BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Media Audio Visual Dalam Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin yang adalah bentuk jamak dari medium, yang secara harafiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu pengantar atau
perantara sumber pesan dengan penerimaan pesan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, media berarti 1. alat; 2. alat (sarana) komunikasi seperti koran,
majalah, radio, televisi, film, dan spanduk; 3. yang teletak diantara dua pihak
(orang, golongan) 4. perantara; penghubung; 5. zat hara yang mengandung
protein, karbohidrat, garam, air, dsb, berupa cairan maupun yang dipadatkan
dengan penambahan gelatin untuk menumbuhkan bakteri, sel, atau jaringan
tumbuhan. Batasan mengenai pengertian media sangat luas, namun kita
membatasi pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan sebagai alat
dan bahan kegiatan pembelajaran.
Belajar merupakan kegiatan manusia.. Belajar merupakan suatu aktivitas
mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, ketrampilan dan
nilai serta sikap. Perubahan bersifat relatif konstan dan berbekas (Winkel, 1996).
meninggal dunia. Setiap orang melakukan perbuatan belajar (Siti Partini
Suardiman, 1979).
Karena belajar adalah proses internal dalam diri manusia, maka guru
bukanlah merupakan satu-satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu
komponen dari sumber belajar yang disebut orang. AECT (dalam http: //www.ekofeum.or.id.) membedakan enam jenis sumber belajar yaitu:
• Pesan ; di dalamnya mencakup kurikulum dan mata pelajaran.
• Orang ; di dalamnya mencakup guru, orang tua, tenaga ahli dan sebagainya.
• Bahan ; merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku dan alat peraga (Software).
• Alat ; yang dimaksud di sisni adalah sarana untuk menyajikan bahan pada butir tiga diatas, seperti OHP, Slide dan sebagainya (Hardware).
• Teknik ; yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam memberikan pembelajaran guna mencapai tujua n pembelajaran.
Didalamnya mencakup ceramah, permaianan dan sebagainya.
• Latar (setting) atau lingkungan ; termasuk di dalamnya adalah pengaturan ruang.
Dari urain di atas, dapat disimpulkan bahwa Bahan dan alat yang kita
kenal dengan software dan hardware tak lain adalah media pembelajaran dalam pendidikan.
b. Media Audio Visual 1) Pengertian
Pengertian- pengertian tentang audio visual yang diungkapkan oleh para
ahli pada dasarnya mempunyai maksud yang hampir sama. Misalnya, sarana
audio visual diartikan sebagai media audio yang sudah dipadukan dengan media
visual sedemikian rupa sehingga memiliki kakhususan, kongkrit, sederhana,
mudah menumbuhan jawaban (emosional) merangsang kreativitas dan
keterlibatan pribadi, dapat membawa orang lain keseluruh dunia dan masuk
kesetiap situasi konkret. Yang kedua media audio visual diartikan sebagai berikut
: pertama-tama audio visual merupakan istilah umum untuk menunjukkan alat-alat
komunikasi sosial yang muncul dari media elektronik. Kedua, secara teoritis
istilah tersebut juga mencakup semua media baru dari fotogarafi sampai televisi,
dari kaset suara sampai film panjang bahkan meliputi juga video dan komputer.
Media audio visual adalah alat-alat komunikasi sosial. Yang termasuk
dalam media komunikasi antara lain televisi, video, saund slide, film dan lain- lain.
Media audio visual merupakan perpaduan yang tepat antara media audio dan
media visual. Media audio adalah segala jenis media yang hanya nisa dinikmati
oleh indera pendengar dan mampu mengubah imajinasi para pendengar.
Yang termasuk media audio adalah radio, piringan hitam, tape recorder.
Sedangkan media visual adalah semua media yang bisa dinikmati oleh indera
mata dan mampu menimbulkan rangsanganuntuk berefleksi dan yang termasuk
media visual adalah : poster, foto, slide, cergam. Media audio dan media visual
antar keduanya. Oleh sebab itu media audio dan media visual dapat digolongkan
kedalamnya.
