• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SD KANISIUS SANG TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SUMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SD KANISIUS SANG TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SD KANISIUS SANG TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh :

Vincentius Hendi Kurniawan NIM : 041124005

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

DALAM PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SD KANISIUS SANG TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh :

Vincentius Hendi Kurniawan NIM : 041124005

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Bapak & Ibuku,

yang telah memberikan dukungan moral, spiritual dan finansial,

Seluruh keluargaku, yang selalu memotivasi diriku,

dan

seluruh sahabatku,

(6)

v

“Ia Membuat Segala Sesuatu Indah Pada Waktunya ”

(7)

vi

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam kutipan

dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 Agustus 2008 Penulis,

(8)

vii

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Vincentius Hendi Kurniawan

Nomor Mahasiswa : 041124005

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

SUMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SD KANISIUS SANG TIMUR

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bnetuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempub likasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal 30 Agustus 2008

Yang menyatakan

(9)

viii

Skripsi ini berjudul : “SUMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SD KANISIUS SANG TIMUR”. Penulisan skripsi ini berawal dari keprihatinan penulis selama PPL, yaitu bahwa dari pihak sekolah menginginkan agar tidak ada nilai dibawah 6 (enam) untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Tetapi, pada kenyataannya masih banyak siswa yang nilai mata pelajaran Pendidikan Agama Katoliknya di bawah standar yang ditentukan ole h sekolah. Menjawab keprihatinan itu, penulis mengusulkan suatu usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Usaha yang dimaksudkan penulis adalah penggunaan media Audio Visual dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Media audio visual diartikan sebagai media audio yang sudah dipadukan dengan media visual sedemikian rupa sehingga memiliki kekhususan, konkret, sederhana, mudah menumbuhan jawaban (emosional) merangsang kreativitas dan keterlibatan pribadi, dapat membawa orang lain ke seluruh dunia dan masuk ke setiap situasi konkrit. Prestasi belajar pada dasarnya merupakan hasil yang telah dicapai siswa dalam sejumlah mata pelajaran di sekolah yang pada umumnya dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf. PAK di Sekolah membantu siswa-siswi agar dapat memutuskan untuk mengikuti Kristus, dan dalam Gereja makin banyak belajar berpikir seperti Dia, menilai segalanya seperti Dia, dan bertindak seturut perintah-Nya. Adapun hipotesis penelitian ini yaitu Ha : Ada pengaruh penggunaan Media Audio Visual Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pelajaran PAK Di SD Kanisius Sang Timur, dan Ho: Tidak ada pengaruh penggunaan Media Audio Visual Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pelajaran PAK Di SD Kanisius Sang Timur.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif kwasi eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 November 2007 di SD Kanisius Sang Timur,Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SD Kanisius Sang Timur Batikan, Yogyakarta.Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah Purposive Sampling. Pertimbangan pemilihan sampel ini karena pada saat melaksanakan penelitian, peneliti sedang melaksanakan PPL di kelompok (kelas) tersebut. Selain itu, alasan lain yang mendasari pemilihan sampel ini adalah bahwa kelas IV dianggap sebagai kelas tengah. Penelitian ini menggunakan Kelas IV A sebagai kelas eksperimen dan Kelas IV B sebagai kelas kontrol, yang masing- masing kelas berjumlah 30 orang. Mengingat yang hendak diukur adalah segi kognitif dan afektif, maka penulis menggunakan instrumen berupa tes prestasi siswa dan skala sikap. Pengembangan instrumen terhadap- masalah- masalah yang dibahas dalam penelitian ini menggunakan uji coba terpakai, dengan validitas antara 0,407 sampai 0,883 dan reliabilitas sebesar 0,910.

(10)

ix

The title of this thesis is : "VISUAL AUDIO MEDIA CONTRIBUTION TO MAKE-UP OF ACHIEVEMENT LEARN STUDENT ON CATHOLIC RELIGION EDUCATION LESSON IN ELEMENTARY SCHOOL OF KANISIUS SANG TIMUR". The choice of this title is based on the writ er’s concerns for along teaching practice, that from school desire in order nothing grade under six for Catholic Religion Education. But, the reality many students has been grade for catholic religion education under standard. For ask concern, writer is propose work for make-up achievement of students study in Catholic Religion Education. Work is writer mean is using Audio Visual Media in Catholic Religion Education.

Visual Audio Media interpreted as audio media is allied with visual media in such a manner so that own, concrete, simple, easy to growth answer (creative emosional) stimulus and the personal involvement, can bring others world and enter concrete all situation. Roman Religion Education at school aim to form educative person expand by holistik (totally). Students shall able to think (cognate), able to determine attitude (afeksi), and able to act (psikomotorik). As for hypothesis of early this research there is 2, that is Ha: There is Visual Audio Media use influence To Make-Up Of Achievement Learn Student on Iesson Package In Eleme ntary School of Kanisius Sang Timur, and Ho: There is no Visual Audio Media use influence To Make-Up Of Achievement Learn Student on Iesson Package In Elementary of Kanisius Sang Timur.

Type of research used is quantitative research experiment. This research is executed at date of 24 November 2007 in Elementary School of Kanisius Sang Timur, Batikan, Yogyakarta. At this research, desain of research weared is Quasi Eksperiment. Population in this research is students In Elementary School of Kanisius Sang Timur Batikan, Yogyakarta.Technical of Intake of sample weared is Purposive Sampling. In this research samp le is entire/all siswa-siswi of class of IV A and IV B, what is each class amount to 30 people. Cons idering which will be measured by is cognate facet and afektif, hence the writer use instrument in the form of tes of achievement of student and attitude scale. Development of Instrument of many problems which discussed in this research use used test-drive. Type of Data weared in this research is ratio.

(11)

x

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih-Nya yang

melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“SUMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN

PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

KATOLIK DI SD KANISIUS SANG TIMUR”. Penulisan skripsi ini

dilatarbelakangi oleh keprihatinan penulis bahwa siswa-siswi kelas IV Sekolah Dasar

Kanisius Sang Timur Yogyakarta kurang memiliki motivasi, minat dan ketertarikan

pada Pendidikan Agama Katolik. Permasalahannya adalah dari pihak sekolah

menginginkan bahwa tidak ada nilai dibawah 6 (enam) untuk mata pelajaran

Pendidikan Agama Katolik. Tetapi, pada kenyataannya masih banyak siswa yang

nilai mata pelajaran Pendidikan Agama Katoliknya di bawah standar yang ditentukan

oleh sekolah. Menjawab keprihatinan itu, penulis mengusulkan suatu usaha untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik.

Usaha yang dimaksudkan penulis adalah penggunaan media Audio Visual dalam

pelajaran Pendidikan agama Katolik.

Skripsi ini berhasil disusun tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai

pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis dengan hati

yang tulus mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak F. X. Dapiyanta, SFK., M. Pd., selaku dosen pembimbing utama yang

(12)

xi awal hingga akhir skripsi ini.

2. Bapak Drs. Y. a. C. H. Mardiraharja, selaku dosen Pemb imbing Akademik yang

telah bersedia membimbing, memotivasi, dan mendampingi penulis dengan

penuh kesetiaan dan kesabaran selama melangsungkan studi di kampus IPPAK

Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dra. Yulia Supriyati, selaku dosen penguji yang telah bersedia meluangkan

waktu untuk mempelajari keseluruhan isi dari skripsi ini.

4. Segenap staf dosen dan karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan

Pendidikan Agama Katolik, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Ilmu Keguruan

dan Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang mendidik,

membantu, dan memberi teladan yang baik bagi penulis selama studi sampai

selesainya penulisan skripsi ini.

5. Bapak, Ibu, dan seluruh keluarga besarku yang telah memberikan semangat,

dukungan moral, material dan spiritual selama penulis menempuh studi di

Yogyakarta.

6. Teman-teman mahasiswa IPPAK USD, khususnya angkatan 2004 yang telah

meneguhkan, memberi dukungan dan kritikan, berbagi pengalaman hidup, dan

berjuang bersama dalam semangat persaudaraan dan kekeluargaan untuk menjadi

katekis yang bermutu dan bijaksana.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberi

(13)

xii

sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan skripsi ini.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat bagi pembaca

sekalian.

