• Tidak ada hasil yang ditemukan

S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENGARUH KEIKUTSERTAAN DALAM PEMBINAAN MENTAL ROHANI KATOLIK TERHADAP KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA TENTARA KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Oleh: Fx. Adswi Fransibena NIM: 141124018. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019. i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ii.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN. Skripsi ini kupersembahkan untuk seluruh TNI Katolik di Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto, untuk Universitas Sanata Dharma, untuk kedua orang tua dan adikku Yosafat Christorin serta, tak lupa sahabat-sahabatku Retno Wulandari, Korbinianus Fritz Cahya Nugraha, Andreas Sigit Kurniawan, Andrianus Heriskurniawan, Sirniko dan seluruh teman-teman angkatan 2014 serta Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang sudah sangat membantu memberikan dukungan, semangat serta pertolongan dalam menyelesaikan skripsi ini.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”. (Yes 41: 10). v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Skripsi ini berjudul PENGARUH KEIKUTSERTAAN DALAM PEMBINAAN MENTAL ROHANI KATOLIK TERHADAP KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA TENTARA KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO. Judul skripsi ini dipilih berdasarkan kecintaan penulis terhadap instansi TNI. Idealnya TNI Katolik sebagai rasul awam dapat mengabdi dan memberikan pelayanan bagi Gereja dan bangsa. Tidaklah mudah untuk mencapai keadaan ideal tersebut. Oleh karena itu penulis memiliki keprihatinan kepada TNI Katolik terhadap keterlibatannya dalam kehidupan menggereja sebagai rasul awam dikarenakan kesibukan dan waktu mereka yang sangat terbatas. Namun dalam kenyataannya TNI Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto setiap minggunya selalu mengikuti Pembinaan Mental Rohani Katolik. Harapannya para TNI Katolik yang ikut serta dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik semakin memaknai panggilannya, hingga terlibat aktif dalam hidup menggereja. Oleh karena itu penulis ingin mencari tahu sejauh mana pengaruh keterlibatan TNI Katolik dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik terhadap keterlibatan mereka dalam hidup menggereja. Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah menemukan bagaimana pengaruh keikutsertaan dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik terhadap keterlibatan hidup menggereja dan usaha apa yang dibutuhkan untuk membantu meningkatkan keterlibatan hidup menggereja bagi TNI Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto. Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendapatkan data dengan cara penulis membagikan angket kepada 30 prajurit dan melakukan wawancara kepada 7 prajurit diantara mereka. Hasil akhir menunjukkan bahwa Pembinaan Mental Rohani Katolik memiliki pengaruh terhadap pengetahuan iman dan keterlibatan hidup menggereja TNI Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto. Namun dalam pelaksanaan Pembinaan Mental Rohani Katolik penulis masih menemukan fakta bahwa seringkali masih banyak yang belum ikut serta. Penulis juga masih menemukan responden yang mengatakan bahwa masih belum terlibat dalam hidup menggereja dan adapula yang menyatakan keinginan untuk pengemasan kegiatan lebih sistematis atau menarik. Untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini penulis memberikan usulan kegiatan sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik sebagai upaya untuk membantu TNI Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto lebih giat ikutserta dalam Pembinaan Mental Rohani hingga mereka dapat semakin menghayati iman akan panggilannya sehingga pada akhirnya prajutit TNI Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto dapat terlibat dalam pelayanan hidup menggereja.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT. This thesis is titled THE EFFECT OF PARTICIPATION IN THE MENTAL DEVELOPMENT OF SPIRITUAL CATHOLIC ON LIVING ENGAGEMENT IN CHURCH OF CATHOLIC ARMY IN PARISH OF SAINT MICHAEL INDONESIAN NATIONAL ARMY AIR FORCE BASE ADISUTJIPTO. The title of this thesis was chosen based on the author's love for Indonesian National Army agencies. Ideally the Catholic Indonesian National Army as a lay apostle can serve and provide services to the Church and nation. That’s not easy to achieve this ideal. Therefore the author has concern for the Catholic Indonesian National Army for their involvement in the life of the church as a lay apostle due to their busy and very limited time. But in reality the Catholic Indonesian National Army in the Parish of Saint Michael Indonesian National Army Air Force Base Adisutjipto every week always participates in Catholic Spiritual Mental. The hope is that the Catholic Indonesian National Army who participated in the Catholic Spiritual Mental Development increasingly interpreted his vocation, to be actively involved in the life of the church. Therefore the author wants to find out the extent of the influence of the involvement of the Catholic Indonesian National Army in the Catholic Spiritual Mental Development on their involvement in the life of the church. The main problem in this thesis is to find out influence participation in Catholic