Yang dapat digolongkan ke dalam media audio visual adalah televisi,
video, kaset, film, sound slide, radio, piringan hitam, foto, poster dan cergam.
Dengan demikian penulis dapat mengartikan bahwa media audio visual adalah
perpaduan yang tepat antara media aud io dan media visual yang mampu
mengubah imajinasi para pendengar dan mampu mengajak pendengar untuk
berefleksi.
2) Media Audio Visual Dalam Dokumen Gereja
Dokumen-dokumen Gereja membicarakan pentingnya penggunaan sarana
audio visual didalam pewartaan. Istilah audio visual dalam hal ini yang
dimaksudkan sarana seperti radio, televisi, kaset suara, sound lide, cergam dan
sebagainya dalam kehkasan sendiri. Media massa mempunyai pengaruh besar
terhadap seluruh kehidupan masyarakat. Kehkasan media massa adalah
penyebarannya secara serentak. Misalnya radio dan televisi dapat berbicara
kapada jutaan orang pada waktu yang sama. Maka dari itu siapa saja yang
menguasai media massa dapat mempengaruhi masyarakat. Oleh sebab itu
pengaruh media massa untuk pewartaan dia njurkan oleh Dokumen-dokumen
Gereja.
Tetapi menurut dokumen-dokumen Gereja tujuan yang sebenarnya adalah
lain. Sebab dalam media massa ternyata terdapat sedikit orang sebagai
komunikator yang aktif dan berbahasa, sedangkan sebagian besar rakyat hanya
Istilah komunikasi sosial mengarahkan perhatian pada fungsi alat
komunikasi bagi perkembangan masyarakat. Alat komunikasi sosial bagi
perkembangan masyarakat. Alat komunikasi sosial mempunyai arti yang lebih
luas dari pada mendia massa karena alat komunikasi sosial juga meliputi media
yang bukan massa yaitu media kelompok. Istilah media massa biasanya hanya
dipakai untuk media yang secara serentak atau hampir serentak mencapai
sejumlah orang yang tidak berkumpul di suatu tempat.
a) Communio Et Progressio
Dokumen Gereja Communio et Progressio merupakan Instruksi Pastoral yang disusun atas mandat dari Konsili Vatikan II yang kemudian diterbitkan pada
tanggal 23 Mei 1971 oleh Paus Paulus VI. Dokumen Communio et Progressio ini merupakan dokumen yang paling berwibawa untuk saat sekarang ini walaupun
mulai terbitnya tahun 1971 Gereja sudah mengalami perubahan pandangan.
Communio et Progressio merupakan dokumen Gereja yang khusus barbicara mengenai media komunikasi. Hal ini disadari oleh Gereja bahwa media
komunikasi merupakan saluran-saluran untuk menyampaikan berita-berita dan
menyuarakan sikap dan pandangan manusia masa kini, maka alat-alat itupun
memberikan kemungkinan-kemungkinan yang luar biasa kepada semua orang.
Dalam dokumen Communio et Progressio dikatakan bahwa selama hidupnya di dunia, Kristus selalu menampilkan dirinya sebagai komunikator yang
sempurna, sedangkan rasul-rasul menggunakan apa yang menjadi alat-alat
sama disiarkan melalui alat-alat sosial yang tersedia dewasa ini. Kristus adalah
pribadi yang paling sempurna. Dia sebagai seorang komunikator yang paling
sempurna. Gereja selalu berusaha terus menerus agar mampu melaksanakan
tugasnya dengan sebaik-baiknya yaitu mewartakan kabar suka cita Allah.