Yogyakarta, 13 Agustus 2008

Penulis

(14)

xii

A. Latar Belakang Penulisan...

B. Rumusan Masalah Penelitian...

C. Tujuan Penelitian...

D. Manfaat Penelitian...

E. Metode Penulisan...

F. Sistematika Penulisan...

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS...

A. Kajian Pustaka...

1. Media Audio Visual Dalam Pembelajaran...

a. Pengertian Media...

b. Media Audio Visual...

c. Media Dalam Pembelajaran...

d. Media Audio Visual Dalam Pembelajaran...

2. Prestasi Belajar Siswa Dalam PAK...

a. Pendidikan Agama katolik ( PAK )...

b. Belajar...

c. Prestasi Belajar PAK ...

(15)

xiv

D. Hipotesis...

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...

A. Jenis Penelitian...

B. Desain Penelitian ...

C. Tempat Dan Waktu Penelitian ...

D. Populasi Dan Sampel...

1. Populasi Penelitian...

2. Sampel Penelitian ...

E. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data...

1. Kisi – Kisi Penyusunan Soal...

2. Spesifikasi Penyusunan Soal...

3. Uji Coba Instrumen...

4. Analisis Data...

BAB IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN...

A. Deskripsi Data Penelitian...

B. Uji Hipotesis Dengan Independent Samples Test...

C. Pembahasan Hasil Penelitian...

D. Keterbatasan Penelitian...

BAB V. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN...

Lampiran 1 : Program Satuan Pelajaran...

Lampiran 2 : Soal Tes Prestasi Belajar...

Lampiran 3 : Analisis Nilai Kelas Audio Visual...

Lampiran 4 : Analisis Nilai kelas Biasa...

Lampiran 5 : Validitas Item Soal...

Lampiran 6 : Reliabilitas Item Soal...

Lampiran 7 : Hasil Uji Normalitas Dan Linearitas...

(16)

xv

AECT : Association for Educational Communication and Technology

AV : Audio Visual

NEA : National Education Association

PAK : Pendidikan Agama Katolik

PAN : Penilaian Acuan Norma

PAP : Penilaian Acuan Patokan

PBM : Proses Belajar Mengajar

PPL : Program Pengalaman Lapangan

(17)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media Komunikasi dewasa ini berkembang dengan pesat. Hal ini

disebabkan oleh perkembangan teknologi. Banyak penemuan baru dibidang

teknologi, seperti mesin- mesin dan alat elektronik. Perkembangan tersebut

membawa kita ke dalam zaman elektronika. Segala bentuk dan kegiatan manusia

dibantu oleh alat-alat elektronika. Kemampuan manusia untuk berpikir, membaca,

mendengar, melihat, sangat diperluas oleh alat-alat elektronika. Manusia dapat

berkomunikasi satu sama lain walaupun jarak sangat berjauhan. Manusia juga

dapat menerima berita-berita dari seluruh penjuru dunia dengan begitu cepat. Hal

ini menunjukkan segala kehidupan manusia telah dipengaruhi olah alat-alat

elektronika. Manusia dapat berkomunikasi dengan cepat berkat media komunikasi

yang berkembang dengan cepat. Manusia berkomunikasi dengan orang lain

dengan melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir.

Gereja menyadari perkembangan alat-alat komunikasi ini mempunyai

pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan manusia. Maka, Gerejapun ingin

memanfaatkannya dalam rangka tugas pewartaan kepada semua bangsa. Dalam

Evangelii Nuntiandi, dikatakan bahwa “Gereja merasa bersalah di hadapan Tuhan, jika ia tidak mempergunakan alat yang luar biasa ampuh ini ..… Dalam

alat-alat itu Gereja menemukan jenis mimbar yang modern dan berdaya guna. Berkat

(18)

Kalau kita membaca referesi-referensi yang berhubungan dengan media

audio visual, banyak orang telah mengartikan tentang media audio visual.

Pengertian- pengertian audio visual yang telah mereka ungkapkan pada dasarnya

mempunyai maksud yang hampir sama misalnya sarana audio visual diartikan

sebagai media audio yang sudah dipadukan dengan media visual sedemikian rupa

sehingga memiliki kakhususan, konkret, sederhana, mudah menumbuhan jawaban

(emosional) merangsang kreativitas dan keterlibatan pribadi, dapat membawa

orang lain keseluruh dunia dan masuk kesetiap situasi konkret. Yang kedua media

audio visual diartikan sebagai berikut : pertama-tama audio visual merupakan

istilah umum untuk menunjukkan alat-alat komunikasi sosial yang muncul dari

media elektronik. Kedua, secara teoritis istilah tersebut juga mencakup semua

media baru dari fotogarafi sampai televisi, dari kaset suara sampai film panjang

bahkan meliputi juga video dan komputer.

Media audio visual adalah alat-alat komunikasi sosial yang muncul dari

media elektronik. Yang termasuk dalam media komunikasi antara lain televisi,

video, saund slide, film dan lain- lain. Media audio visual merupakan perpaduan

yang tepat antara media audio dan media visual. Media audio adalah segala jenis

media yang hanya bisa dinikmati oleh indera pendengar dan mampu mengubah

imajinasi para pendengar.

Yang termasuk media audio adalah radio, piringan hitam, tape recorder.

Sedangkan media visual adalah semua media yang bisa dinikmati oleh indera

mata dan mampu menimbulkan rangsangan untuk berefleksi dan yang termasuk

(19)

Media audio dan media visual merupakan media audio visual karena

media audio visual merupakan perpaduan antara keduanya. Oleh sebab itu media

audio dan media visual dapat digolongkan kedalamnya.

Yang dapat digolongkan ke dalam media audio visual adalah VCD,

televisi, video, kaset, film, sound slide, radio, piringan hitam, foto, poster dan

cergam. Dengan demikian penulis dapat mengartikan bahwa media audio visual

adalah perpaduan yang tepat antara media audio dan media visual yang mampu

mengubah imajinasi para pendengar dan mampu mengajak pendengar untuk

berefleksi.

Di pihak lain muncul suatu keprihatinan bahwa orang tua dirasa tidak

mampu lagi menjamin pendidikan iman bagi anak-anaknya oleh karena

kesibukan, mereka melepaskan tanggung jawab dan menyerahkan pendidikan

iman bagi anaknya kepada sekolah dan Gereja. Untuk menjawab keprihatinan ini,

Gereja tidak tinggal diam.Kehadiran Gereja di dunia pendidikan nampak melalui

sekolah-sekolah Katolik. Sekolah-sekolah Katolik adalah sarana yang paling tepat

untuk perkembangan iman anak. Salah satu caranya adalah lewat pelajaran PAK

di sekolah.

Pelajaran PAK di sekolah merupakan wujud dari usaha Gereja untuk

membimbing iman siswa agar mereka mampu mengenal dirinya dan mengenal

lingkungannya sesuai dengan iman kristiani. Bagi siswa SD, ini sebagai persiapan

(20)

Masa anak-anak merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan baik

dari segi mentalitasnya maupun dari segi jasmaniahnya. Kemampuan berfikir

anak masih pada tingkatan persepsional. Mereka belum bisa menerima sesuatu

secara rasional. Maka, mereka membutuhkan bantuan dari orang lain untuk bisa

menerima segala sesuatu sesuai dengan taraf berfikir anak. Anak membutuhkan

sesuatu yang dapat membantu anak dapat melihat, mendengar, berbicara dan

berfikir. Alat bantu itu adalah alat-alat audio visual (media audio visual).

Media audio visual merupakan sarana yang telah dipadukan antara media

audio dan media visual sedemikian rupa sehingga dapat merangsang emosional

seseorang. Media audio visual merupakan sarana-sarana yang bisa dilihat dan bisa

didengar oleh manusia.

Sarana audio visual bukan saja berupa ungkapan gambar dan musik saja

tetapi ungkapan-ungkapan gambar dan musik itu mengajak kelompok untuk

berbicara, untuk menyepakati, berkomunikasi dan merangsang peserta untuk

berpikir kritis dan kreatif.

