam belajar, (2) Mampu melibatkan siswa dalam segala aktivitas
pembelajaran, (3) Mampu memberikan motivasi buat siswa baik secara verbal
maupun non verbal, (4) Mampu mengembangkan strategi pembelajaran (penerapan
pendekatan metode, model dan tekhnik) dalam proses pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan siswa dan karakter materi, (5) Mampu menciptakan
pembelajaran yang joyful, (6) Mampu berimprovisasi dalam proses pembelajaran,
(7) Mampu membuat dan mengembangkan media pembelajaran yang menarik, (8)
Mampu membuat dan mengembangkan bahan ajar yang variatif, (9) Mampu
menghasilkan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran.
Menurut Agung (2010: 69-79) menguraikan ciri-ciri guru kreatif yaitu: (1)
Mampu menciptakan ide baru. Guru bisa menemukan sebuah ide baru yang dapat
bermanfaat bagi siswa, (2) Tampil beda. Sesuatu yang baru di mana belum pernah
dipikirkan atau dilakukan oleh guru-guru yang lain, (3) Fleksibel. Guru yang tidak
kaku tetapi mempunyai prinsip dan memahami karakter siswa, memahami gaya
belajar siswa dan memahami apa yang diharapkan oleh siswa, (4) Mudah bergaul.
Guru tidak boleh terlalu menjaga gengsi karena hal ini akan membuat siswa enggan
dan takut mendekati. Hendaklah menempatkan siswa di hati kita sebagai teman dan
sahabat, dengan begitu siswa akan lebih dekat dan merasa bahwa kita itu lebih,
bersahabat, (5) Menyenangkan. Siswa pasti suka dengan guru yang menyenangkan
pembelajaran tidak terlalu tegang, (6) Suka melakukan eksperimen. Guru suka
melakukan eksperimen atau uji coba metode pembelajaran atau hal yang lain, untuk
meningkatkan kemampuannya menjadi seorang guru.
Soebachman (2014: 111-112) menguraikan cara mengembangkan kreatif
mengajar yaitu: (1) Rajin mengumpulkan ide-ide yang muncul dan akan
dilaksanakan pada saat yang tepat atau membutuhkan, (2) Rutin mencari referensi
yang menyangkut dengan cara mengajar yang baik dan benar dari berbagai sumber,
(3) Mengikuti seminar atau workshop pendidikan sehingga menambah ilmu dan
bisa belajar dari pengalaman rekan sesama guru, sehingga dapat saling sharing.
Dengan demikian, seorang guru harus menyadari pentingnya mengembangkan
kreativitas, sebab kreativitas amat diperlukan dalam mengajar supaya cara
mengajar tidak monoton, tidak membuat anak didik merasa cepat bosan dan lain
sebagainya. Oleh karena itu guru yang kreatif akan sukses dalam mengajar dan
disukai oleh anak didik, sebab guru yang penuh dengan kreativitas akan
menciptakan suasana belajar yang dinamis dan menyenangkan.
c. Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkain perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Daryanto,
2010: 199).
Proses belajar mengajar sesuai dengan perkembangan guru tidak hanya
mengevaluasi dari keseluruhan proses belajar-mengajar. Jadi dalam situasi dan
kondisi bagaimanapun guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar tidak
terlepas dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi karena guru yang baik
harus mampu berperan sebagai pendidik, pembimbing, motivator, organisator,
evaluator dan lain sebagainya (Mulyasa, 2011).
Dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar diperlukan guru-guru
yang profesional dan kreatif serta memiliki kemampuan yaitu kemampuan
membantu siswa belajar efektif sehingga mampu mencapai hasil yang optimal.
Menurut Agung (2010: 38-63) dalam proses-belajar mengajar meliputi
beberapa aspek yaitu:
1) Bahan/materi pelajaran
Dalam hal ini guru merencanakan dan mempersiapkan bahan/materi pelajaran
yang relevan dengan tujuan, sehingga memungkinkan siswa dapat memahami
isi materi yang disampaikannya; memilih materi pelajaran yang sesuai dengan
taraf kemampuan siswa dan mudah diterima oleh para siswa; materi pelajaran
yang dapat membangkitkan perhatian dan motivasi belajar melalui contoh,
ilustrasi, gaya bahasa yang digunakan dan lain sebagainya sehingga proses
pembelajaran dapat terarah baik dan efektif.
2) Media pembelajaran
Apabila bahan/materi pelajaran membutuhkan bantuan media, guru harus
mengkaji hal-hal yang terkait dengan penggunaan media pembelajaran, mulai
dari bahan/materi pelajaran, tujuan pembelajaran, upaya membangkitkan