Salah satu usahanya yaitu dengan menggunakan alat-alat komunikasi
sosial sesuai dengan jaman sekarang ini. Masa sekarang ini alat-alat komunikasi
semakin penting bagi kehidupan umat manusia pada umumnya maka alat-alat itu
mendapat perhatian dari Gereja
b) Pewartaan Injil Kepada Bangsa-Bangsa ( Evangelii Nuntiandi )
Bagi Gereja Evangelisasi berarti membawa Kabar Gembira kedalam
semua lapisan umat manusia dan mengubah umat manusia dari dalam dan
membaharuinya. Tujuan Evangelisasi adalah pembaharuan batin yaitu berusaha
mmpertobatkan melalui kekuatan illahi.
Kata-kata terakhir Yesus di dalam Injil Santo Markus memberikan tugas
yang dipercayakan kepada para rasul “Pergilah keseluruh dunia wartakan Kabar
Gembira kepada semua mahkluk” (Markus 16 : 15). Tugas ini bersifat universal
yang tiada batasnya. Tidak terbatas pada satu jenis peradaban saja atau satu
golongan bangsa saja tetapi kepada semua lapisan masyarakat tanpa kecuali.
Sekarang ini hidup dalam peradaban gambar- gambar. Kenyataan ini
mendorong untuk memanfaatkan sarana-sarana modern yang dihasilkan oleh
peradaban sekarang ini, untuk menyiarkan pesan Injil. Dalam Evangelii Nuntiandi
dalam pendidikan katekese dan pendalaman iman supaya media komunikasi harus
dimanfaatkan. Di hadapan Tuhan Gereja seperti akan meresa bersalah seandainya
tidak menggunakan sarana-sarana yang sebesar itu pengaruhnya dan yang oleh
kecerdasan manusia makin diperluas dan disempurnakan. Di dalam ini pula
dikatakan bahwa isi Evangelisasi sangat penting, sehingga persoalan timbul yakni
bagaimana mewartakan Injil ini tetap relevan sebab metode- metode mewartakan
Injil berbeda-beda menurut keadaan waktu, tempat dan kebudayaan. Oleh sebab
itu agar isi Evangelisasi tetap relevan maka diusahakan dalam bidang sarana yang
cocok dan berdaya guna. Untuk mengkomunikasikan pesan Injil kepada semua
umat manusia, sehingga evangelisasi dapat menjangkau semua orang.
3) Media Audio Visual Dalam Kehidupan Anak a) Perkembangan Anak
(1) Perkembangan Jasmani
Perkembangan masa anak sekolah relatif seragam sampai dengan
pra-remaja. Perkembangan dipengaruhi tinggi dan berat badan. Ada 3 macam
perkembangan :
• Ektomorfik : panjang – langsing • Mesomorfik : lebih gemuk • Endomorfik : pendek gemuk
Perbedaan fisik secara seksual belum demikian nampak. Namun, pertumbuhan
(2) Perkembangan Intelektual
Dalam masa ini anak mengalami perkembangan pengertian dan
pembentukan konsep. Pengertian lahir dari kematangan kemampuan intelektual
anak dan dari belajar (masa peka).
Menurut Hurlock (1980: 162), dengan masuk sekolah; dunia dan minat
anak-anak bertambah luas. Dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula
pengertian tentang manusia dan benda-benda yang sebelumnya kurang atau tidak
berarti. Anak-anak sekarang memasuki apa yang oleh Piaget disebut sebagai
“tahap operasional konkret” dalam berfikir, suatu masa dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas
sekarang menjadi konkret dan tertentu.
Anak menghubungkan arti baru dengan konsep lama berdasarkan apa yang
dipelajari setelah masuk sekolah. Di samping itu anak mendapatkan arti baru dari
media massa, terutama film, radio dan televisi. Dalam menambah konsep sosial,
misalnya, anak mengkaitkan stereotip budaya dengan orang-orang dari ras,
agama, sek, atau kelompok sosial ekonomi yang berbeda-stereotip yang semakin
besar dipelajari dari media massa.