Berdasarkan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di Sekolah Dasar

Kanisius Sang Timur Yogyakarta yang selama semester gasal tahun pelajaran

2006-2007 , penulis melihat kenyataan perkembangan jaman seperti yang

dipaparkan di atas. Kenyataan ini digambarkan sebagai berikut: siswa-siswi kelas

4 (empat) termasuk siswa - siswi aktif bahkan dapat dikatakan nakal, mereka

tidak menganggap penting Pelajaran Agama Katolik (PAK). Hal ini dapat dilihat

dari respon anak ketika ada guru mengajar. Mereka lebih memilih berbicara

dengan temannya atau asik bermain sendiri ketika guru menerangkan tentang

(21)

Situasi seperti ini menuntut guru yang mengajar Pelajaran Agama Katolik

untuk lebih kreatif dalam mengajar, sehingga siswa-siswi tertarik untuk

mengikuti Pelajaran Agama Katolik. Selain itu, tuntutan dari pihak SD Kanisius

Sang Timur bahwa nilai raport Pendidikan Agama tidak boleh ada yang di bawah

6. Padahal kenyataannya, masih banyak anak yang ketika diberikan ulangan

harian, nilainya masih di bawah 6.

Hal ini menjadi tugas baru bagi guru agama agar nilai siswa dapat mencapai

standar yang ditetapkan. Untuk itu, hal pertama yang harus dilakukan tentu adalah

menarik perhatian siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Jika mereka

merasa tertarik mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik, maka diharapkan

pengajaran iman tersebut dapat lebih mudah ditangkap oleh siswa.

Berdasarkan PPL ini penulis melihat pola pikir siswa – siswi yang telah

dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang ada, terutama teknologi

komunikasi. Mereka lebih menyukai program televisi dari pada belajar. Memang

program televisi sekarang ini jauh lebih menarik dibandingkan dengan program

belajar di sekolah. Untuk itu, penulis mencoba memakai sarana yang dapat

menarik perhatian siswa.

Dari fakta ini juga menyadarkan penulis bahwa untuk membantu anak

dalam belajar yang diperlukan lebih sekedar pengetahuan atau penguasaan materi

saja, ada sisi sisi lain yang harus dimiliki oleh saya dalam mengajar yakni

keterampilan dan kreativitas dalam menarik simpati anak untuk mengikuti

pelajaran. Untuk menarik simpati anak dalam belajar terutama anak-anak kelas

(22)

Dengan keberadaan sarana yang banyak itu tentunya mereka tidak mudah

menjadi bosan. Salah satu sarana yang sering saya pakai adalah Media Audio

Visual. Di sekolah ini terdapat banyak media yang dapat dipakai untuk membuat

siswa tertarik dalam mengikuti pelajaran, seperti tape record, televisi, VCD, dan

sebagainya. Diantara sarana-sarana tersebut, yang paling sering saya gunakan

adalah VCD. Hal ini dikarenakan saya menilai bahwa VCD sungguh bisa

membuat anak menjadi perhatian kepada pelajaran. Selain suara, mereka tertarik

karena dapat melihat secara langsung. Tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat

dan merasakan secara langsung.

Dari hal tersebut diatas, kiranya Media Audio Visual sangat diperlukan

untuk membantu menyampaikan pengajaran iman, doktrin atau ajaran gereja

kepada para siswa di sekolah. Dengan pemakaian Media Audio Visual diharapkan

ajaran-ajaran iman tersebut dapat lebih mudah ditangkap oleh siswa. Salah satu

kriteria yang dapat dilihat dari peranan Media Audio Visual tersebut adalah lewat

prestasi belajar, dalam hal ini penilaian pencapaian hasil belajar yang secara

teoritis merupakan cerminan dari apa yang mereka tangkap selama Pelajaran

PAK.

B. Rumusan Masalah Penelitian

1. Apa yang dimaksud dengan Media Audio Visual ?

2. Apa yang dimaksud dengan Prestasi Belajar Siswa dalam Pelajaran PAK ?

3. Seberapa besar sumbangan Media Audio Visual terhadap peningkatan Prestasi

(23)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk memaparkan apa yang dimaksud dengan Media Audio Visual.

2. Untuk memaparkan apa yang dimaksud dengan Prestasi Belajar Siswa dalam

Pelajaran PAK di Sekolah.

3. Untuk mengetahui seberapa besar sumbangan Media Audio Visual terhadap

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dalam Pelajaran PAK di Sekolah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian “Pengaruh Media Audio Visual Terhadap

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pelajaran PAK Di Sekolah Dasar

Kanisius Sang Timur adalah :

1. Supaya peneliti memiliki pengalaman, pengetahuan dan wawasan dalam

penelitian ilmiah, khususnya di bidang PAK di Sekolah.

2. Memberikan sumbangan gagasan dan hasil penelitian bagi tercapainya tujuan

dan maksud digunakannya media Audio Visual dalam pelajaran PAK di

Sekolah.

3. Membantu sekolah dalam memberdayakan fungsinya sebagai tempat

pendidikan, pembinaan dan pemberi keterampilan bagi siswa asuhannya tidak

hanya lewat pengajaran teoritis (ceramah) saja, tetapi juga memanfaatkan

(24)

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menggunakan metode deskripsi

analistis yaitu memaparkan dan menganalisis permasalahan yang ada sehingga

ditemukan jalan pemecahan yang tepat. Selain itu juga, penulis akan

menggunakan studi pustaka serta mencari sumber-sumber yang relevan dan

mendukung.

F. Sistematika Penulisan

Tulisan ini mengambil judul “Pengaruh Media Audio Visual Terhadap

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pelajaran PAK Di SD Kanisius Sang

Timur” dan dikembangkan menjadi lima Bab :

Bab I. PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang penulisan,

rumusan permasalahan, tujuan , manfaat , metode, dan sistematika penulisan.

Bab II. KAJIAN PUSTAKA dan HIPOTESIS

Bab ini menguraikan tentang kajian teori dan hipotesis yang meliputi : kajian

pustaka, penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis.

Bab III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan: Metodologi Penelitian yang meliputi: jenis penelitian,

desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik dan

alat pengumpulan data, jenis dan instrumen pengumpulan data, kisi-kisi,

(25)

Bab IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan: Hasil penelitian dan pembahasannya yang meliputi :

deskripsi data penelitian, pengujian hipotesis, pembahasan penelitian, dan

keterbatasan penelitian.

Bab V. KESIMPULAN dan SARAN

(26)

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Media Audio Visual Dalam Pembelajaran a. Pengertian Media

Media berasal dari bahasa latin yang adalah bentuk jamak dari medium, yang secara harafiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu pengantar atau

perantara sumber pesan dengan penerimaan pesan. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, media berarti 1. alat; 2. alat (sarana) komunikasi seperti koran,

majalah, radio, televisi, film, dan spanduk; 3. yang teletak diantara dua pihak

(orang, golongan) 4. perantara; penghubung; 5. zat hara yang mengandung

protein, karbohidrat, garam, air, dsb, berupa cairan maupun yang dipadatkan

dengan penambahan gelatin untuk menumbuhkan bakteri, sel, atau jaringan

tumbuhan. Batasan mengenai pengertian media sangat luas, namun kita

membatasi pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan sebagai alat

dan bahan kegiatan pembelajaran.

Belajar merupakan kegiatan manusia.. Belajar merupakan suatu aktivitas

mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, ketrampilan dan

nilai serta sikap. Perubahan bersifat relatif konstan dan berbekas (Winkel, 1996).

(27)

meninggal dunia. Setiap orang melakukan perbuatan belajar (Siti Partini

Suardiman, 1979).

Karena belajar adalah proses internal dalam diri manusia, maka guru

bukanlah merupakan satu-satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu

komponen dari sumber belajar yang disebut orang. AECT (dalam http: //www.ekofeum.or.id.) membedakan enam jenis sumber belajar yaitu:

• Pesan ; di dalamnya mencakup kurikulum dan mata pelajaran.

• Orang ; di dalamnya mencakup guru, orang tua, tenaga ahli dan

sebagainya.

• Bahan ; merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan

pembelajaran, seperti buku dan alat peraga (Software).

• Alat ; yang dimaksud di sisni adalah sarana untuk menyajikan bahan pada

butir tiga diatas, seperti OHP, Slide dan sebagainya (Hardware).