Ketika anak membaca buku pelajaran di sekolah dan mencari keteranagn
dari ensiklopedi atau sumber-sumber informasi lain, anak tidak hanya
mempelajari arti baru untuk konsep tetapi juga memperbaiki arti yang salah
berhubungan dengan konsep lama. Pengalaman sendiri juga memberikan makna
(3) Perkembangan Emosi
Dalam perkembangan konsep, di samping bertambah arti baru, bobot emosi
juga bertambah. Kadang-kadang bobot emosi ini merupakan ha l- hala baru dan
kadang-kadang merupakan penguatan bagi bobot emosi yang sudah ada. Dari
pelajaran agama di rumah atau di sekolah minggu, misalnya, anak dapat
menghubungkan bobot emosi yang baik dengan kematian. Kemudian, ketika anak
menonton film atau acara televisi yang melibatkan kematian atau gambar orang
mati di dalam majalah atau surat kabar, ia akan menggambarkan konsep yang
sama sekali berbeda dan bobot emosi yang berbeda terhadap konsep kematian
yang diwarnai oleh pengalaman yang dialami sendiri.
Ciri-ciri perkembangan anak pada masa ini adalah : cemburu, iri, marah,
takut, cemas, dan lain- lain. Bila anak menemukan katarsis emosional hendaknya
dibimbing untuk menemukan penyaluran emosional yang baik dan dapat diterima
secara sosial.
(4) Perkembangan Moral
Menurut Piaget, antara usia lima tahun sampai dua belas tahun konsep anak
mengenai keadilan sudah berubah. Pengertian yang kaku dan keras tentang benar
dan salah, yang dipelajari dari orang tua, menjadi berubah dan anak mulai
meperhitungkan kedaan-keadaan khusus di sekitar pelanggaran moral. Jadi
menurut Piaget, relativisme moral menggantikan moral yang kaku. Misalnya, bagi
anak lima tahun, berbohong selalu buruk, sedangkan anak yang lebih besar sadar
Secara lebih rinci, Kohlberg membagi tahap pertimbangan moral menjadi
tiga tingkatan perkembangan moral dan masing- masing memiliki dua tahap :
(a) Tingkatan Pra Konvensional
Pada tingkatan ini anak peka terhadap peraturan-peraturan yang
berlatar belakang budaya dan terhadap penilaian baik-buru, benar- salah,
tetapi mengartikannya dari sudut pandang akibat-akibat fisik suatu
tindakan atau dari enak-tidaknya akibat-akibat itu. Tingkatan ini dibagi
menjadi 2 tahap:
v Tahap 1 : Orientasi hukuman dan kepatuhan. Akibat-akibat fisik dari tindakan menentukan baik-buruknya tindakan itu, entah apapun arti atau
nilai akibat-akibat itu bagi manusia.
v Tahap 2 : Orientasi relativis instrume ntal. Tindakan benar adalah tindakan yang ibarat alat dapat memenuhi kebutuhan sendiri atau
kadang-kadang juga memenuhi kebutuhan orang lain.
(b) Tingkatan konvensinal
Pada tingkatan ini, memenuhi harapan-harapan keluarga,
kelompok, atau bangsa dianggap sebagai sesuatu yang berharga pada
dirinya sendiri, tidak peduli apapun akibat-akibat yang akan diterima.
Tingkatan ini dibagi menjadi 2 tahap:
v Tahap 3 : Orientasi masuk ke kelompok “anak baik” dan “anak manis”. Tingkah laku yang baik adalah tingkah laku yang menyenangkan
atau membantu orang lain yang mendapat persetujuan mereka. Tingkah
pertama kalinya menjadi penting. Orang berusaha untuk diterima oleh
lingkungan dengan bersikap “manis”.
v Tahap 4 : Orientasi hukum dan ketertiban. Ada orientasi kepada otoritas, peraturan-peraturan yang sudah pasti, dan usaha memelihara
ketertiban sosial. Tingkah laku yang benar berupa melakukan kewajiban,
menunjukan rasa hormat kepada otoritas, dan memelihara ketertiban sosial
yang sudah ada demi ketertiban itu sendiri.