• Teknik ; yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang

dalam memberikan pembelajaran guna mencapai tujua n pembelajaran.

Didalamnya mencakup ceramah, permaianan dan sebagainya.

• Latar (setting) atau lingkungan ; termasuk di dalamnya adalah pengaturan

ruang.

Dari urain di atas, dapat disimpulkan bahwa Bahan dan alat yang kita

(28)

b. Media Audio Visual 1) Pengertian

Pengertian- pengertian tentang audio visual yang diungkapkan oleh para

ahli pada dasarnya mempunyai maksud yang hampir sama. Misalnya, sarana

audio visual diartikan sebagai media audio yang sudah dipadukan dengan media

visual sedemikian rupa sehingga memiliki kakhususan, kongkrit, sederhana,

mudah menumbuhan jawaban (emosional) merangsang kreativitas dan

keterlibatan pribadi, dapat membawa orang lain keseluruh dunia dan masuk

kesetiap situasi konkret. Yang kedua media audio visual diartikan sebagai berikut

: pertama-tama audio visual merupakan istilah umum untuk menunjukkan alat-alat

komunikasi sosial yang muncul dari media elektronik. Kedua, secara teoritis

istilah tersebut juga mencakup semua media baru dari fotogarafi sampai televisi,

dari kaset suara sampai film panjang bahkan meliputi juga video dan komputer.

Media audio visual adalah alat-alat komunikasi sosial. Yang termasuk

dalam media komunikasi antara lain televisi, video, saund slide, film dan lain- lain.

Media audio visual merupakan perpaduan yang tepat antara media audio dan

media visual. Media audio adalah segala jenis media yang hanya nisa dinikmati

oleh indera pendengar dan mampu mengubah imajinasi para pendengar.

Yang termasuk media audio adalah radio, piringan hitam, tape recorder.

Sedangkan media visual adalah semua media yang bisa dinikmati oleh indera

mata dan mampu menimbulkan rangsanganuntuk berefleksi dan yang termasuk

media visual adalah : poster, foto, slide, cergam. Media audio dan media visual

(29)

antar keduanya. Oleh sebab itu media audio dan media visual dapat digolongkan

kedalamnya.

Yang dapat digolongkan ke dalam media audio visual adalah televisi,

video, kaset, film, sound slide, radio, piringan hitam, foto, poster dan cergam.

Dengan demikian penulis dapat mengartikan bahwa media audio visual adalah

perpaduan yang tepat antara media aud io dan media visual yang mampu

mengubah imajinasi para pendengar dan mampu mengajak pendengar untuk

berefleksi.

2) Media Audio Visual Dalam Dokumen Gereja

Dokumen-dokumen Gereja membicarakan pentingnya penggunaan sarana

audio visual didalam pewartaan. Istilah audio visual dalam hal ini yang

dimaksudkan sarana seperti radio, televisi, kaset suara, sound lide, cergam dan

sebagainya dalam kehkasan sendiri. Media massa mempunyai pengaruh besar

terhadap seluruh kehidupan masyarakat. Kehkasan media massa adalah

penyebarannya secara serentak. Misalnya radio dan televisi dapat berbicara

kapada jutaan orang pada waktu yang sama. Maka dari itu siapa saja yang

menguasai media massa dapat mempengaruhi masyarakat. Oleh sebab itu

pengaruh media massa untuk pewartaan dia njurkan oleh Dokumen-dokumen

Gereja.

Tetapi menurut dokumen-dokumen Gereja tujuan yang sebenarnya adalah

lain. Sebab dalam media massa ternyata terdapat sedikit orang sebagai

komunikator yang aktif dan berbahasa, sedangkan sebagian besar rakyat hanya

(30)

Istilah komunikasi sosial mengarahkan perhatian pada fungsi alat

komunikasi bagi perkembangan masyarakat. Alat komunikasi sosial bagi

perkembangan masyarakat. Alat komunikasi sosial mempunyai arti yang lebih

luas dari pada mendia massa karena alat komunikasi sosial juga meliputi media

yang bukan massa yaitu media kelompok. Istilah media massa biasanya hanya

dipakai untuk media yang secara serentak atau hampir serentak mencapai

sejumlah orang yang tidak berkumpul di suatu tempat.

a) Communio Et Progressio

Dokumen Gereja Communio et Progressio merupakan Instruksi Pastoral yang disusun atas mandat dari Konsili Vatikan II yang kemudian diterbitkan pada

tanggal 23 Mei 1971 oleh Paus Paulus VI. Dokumen Communio et Progressio ini merupakan dokumen yang paling berwibawa untuk saat sekarang ini walaupun

mulai terbitnya tahun 1971 Gereja sudah mengalami perubahan pandangan.

Communio et Progressio merupakan dokumen Gereja yang khusus barbicara mengenai media komunikasi. Hal ini disadari oleh Gereja bahwa media

komunikasi merupakan saluran-saluran untuk menyampaikan berita-berita dan

menyuarakan sikap dan pandangan manusia masa kini, maka alat-alat itupun

memberikan kemungkinan-kemungkinan yang luar biasa kepada semua orang.

Dalam dokumen Communio et Progressio dikatakan bahwa selama hidupnya di dunia, Kristus selalu menampilkan dirinya sebagai komunikator yang

sempurna, sedangkan rasul-rasul menggunakan apa yang menjadi alat-alat

(31)

sama disiarkan melalui alat-alat sosial yang tersedia dewasa ini. Kristus adalah

pribadi yang paling sempurna. Dia sebagai seorang komunikator yang paling

sempurna. Gereja selalu berusaha terus menerus agar mampu melaksanakan

tugasnya dengan sebaik-baiknya yaitu mewartakan kabar suka cita Allah.

Salah satu usahanya yaitu dengan menggunakan alat-alat komunikasi

sosial sesuai dengan jaman sekarang ini. Masa sekarang ini alat-alat komunikasi

semakin penting bagi kehidupan umat manusia pada umumnya maka alat-alat itu

mendapat perhatian dari Gereja

b) Pewartaan Injil Kepada Bangsa-Bangsa ( Evangelii Nuntiandi )

Bagi Gereja Evangelisasi berarti membawa Kabar Gembira kedalam

semua lapisan umat manusia dan mengubah umat manusia dari dalam dan

membaharuinya. Tujuan Evangelisasi adalah pembaharuan batin yaitu berusaha

mmpertobatkan melalui kekuatan illahi.

Kata-kata terakhir Yesus di dalam Injil Santo Markus memberikan tugas

yang dipercayakan kepada para rasul “Pergilah keseluruh dunia wartakan Kabar

Gembira kepada semua mahkluk” (Markus 16 : 15). Tugas ini bersifat universal

yang tiada batasnya. Tidak terbatas pada satu jenis peradaban saja atau satu

golongan bangsa saja tetapi kepada semua lapisan masyarakat tanpa kecuali.

Sekarang ini hidup dalam peradaban gambar- gambar. Kenyataan ini

mendorong untuk memanfaatkan sarana-sarana modern yang dihasilkan oleh

peradaban sekarang ini, untuk menyiarkan pesan Injil. Dalam Evangelii Nuntiandi

(32)

dalam pendidikan katekese dan pendalaman iman supaya media komunikasi harus

dimanfaatkan. Di hadapan Tuhan Gereja seperti akan meresa bersalah seandainya

tidak menggunakan sarana-sarana yang sebesar itu pengaruhnya dan yang oleh

kecerdasan manusia makin diperluas dan disempurnakan. Di dalam ini pula

dikatakan bahwa isi Evangelisasi sangat penting, sehingga persoalan timbul yakni

bagaimana mewartakan Injil ini tetap relevan sebab metode- metode mewartakan

Injil berbeda-beda menurut keadaan waktu, tempat dan kebudayaan. Oleh sebab

itu agar isi Evangelisasi tetap relevan maka diusahakan dalam bidang sarana yang

cocok dan berdaya guna. Untuk mengkomunikasikan pesan Injil kepada semua

umat manusia, sehingga evangelisasi dapat menjangkau semua orang.

3) Media Audio Visual Dalam Kehidupan Anak a) Perkembangan Anak

(1) Perkembangan Jasmani

Perkembangan masa anak sekolah relatif seragam sampai dengan

pra-remaja. Perkembangan dipengaruhi tinggi dan berat badan. Ada 3 macam

perkembangan :

• Ektomorfik : panjang – langsing

• Mesomorfik : lebih gemuk

• Endomorfik : pendek gemuk

Perbedaan fisik secara seksual belum demikian nampak. Namun, pertumbuhan

(33)

(2) Perkembangan Intelektual

Dalam masa ini anak mengalami perkembangan pengertian dan

pembentukan konsep. Pengertian lahir dari kematangan kemampuan intelektual

anak dan dari belajar (masa peka).

Menurut Hurlock (1980: 162), dengan masuk sekolah; dunia dan minat

anak-anak bertambah luas. Dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula

pengertian tentang manusia dan benda-benda yang sebelumnya kurang atau tidak

berarti. Anak-anak sekarang memasuki apa yang oleh Piaget disebut sebagai

“tahap operasional konkret” dalam berfikir, suatu masa dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas

sekarang menjadi konkret dan tertentu.

Anak menghubungkan arti baru dengan konsep lama berdasarkan apa yang

dipelajari setelah masuk sekolah. Di samping itu anak mendapatkan arti baru dari

media massa, terutama film, radio dan televisi. Dalam menambah konsep sosial,

misalnya, anak mengkaitkan stereotip budaya dengan orang-orang dari ras,

agama, sek, atau kelompok sosial ekonomi yang berbeda-stereotip yang semakin

besar dipelajari dari media massa.

Ketika anak membaca buku pelajaran di sekolah dan mencari keteranagn

dari ensiklopedi atau sumber-sumber informasi lain, anak tidak hanya

mempelajari arti baru untuk konsep tetapi juga memperbaiki arti yang salah

berhubungan dengan konsep lama. Pengalaman sendiri juga memberikan makna

(34)

(3) Perkembangan Emosi

Dalam perkembangan konsep, di samping bertambah arti baru, bobot emosi

juga bertambah. Kadang-kadang bobot emosi ini merupakan ha l- hala baru dan

kadang-kadang merupakan penguatan bagi bobot emosi yang sudah ada. Dari

pelajaran agama di rumah atau di sekolah minggu, misalnya, anak dapat

menghubungkan bobot emosi yang baik dengan kematian. Kemudian, ketika anak

menonton film atau acara televisi yang melibatkan kematian atau gambar orang

mati di dalam majalah atau surat kabar, ia akan menggambarkan konsep yang

sama sekali berbeda dan bobot emosi yang berbeda terhadap konsep kematian

yang diwarnai oleh pengalaman yang dialami sendiri.

Ciri-ciri perkembangan anak pada masa ini adalah : cemburu, iri, marah,

takut, cemas, dan lain- lain. Bila anak menemukan katarsis emosional hendaknya

dibimbing untuk menemukan penyaluran emosional yang baik dan dapat diterima

secara sosial.

(4) Perkembangan Moral

Menurut Piaget, antara usia lima tahun sampai dua belas tahun konsep anak

mengenai keadilan sudah berubah. Pengertian yang kaku dan keras tentang benar

dan salah, yang dipelajari dari orang tua, menjadi berubah dan anak mulai

meperhitungkan kedaan-keadaan khusus di sekitar pelanggaran moral. Jadi

menurut Piaget, relativisme moral menggantikan moral yang kaku. Misalnya, bagi

anak lima tahun, berbohong selalu buruk, sedangkan anak yang lebih besar sadar

(35)

Secara lebih rinci, Kohlberg membagi tahap pertimbangan moral menjadi

tiga tingkatan perkembangan moral dan masing- masing memiliki dua tahap :

(a) Tingkatan Pra Konvensional

Pada tingkatan ini anak peka terhadap peraturan-peraturan yang

berlatar belakang budaya dan terhadap penilaian baik-buru, benar- salah,

tetapi mengartikannya dari sudut pandang akibat-akibat fisik suatu

tindakan atau dari enak-tidaknya akibat-akibat itu. Tingkatan ini dibagi

menjadi 2 tahap:

v Tahap 1 : Orientasi hukuman dan kepatuhan. Akibat-akibat fisik dari

tindakan menentukan baik-buruknya tindakan itu, entah apapun arti atau

nilai akibat-akibat itu bagi manusia.

v Tahap 2 : Orientasi relativis instrume ntal. Tindakan benar adalah

tindakan yang ibarat alat dapat memenuhi kebutuhan sendiri atau

kadang-kadang juga memenuhi kebutuhan orang lain.

(b) Tingkatan konvensinal

Pada tingkatan ini, memenuhi harapan-harapan keluarga,

kelompok, atau bangsa dianggap sebagai sesuatu yang berharga pada

dirinya sendiri, tidak peduli apapun akibat-akibat yang akan diterima.

Tingkatan ini dibagi menjadi 2 tahap:

v Tahap 3 : Orientasi masuk ke kelompok “anak baik” dan “anak

manis”. Tingkah laku yang baik adalah tingkah laku yang menyenangkan

atau membantu orang lain yang mendapat persetujuan mereka. Tingkah

(36)

pertama kalinya menjadi penting. Orang berusaha untuk diterima oleh

lingkungan dengan bersikap “manis”.

v Tahap 4 : Orientasi hukum dan ketertiban. Ada orientasi kepada

otoritas, peraturan-peraturan yang sudah pasti, dan usaha memelihara

ketertiban sosial. Tingkah laku yang benar berupa melakukan kewajiban,

menunjukan rasa hormat kepada otoritas, dan memelihara ketertiban sosial

yang sudah ada demi ketertiban itu sendiri.

(c) Tingkatan Post-Konvensional

Pada tingkatan ini ada usaha yang jelas untuk mengartikan

nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip yang sahih serta dapat dilaksanakan,

terlepas dari otoritas kelompokatau orang-orang yang memegang

prinsip-prinsip tersebut dan terlepas dari apakah individu yang bersangkutan

termasuk kelompok-kelompok itu atau tidak. Tingkatan ini mempunyai

dua tahap :

v Tahap 5 : Orientasi Kontrak-sosial legalistis. Tindakan benar

cenderung dimengerti dari segi hak- hak individual yang umum dan

dari patokan-patokan yang sudah dikaji dengan kritis dan disetujui

oleh seluruh masyarakat.

v Tahap 6 : Orientasi azas etika universal. Benar diartikan dengan

keputusan suara hati, sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang dipilih

(37)

Kohlberg memperluas teori Piaget dan menamakan tingkat kedua

dari perkembangan moral akhir masa kanak-kanak sebagai tingkat

moralitas konvensional atau moralitas dari aturan-aturan dan penyesuaian konvensional. Dalam tahap pertama dari tingkat ini yang oleh Kohlberg

disebutkan moralitas anak baik, anak mengikuti peraturan untuk mengambil

hati orang lain dan untuk mempertahankan hubungan- hubungan yang baik.

Dalam tahap kedua, Kolhberg mengatakan bahwa kalau kelompok sosial

menerima peraturan-peraturan yang sesuai bagi semua anggota kelompok,

ia harus menyesuaikan diri dengan peraturan untuk menghindari penolakan

kelompok dan celaan.

(5) Perkembangan Iman

Penelitian mendalam tentang tahap-tahap perkembangan iman telah

dilakukan oleh James Fowler. Fowler memberi perhatian pada iman dan

perkembangannya di dalam dunia pendidikan. Iman diartikan secara luas; isi

dan konteksnya tidak harus berasal dari hal- hal yang bersifat religius. Seperti

Spiritual Quotient (SQ), iman dipahami sebagai cara seseorang memaknai

kehidupan. Iman dimengerti sebagai perjalanan seseorang mengenali jati

dirinya di dalam relitas historis atau sejarah hidupnya di dalam relasi dengan

lingkungan, sesama, dan Tuhannya.