(c) Tingkatan Post-Konvensional
Pada tingkatan ini ada usaha yang jelas untuk mengartikan
nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip yang sahih serta dapat dilaksanakan,
terlepas dari otoritas kelompokatau orang-orang yang memegang
prinsip-prinsip tersebut dan terlepas dari apakah individu yang bersangkutan
termasuk kelompok-kelompok itu atau tidak. Tingkatan ini mempunyai
dua tahap :
v Tahap 5 : Orientasi Kontrak-sosial legalistis. Tindakan benar cenderung dimengerti dari segi hak- hak individual yang umum dan
dari patokan-patokan yang sudah dikaji dengan kritis dan disetujui
oleh seluruh masyarakat.
v Tahap 6 : Orientasi azas etika universal. Benar diartikan dengan keputusan suara hati, sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang dipilih
Kohlberg memperluas teori Piaget dan menamakan tingkat kedua
dari perkembangan moral akhir masa kanak-kanak sebagai tingkat
moralitas konvensional atau moralitas dari aturan-aturan dan penyesuaian konvensional. Dalam tahap pertama dari tingkat ini yang oleh Kohlberg
disebutkan moralitas anak baik, anak mengikuti peraturan untuk mengambil
hati orang lain dan untuk mempertahankan hubungan- hubungan yang baik.
Dalam tahap kedua, Kolhberg mengatakan bahwa kalau kelompok sosial
menerima peraturan-peraturan yang sesuai bagi semua anggota kelompok,
ia harus menyesuaikan diri dengan peraturan untuk menghindari penolakan
kelompok dan celaan.
(5) Perkembangan Iman
Penelitian mendalam tentang tahap-tahap perkembangan iman telah
dilakukan oleh James Fowler. Fowler memberi perhatian pada iman dan
perkembangannya di dalam dunia pendidikan. Iman diartikan secara luas; isi
dan konteksnya tidak harus berasal dari hal- hal yang bersifat religius. Seperti
Spiritual Quotient (SQ), iman dipahami sebagai cara seseorang memaknai
kehidupan. Iman dimengerti sebagai perjalanan seseorang mengenali jati
dirinya di dalam relitas historis atau sejarah hidupnya di dalam relasi dengan
lingkungan, sesama, dan Tuhannya.
Pada masa ini, taraf perkembangan iman anak adalah Mitis Harafiah
(Iman anak/ hal- hal yang diimani ditangkap seperti dongeng). Pada usia ini
(7-12 tahun) pikiran anak usia sekolah amat mengagumkan. Ia dapat menghafal
sendiri. Mereka amat menyukai cerita sebagai sarana menyatakan pengalaman
dan tempat menemukan makna. Cerita sebagai sarana perpanjangan dan
penemuan diri, diartikan secara harafiah dan darinya belum dapat ditarik
kesimpulan. Allah digambarkan secara Antromorphosis: Sebagai orang tua bijaksana, penuh perhatian, sabar, seperti tokoh di dalam cerita atau dongeng.
(Heryatno; 2005)
Minat beragama pada masa ini:
• Minat beragam belum menunjukkan arti bagi anak-anak, meskipun minat beribadah ada
• Anak-anak tanpa ragu-ragu menerima jawaban yang berkaitan dengan agama (kelahiran, kematian, surga dll)
• Konsep anak pada agama: Realistis dan fantastik • Sifat minat: egosentris
• Karena konsep anak masih bercampur dengan fantasi, maka tahap ini disebut tahap dongeng à naratif eksperensial
Usia anak merupakan usia perkembangan dan pertumbuhan baik dari segi
jasmani maupun dari segi mentalitasnya. Pada umumnya perkembangan anak
sesuai dengan tahap-tahap usianya setiap anak bertambah usianya,
pertumbuhannya juga akan perkembangan atau selalu meningkat. Taraf
berfikirnya berkembang sesuai dengan usianya. Artinya bahwa daya pikir anak
masih berdasarkan pada persepsi-persepsi atau konsep-konsep dasar yang ia
terima dari lingkungannya. Mereka belum bisa melihat sesuatu secara rasional.