Pada masa ini, taraf perkembangan iman anak adalah Mitis Harafiah

(Iman anak/ hal- hal yang diimani ditangkap seperti dongeng). Pada usia ini

(7-12 tahun) pikiran anak usia sekolah amat mengagumkan. Ia dapat menghafal

(38)

sendiri. Mereka amat menyukai cerita sebagai sarana menyatakan pengalaman

dan tempat menemukan makna. Cerita sebagai sarana perpanjangan dan

penemuan diri, diartikan secara harafiah dan darinya belum dapat ditarik

kesimpulan. Allah digambarkan secara Antromorphosis: Sebagai orang tua bijaksana, penuh perhatian, sabar, seperti tokoh di dalam cerita atau dongeng.

(Heryatno; 2005)

Minat beragama pada masa ini:

• Minat beragam belum menunjukkan arti bagi anak-anak, meskipun

minat beribadah ada

• Anak-anak tanpa ragu-ragu menerima jawaban yang berkaitan

dengan agama (kelahiran, kematian, surga dll)

• Konsep anak pada agama: Realistis dan fantastik

• Sifat minat: egosentris

• Karena konsep anak masih bercampur dengan fantasi, maka tahap

ini disebut tahap dongeng à naratif eksperensial

Usia anak merupakan usia perkembangan dan pertumbuhan baik dari segi

jasmani maupun dari segi mentalitasnya. Pada umumnya perkembangan anak

sesuai dengan tahap-tahap usianya setiap anak bertambah usianya,

pertumbuhannya juga akan perkembangan atau selalu meningkat. Taraf

berfikirnya berkembang sesuai dengan usianya. Artinya bahwa daya pikir anak

masih berdasarkan pada persepsi-persepsi atau konsep-konsep dasar yang ia

terima dari lingkungannya. Mereka belum bisa melihat sesuatu secara rasional.

(39)

Oleh karena pada usia anak kemampuan berpikir masih pada tingkatan

persepsional, maka anak masih sulit menangkap sesuatu secara harafiah atau lisan

begitu saja. Anak lebih bisa menagkap sesuatu dengan visual atau sesuatau yang

bisa dilihat secara langsung.

b) Peranan Audio Visual Bagi Anak

Para orang tua biasanya suka bercerita kepada anak-anak yang masih kecil.

Cerita-cerita itu biasanya mengandung suatu yang baik bagi anak. Lewat cerita

yang disampaikan kepada anak-anak, para orang tua ingin menyampaikan sesuatu

yang berguna bagi anak, demikian juga kalau kita mendengarkan radio dalam

acara cerita untuk anak yang diproduksi oleh Sanggar Prativi Jakarta. Dalam acara

cerita untuk anak yang berupa drama yang begitu manarik itu, kita dapat menilai

bahwa dalam cerita-cerita itu mengandung sua tu pesan tertentu.

Gambar-gambar tersebut akan lebih mempermudah anak untuk

menangkap sesuatai cerita-cerita. Anak-anak biasanya senang dengan

gambar-gambar, gambar- gambar akan mempermudah daya tangkap bagi anak. Dengan

demikian logis bahwa anak-anak yang senang pada gambar-gambar.

Zaman sekarang ini banyak muncul mainan untuk anak-anak. Mainan

anak-anak ini juga dapat digolongkan sebagai media visual bagi anak-anak,

misalnya : mobil- mobilan, halma, ular tangga, dan sebagainya. Semuanya dapat

(40)

c. Media Dalam Pembelajaran 1) Pengertian Media Pembelajaran

Akhmad Sudrajat (http://akmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/ media-pembelajaran) menyatakan beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Media Pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang

dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Schramm : 1977 dalam

http://akmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/media-pembelajaran).

Sementara itu, tokoh lain berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana

fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video dan

sebagainya (Briggs:1997 dalam http://akmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/ media-pembelajaran). Sedangkan, National Education Association (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam

bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras (dalam

http://akmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/media-pembelajaran).

Dari ketiga pendapat diatas disimpulkan bahwa media pembelajaran

adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran,

perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya

proses belajar pada diri peserta did ik. Media pembelajaran yang digunakan dalam

kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran (Brown :

1973 dalam http: //www.ekofeum.or.id.).

Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagi alat bantu guru

untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan

abad Ke-20 usaha pemanfaat visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio,

(41)

pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini

penggunaan alat bantu dan media pembelajaran menjadi semakin luas dan

interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

2) Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Menurut National Education Association (dalam

http://akmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/media-pembelajaran), terdapat berbaga i jenis media belajar, antara lain :

a) Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik

b) Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya

c) Projected still media: slide, over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya

d) Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DCD, VTR), komputer dan sejenisnya.

Sejalan dengan pengembangan IPTEK, penggunaan media baik yang

bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa

dilakukan secara bersama dan serempak melalui stau alat saja yang disebut Multi

Media. Contoh: dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected

motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.

Media cukup banyak macamnya, Raharjo (dalam http:

//www.ekofeum.or.id.) menyatakan bahwa ada media yang hanya dapat

dimanfaatkan bila ada alat untuk menampilkannya. Ada pula yang penggunaanya

(42)

media instruksional dan bersifat “self Contained” contoh: informasi belajar, contoh, tugas dan latihan secara umpanbalik yang diprogramkan secara

terintegrasi.

Dari berbagai ragam dan bentuk dari media pengajaran, pengelompokan

atas media dan sumber belajar dapat juga ditinjau dari jenisnya, yaitu dibedakan

menjadi media audio, media visual, media audio-visual, dan media serba neka

yaitu:

(1) Media Audio : radio, piringan hitam, pita audio, tape recorder, dan

telefon

(2) Media Visual :

• Media Visual diam : foto, buku, ensiklopedia, majalah, surat kabar, buku

referensi dan barang hasil cetakan lain, gambar, film bingkai/slide,

• Media Visual gerak : film bisu.

(3) Media Audio Visual :

• Media Audiovisual diam : televisi diam, slide dan suara, film rangkai

dan suara, buku dan suara

• Media Audiovisual gerak : video, CD, film rangaki dan suara, televisi,

gambar dan suara.

(4) Media Serba aneka :

• Papan dan display : papan tulis, papan pamer/pengumuman/majalah

dinding, papan magnetik, white board, mesin pengganda • Media tiga dimensi : realia, model, diorama, display

• Media teknik dramatisasi : drama, pantomim, bermain peran,

(43)

• Sumber belajar pada masyarakat : kerja lapangan, studi wisata,

perkemahan

• Belajar terprogram

• Komputer

Tiap jenis media mempunyai karakteristik atau sifat-sifat khas tersendiri.

Artinya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing- masing. Media

pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Media pembelajaran

harus meningkatkan motivasi pembelajar. Penggunaan media mempunyai tujuan

memberikan motivasi kepada pembelajar. Selain itu media juga harus merangsang

pembelajar mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan

belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan pembelajar dalam

memberikan tanggapan, umapanbalik dan juga mendorong untuk melakukan

praktek-praktek dengan benar.

Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media. Hubbard

mengusulkan sembilan kriteria untuk menilainya (Hubbard : 1983 dalam http:

//www.ekofeum.or.id.). Kriteria pertama adalah biaya. Kriteria lainnya adalah

ketersedian fasilitas penduduk seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas,

keringkasan, kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh

yang ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan. Semakin banyak

tujuan pembelajaran yang bisa dibantu dengan sebuah media semakin baiklah

media itu.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Kriteria yang paling utama

dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan

(44)

kompetisi peserta didik bersifat menghafal kata-kata tentunya media audio yang

tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat

memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan

pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film damn vedeo

bisa digunakan.

Disamping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melangkapi

(komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan pesrta didik;

ketersediaan; dan mutu teknis.

3) Fungsi Media Pembelajaran

Menurut National Education Association (NEA : 1969 dalam http: //www.ekofeum.or.id.), Media memiliki beberapa fungsi, di antaranya :

a) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki

oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda,

tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak,

seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebaianya. Media

pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak

dibawa ke objek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke

peserta didik. Obyek dimaksud biasa dalam bentuk nyata, miniatur, model,

maupun dalam bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara audio

visual dan audial.

b) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang

tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik

(45)

v obyek terlalu besar;

v obyek terlalu kecil,

v obyek ya ng bergerak terlalu lambat;

v obyek yang bergerak terlalu cepat;

v obyek yang terlalu kompleks,

v obyek yang bunyinya terlalu halus,

v obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan

media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta.

c) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta

didik dengan lingkungannya.

d) Media menghasilkan keseragaman pengamatan

e) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.

f) Media membangkitkan keinginan dan minat baru.

g) Media memberikan pengalaman yang integral/ menyeluruh dari yang konkrit

sampai dengan abstrak.

Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara

luas. Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanaya perbedaan dari

sudut pandang, maksud, dan tujuannya. AECT (dalam http:

//www.ekofeum.or.id.) memaknai media sebagai segala bentuk yang

dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. NEA memaknai media sebagai

segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau

(46)

Raharjo (dalam http: //www.ekofeum.or.id.) menyimpulkan beberapa

pandangan tentang media, yaitu Gagne yang menempatkan media sebagai

komponen sumber, mendefinisikan media sebagai “komponen sumber belajar di

lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar. “Briggs

berpendapat bahwa media harus didukung sesuatu untuk mengkomunikasikan

materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar yang mendefinisikan media

sebagai wahana fisik yang mengandung materi instruksional. Wilbur Schramn

mencermati pemanfaatan media sebagai suatu teknik untuk menyampaikan pesan.,

dimana ia mendefinisikan media sebagai teknologi pembawa informasi/pesan

instruksional. Yusuf Hadi Miarso memandang media secara luas/makro dalam

sistem pendidikan sehingga mendefinisikan media adalah segala sesuatu yang

dapat merangsang terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. (Schramm :

1977 dalam

http://akmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/media-pembelajaran).

Harsoyo ( dalam http: //www.ekofeum.or.id.) menyatakan bahwa banyak

orang membedakan media dengan alat peraga. Namun tidak sedikit yang

menggunakan kedua istilah itu secara bergantian untuk menunjuk alat atau benda

yang sama (interchangeable). Perbedaan media dengan alat peraga terletak pada fungsinya dan bukan pada substansinya. Suatu sumber belajar disebut sebagai alat

peraga bila hanya berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran saja; dan sumber

belajar disebut media bila merupakan bagian integral dari suatu proses atau

kegiatan pembelajaran dan ada semacam pembagian tanggungjawab antara guru

(47)

istilah media dan alat peraga digunakan untuk menyebut sumber atau hal atau

benda yang sama dan tidak dibedakan secara substansial.

Rahardjo (dalam http: //www.ekofeum.or.id.) menyatakan bahwa media

dalam arti terbatas, yaitu sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini berarti media

sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk:

• Memotifasi belajar peserta didik

• Memperjelas informasi/pesan pengajaran

• Memberikan tekanan pada bagian-bagain yang penting

• Memberi variasi pengajaran

• Memperjelas struktur pengajaran.

Di sini media memiliki yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan

membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada

peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisiensikan proses

belajar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih

efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, dimana 11 % dari yang

dipelajari lewat indera pendengaran, sedangkan 83 % lewat indera penglihatan. Di

samping itu juga dikemukakan bahwa kita hanya dapat mengingat 20 % dari apa

yang kita dengar, namun dapar mengingat 50 % dari apa yang dilihat dan

didengar.

Manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran adalah untuk

memperlancar interaksi antara guru dan siswa, dan hal ini pada gilirannya akan

(48)

(1) Proses belajar menjadi lebih menarik

Media pembelajaran dapat membangkitkan keingintahuan siswa,

merangsang siswa untuk bereaksi terhadap penjelasan guru, memungkinkan

mereka menyentuh objek pelajaran, membantu mengkonkritkan sesuatu

abstrak. Dengan demikian kelas tidak menjadi monoton dan membosankan.

(2) Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif

Apabila pemilihan media dan rancangan dilakukan secara benar, maka

media pembelajaran dapat membantu guru dan siswa melakukan

komunikasi dua arah secara aktif.

(3) Jumlah waktu mengajar dapat dikurangi

Dengan adanya media pengajaran, guru dapat terbantu untuk tidak perlu

banyak menulis atau menggambar di papan tulis dan dengan adanya tulisan

dan gambar, guru tidak memerlukan waktu yang lama, demikian pula siswa

dengan cepat dapat memahami materi yang disajikan.

(4) Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan

Penggunaan media pembelajaran secara benar, tidak hanya membuat proses

pembelajaran menjadi lebih efisien dan juga dapat membantu siswa

menyerap materi pelajaran secara lebih dalam dan utuh.

(5) Proses belajar dapat dilakukan di mana dan kapan saja

Program audio, video, komputer dan modul merupakan media pembelajaran

yang dapat digunakan dimana saja dan kapan saja sesuai dengan kondisi

dan situasi guru dan siswa.

(6) Sikap positif siswa terhadap bahan belajar maupun terhadan proses

(49)

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa media Pembelajaran berfungsi

untuk mempermudah penyampaian materi, membangkitkan motivasi anak, dan

merangsang anak untuk belajar.

d. Media Audio Visual Dalam Pembelajaran

Media Audio-visual adalah seperangkat media yang mampu

menyampaikan pesan sejauh pesan diterima dengan panca indera. Yang menjadi

tekanan media audio- visual lebih pada bagian dari proses dan pesan terletak pada

pengaturan tempat dan waktu (Adisusanto dan Ernestine, 1977: 8). Media

audio-visual memiliki fungsi yang jelas yakni menyampaikan berbagai macam

informasi, pesan dan sebagainya kepada masyarakat luas.

Audio-visual merupakan bahasa baru yang mampu menyentuh kehidupan

manusia zaman sekarang. Modernitas memungkinkan berkembangnya bahasa ini.

Dengan berbagai macam hasil penemuan teknologi yang semakin hari semakin

canggih, bahasa audio-visual semakin mampu menyentuh, menyapa, bahkan

mengubah pola hidup setiap pribadi manusia. Kehadirannya telah membawa

suasana baru dalam dinamika kehidupan. Dinamika hidup kerja dan studi turut

diwarnai oleh bahasa audio visual.

Audio-visual secara jelas dan dekat hadir dalam masyarakat, misalnya dalam

bentuk televisi dan programnya. Televisi merupakan salah satu mass media yang

mampu memberikan daya pengaruh besar terhadap para pemirsa televisi.

Sebagai media audio-visual, televisi berwajah ganda, artinya mengandung

nilai positif dan negatif bercampur menjadi satu dan para pemirsa harus

(50)

Audio-visual membantu proses pendidikan iman. Jaman lisan kedua, itulah

istilah yang digunakan oleh para pakar atau orang-orang yang bergulat dalam

dunia audio-visual. Proses pengulangan merupakan kekhasan dari audio-visual.

Hal ini merupakan proses internalisasi suatu nilai atau pesan yang hendak

disampaikan. Sesuatu tampak spontan, namun sebenarnya telah direncanakan

secara matang merupakan kelebihan audio-visual (Iswarahadi, 2002: 5).

2. Prestasi Belajar Siswa Dalam PAK a. Pendidikan Agama Katolik ( PAK )

Menurut UU RI No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

dalam penjelasan Pasal 39 ayat 2 menyebutkan bahwa : Pendidikan Agama

Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan

dalam rangka mengembangkan kemamp uan peserta didik untuk memperteguh

iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Gereja

Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam

hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan

persatuan nasional.

Pendidikan Agama Katolik di sekolah dipahami sebagai proses pendidikan

dalam iman atau proses pendidikan untuk membantu para siswa agar makin

beriman. PAK merupakan sebagai suatu proses pendidikan yang berjalan secara

berkesinambungan. PAK di sekolah merupakan sarana untuk membantu peserta

(51)

1) Visi PAK

Pelajaran agama Katolik di sekolah merupakan salah satu bentuk

komunikasi atau interaksi iman. Komunikasi iman itu mengandung unsur

pengetahuan iman, unsur pergumulan iman, dan unsur penghayatan iman dalam

berbagai bentuk.

Bagi peserta yang beriman katolik komunikasi iman itu diharapkan dapat

membantu hidup beriman mereka. Pengetahuan mereka mengenai iman katolik

diperluas. Diharapkan juga, mereka dibantu dalam pergumulan untuk menghayati

imannya Sebagai salah satu bentuk komunikasi iman, pelajaran agama disekolah

diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi hidup beriman peserta.