Oleh karena pada usia anak kemampuan berpikir masih pada tingkatan
persepsional, maka anak masih sulit menangkap sesuatu secara harafiah atau lisan
begitu saja. Anak lebih bisa menagkap sesuatu dengan visual atau sesuatau yang
bisa dilihat secara langsung.
b) Peranan Audio Visual Bagi Anak
Para orang tua biasanya suka bercerita kepada anak-anak yang masih kecil.
Cerita-cerita itu biasanya mengandung suatu yang baik bagi anak. Lewat cerita
yang disampaikan kepada anak-anak, para orang tua ingin menyampaikan sesuatu
yang berguna bagi anak, demikian juga kalau kita mendengarkan radio dalam
acara cerita untuk anak yang diproduksi oleh Sanggar Prativi Jakarta. Dalam acara
cerita untuk anak yang berupa drama yang begitu manarik itu, kita dapat menilai
bahwa dalam cerita-cerita itu mengandung sua tu pesan tertentu.
Gambar-gambar tersebut akan lebih mempermudah anak untuk
menangkap sesuatai cerita-cerita. Anak-anak biasanya senang dengan
gambar-gambar, gambar- gambar akan mempermudah daya tangkap bagi anak. Dengan
demikian logis bahwa anak-anak yang senang pada gambar-gambar.
Zaman sekarang ini banyak muncul mainan untuk anak-anak. Mainan
anak-anak ini juga dapat digolongkan sebagai media visual bagi anak-anak,
misalnya : mobil- mobilan, halma, ular tangga, dan sebagainya. Semuanya dapat
c. Media Dalam Pembelajaran 1) Pengertian Media Pembelajaran
Akhmad Sudrajat (http://akmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/ media-pembelajaran) menyatakan beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Media Pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang
dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Schramm : 1977 dalam
http://akmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/media-pembelajaran).
Sementara itu, tokoh lain berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana
fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video dan
sebagainya (Briggs:1997 dalam http://akmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/ media-pembelajaran). Sedangkan, National Education Association (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam
bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras (dalam
http://akmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/media-pembelajaran).
Dari ketiga pendapat diatas disimpulkan bahwa media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran,
perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya
proses belajar pada diri peserta did ik. Media pembelajaran yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran (Brown :
1973 dalam http: //www.ekofeum.or.id.).
Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagi alat bantu guru
untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan
abad Ke-20 usaha pemanfaat visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio,
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini
penggunaan alat bantu dan media pembelajaran menjadi semakin luas dan
interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
2) Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Menurut National Education Association (dalam
http://akmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/media-pembelajaran), terdapat berbaga i jenis media belajar, antara lain :
a) Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
b) Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
c) Projected still media: slide, over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
d) Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DCD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Sejalan dengan pengembangan IPTEK, penggunaan media baik yang
bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa
dilakukan secara bersama dan serempak melalui stau alat saja yang disebut Multi
Media. Contoh: dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected
motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.
Media cukup banyak macamnya, Raharjo (dalam http:
//www.ekofeum.or.id.) menyatakan bahwa ada media yang hanya dapat
dimanfaatkan bila ada alat untuk menampilkannya. Ada pula yang penggunaanya
tergantung pada hadirnya seorang guru, tutor atau pembimbing (Teacher Independent). Media yang tidak harus tergantung pada hadirnya guru seperti
media instruksional dan bersifat “self Contained” contoh: informasi belajar, contoh, tugas dan latihan secara umpanbalik yang diprogramkan secara
terintegrasi.
Dari berbagai ragam dan bentuk dari media pengajaran, pengelompokan
atas media dan sumber belajar dapat juga ditinjau dari jenisnya, yaitu dibedakan