Membangun hidup beriman kristen berarti membangun kepada injil Yesus

Kristus.

Kegiatan komunikasi iman juga memerlukan sarana. Salah satu sarana

komunikasi dalam pelajaran agama adalah bahan. Bahan memang merupakan hal

yang penting, namun tetap merupakan sarana komunikasi iman para peserta,

bukan tujuan. Bahkan, bukanlah bahan mati, dalam komunikasi iman bahan

menjadi patner dialog yang bersaksi. Bahan yang harus diketahui bukanlah pengetahuan yang tidak menyentuh pengalaman dan penghayatan iman iman

sehari- hari, melainkan patner yang menggairahkan para peserta untuk semakain.

Ikut dalam gerakan Kerajaan Allah.

Cita-cita dari Pelajaran Agama tersebut menuntut adanya pola tertentu.

Pola yang sesuai adalah pola kegiatan komunikasi iman yang bersifat naratif eksperiensial. Sifat naratif berarti bahwa bahan diceritakan (narasi) sebagai patner

(52)

(eksperiensi). Komunikasi tersebut berangkat dari atau menuju ke pengalaman

dan penghayatan iman sehari- hari peserta pelajaran agama (Tom Jacob, 1992)

2) Tujuan PAK

PAK pada dasarnya bertujuan memampukan siswa untuk membangun

hidup yang semakin beriman. Membangun hidup beriman kristia ni berarti

membangun kesetiaan pada injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan

tunggal, yakni Kerajaan Allah (Yos Lalu, 2005: 20). Kerajaan Allah merupakan

situasi dan pristiwa penyelamatan: situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan

keadilan, kebaha giaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan yang

dirindukan oleh setiap orang dari pelbagai agama dan kepercayaan.

Tujuan yang hendak dicapai disamping sungguh memperhatikan kondisi

kehidupan konkret peserta artinya digali dari kebutuhan dan kepentingan peserta

bahkan kalau perlu dirumuskan bersama semua siswa, juga harus bersifat holistik.

Bersifat holistik artinya, sesuai dengan kepentingan dan permasalah hidup siswa

(Heryatno,2003). Tujuan tersebut harus merangkum segi kongnitif, afeksi dan

praksis.

Ketiga tujuan ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.

Ketiganya merupakan unsur pokok kehidupan siswa sebagai orang beriman.

Pendidikan dalam iman berusaha membantu memperkembangkan secara

seimbang ketiga komponan tersebut. Aspek kognitif diyakini sebagai bagian

penting dalam proses pendidikan iman. Lebih- lebih untuk konteks sekolah. Tetapi

(53)

bersifat intelektualis, yang memuji segi pengetahuan tetapi juga harus menye ntuh

segi afeksi.

b. Belajar

Belajar merupakan kegiatan (aktifitas) manusia. Belajar merupakan

kegiatan individu yang dilakukan semenjak lahir sampai meninggal dunia. Setiap

orang melakukan perbuatan belajar (Siti Partini Suardiman, 1979). Artinya dalam

hidup sehari- hari, kita melakukan banyak kegiatan yang sesungguhnya merupakan

“gejala belajar”. Mustahillah dapat melakukan suatu kegiatan, kalau kita tidak

belajar terlebih dahulu. Misalnya, kita naik sepeda motor, kita makan dengan

menggunakan alat-alat makan. Kemampuan untuk melakukan itu semua diperoleh

dengan belajar, mengingat pada awalnya kemampuan belum kita miliki. Maka

terjadilah proses perubahan dari belum mampu ke arah sudah mampu.

Proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu. Adanya

perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadi belajar. Hal

yang senada dikemukakan Winkel (1996), baginya belajar adalah suatu aktivitas

mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,

keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan

berbekas.

Perubahan akibat belajar akan bertahan lama bahkan sampai taraf tertentu

tidak menghilang lagi. Kemampuan yang telah diperoleh menjadi milik pribadi

(54)

Hasil belajar secara relatif bersifat konstan dan tetap. Dikatakan “secara

relatif”, karena ada kemungkinan suatu hasil belajar ditiadakan atau dihapus dan

diganti dengan hasil yang baru; ada kemungkinan pula suatu hasil terlupakan.

Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar.

Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar, tidak dapat

diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang tersebut. Maka,

berdasarkan perilaku yang disaksikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang

telah belajar.

Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan, dalam bergaul dengan

orang, dalam memegang benda, dan dalam menghadapi peristiwa,

manusia/seseorang itu belajar. Namun, tidak tentu berada di tengah-tengah

lingkungan, menjamin adanya proses belajar. Orang harus aktif sendiri,

melibatkan diri dengan segala pemikiran, kemauan dan perasaannya.

Berdasarkan cara siswa belajar, ada empat macam cara yang digunakan

siswa belajar yakni belajar bersama guru di kelas, belajar berdasarkan panduan

atau tugas tertentu, belajar mandiri dan belajar kreatif. Belajar siswa bersama guru

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru di kelas dalam waktu yang sudah

direncanakan. Belajar seperti ini dapat dikatakan sebagai belajar tatap muka yaitu

siswa langsung dituntun oleh guru di kelas.

Siswa belajar berdasarkan panduan yaitu belajar siswa yang dilakukan

untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu yang dibebankan kepadanya. Belajar

model ini juga dikatakan sebagai belajar terstruktur yakni siswa mempelajari

materi- materi tertentu dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Disini

(55)

menyelesaikan tugas dari guru. Belajar berdasarkan panduan ini dapat dilakukan

secara pribadi maupun secara kelompok dalam waktu yang terbatas. Jenis belajar

ini dapat dilakukan di ruang terbuka maupun di dalam ruang tertutup.

Belajar mandiri yaitu siswa mempelajari sendiri materi- materi yang

termuat dalam program sekolah tanpa kehadiran guru atau tugas dari guru. Belajar

model ini merupakan cara belajar atas kesadaran siswa sendiri untuk menguasai

materi – materi yang telah diprogramkan oleh sekolah.

Belajar kreatif yakni siswa belajar sendiri menyelesaikan

masalah-masalah yang dihadapinya dengan menggunakan pengetahunan dan cara kerja

yang telah dimiliki termasuk belajar di sekolah. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa belajar mandiri ini merupakan usaha merealisasikan kemampuan

siswa dan pengetahuan siswa dalam kehidupan nyata sehari- hari.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses

belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Namun dalam praksisnya,

banyak faktor yang menghambat cara belajar siswa dalam mencapai prestasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa banyak jenisnya, tetapi

dapat digolongkan dua jenis saja, yaitu masalah intern dan masalah ekstern (Siti

Partini Suardiman, 51). Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu

yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar

individu. Faktor intern terdiri tiga bagian yaitu; faktor jasmaniah, faktor

Gambar

Tabel 3 : Tests of Normality
Tabel 4 : ANOVA Table
Tabel 5.1. : Frekwensi Skor Kelas Audio Visual
Tabel 5.3. :  Statistics
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPA pada kompetensi dasar pesawat sederhana melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas V

Pengaruh Model Pembelajaran SAVI ( Somatic Audio Visual Intelektual ) Terhadap Kemampuan Pengetahuan Metakognitif Siswa Pada Materi Perbandingan Siswa Kelas VII-2 MTsN

Skripsi yang berjudul “Penerapan Media Audio Visual Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SD IT Al-Hijrah 2 Laut Dendang” yang disusun oleh NOVIANA

Uraian Pernyataan spiritual dalam hidup saya Pembinaan Mental Rohani Katolik mempertinggi moral dan akhlak yang luhur Pembinaan Mental Rohani Katolik bermakna bagi hubungan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah media audio visual dan cerita bergambar efektif sebagai media pembelajaran dan hasil belajar

(5) Hasil perhitungan sumbangan efektif menunjukkan bahwa kontribusi kelengkapan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar ekonomi adalah sebesar 14,64% dan untuk

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SD Negeri 2 Lesmana ini dilakukan untuk meningkatkan kerja keras dan prestasi belajar siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia materi

Hasil wawancara dan observasi menunjukkan rendahnya kreativitas dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Pliken, sehingga penelitian ini bertujuan untuk