Spiritual Mental Development on church life involvement and what efforts are needed to help increase life involvement church for the Catholic Indonesian National Army in Parish Saint Michael Indonesian National Army Air Force Base Adisutjipto. To answer these questions the author uses qualitative research with descriptive analytical methods. This qualitative research aims to obtain data by means of distributing questionnaires to 30 soldiers and conducting interviews with 7 soldiers among them. The final results show that Catholic Spiritual Mental Development has an influence on the knowledge of faith and Catholic Indonesian National Army life involvement in the Catholic Church in Parish Saint Michael Indonesian National Army Air Force Base Adisutjipto. But in the implementation of Catholic Spiritual Mental Development the author still found the fact that often there were still many who did not participate. The authors also found respondents who said that they were still not involved in the church life and those who expressed the desire to package activities more systematically or interestingly. To follow up on the results of this study the authors gave a proposal for the activities of Catholic Spiritual Mental Development as an effort to help the Catholic Indonesian National Army in Parish Saint Michael Indonesian National Army Air Force Base Adisutjipto actively participate in Spiritual Mental Development so that they can increasingly live the faith of their vocation so that Catholic Indonesian National Army in Parish Saint Michael Indonesian National Army Air Force Base Adisutjipto can be involved in the ministry of living in the church.. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul. PENGARUH. KEIKUTSERTAAN. DALAM. PEMBINAAN. MENTAL ROHANI KATOLIK TERHADAP KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA TENTARA KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini disusun atas dasar kecintaan penulis terhadap instansi TNI. Skripsi ini juga disusun berdasarkan keprihatinan penulis terhadap kesulitan TNI Katolik untuk semakin terlibat dalam kehidupan menggereja dikarenakan kesibukan atau waktu yang sangat terbatas. Oleh karena itu penulis ingin menyumbangkan hasil penelitiannya yaitu apakah keikutsertaan dalam kegiatan Pembinaan Mental Rohani Katolik berpengaruh terhadap keterlibatan hidup menggereja para tentara Katolik di Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto dan juga penulis ingin menyumbangkan usulan kegiatan bagi para TNI Katolik di Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto supaya mereka semakin giat mengikuti kegiatan Pembinaan Mental Rohani Katolik sehingga dengan begitu mereka dapat semakin terlibat dalam kehidupan menggereja sebagai kaum awam.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis dengan hati penuh syukur mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1.. Dr. B. A. Rukiyanto SJ selaku Kaprodi Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang telah bersedia membantu penulis demi kelancaran pelaksanaan ujian skripsi bagi penulis.. 2.. Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si sebagai dosen pembimbing utama yang selalu memberikan perhatian, meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran serta kemurahan hati membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.. 3.. Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd sebagai dosen pembimbing akademik sekaligus dosen penguji II telah bersedia membantu penulis ketika menemukan. kesulitan,. meluangkan. waktu,. membaca,. mempelajari,. memberikan kritik dan masukan yang membangun serta mendampingi penulis dalam penulisan skripsi ini. 4.. Y.H. Bintang Nusantara, SFK.,M.Hum sebagai dosen penguji III yang telah bersedia membaca, mempelajari, memberikan kritik dan masukan yang membangun serta mendampingi penulis dalam penulisan skripsi ini.. 5.. Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik yang telah mendidik dan membimbing penulis selama ini serta membantu seluruh proses penulisan sampai terselesaikannya skripsi ini sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6.. Staf sekretariat Program Studi Keagaaman Katolik Universitas Sanata Dharma, Anastasia Wulan yang membantu dalam mengurus administrasi skripsi.. 7.. Romo Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta, Romo A. R. Yudono Suwondo, Pr beserta Romo Paroki sebelumnya, Romo Letkol Sus Yos Bintoro, Pr yang telah memberi motivasi, masukan, dan kesempatan untuk melakukan penelitian di Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta kepada penulis.. 8.. Umat khususnya TNI Katolik dan sekretariat Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta yang telah terbuka menerima penulis dan membantu demi terlaksananya kegiatan penelitian penulis hingga selesai.. 9.. Letkol FX. Sunardiyana dan Mayor Fajar Pramono yang telah memberi motivasi, dukungan dan bantuan demi terlaksananya penelitian hingga selesai.. 10. Orang tua saya, Bapak M. Sumartono dan Ibu M. Subarini serta adik saya, Yosafat Christorin yang ikut memberikan dukungan, semangat, perhatian dan doa baik selama penulisan skripsi saya maupun dalam perkuliahan. 11. Sahabat-sahabat saya Retno Wulandari, Korbinianus Fritz Cahya Nugraha, Andreas Sigit Kurniawan, Andrianus Heriskurniawan dan Sirniko yang telah mendorong,. mendukung dan. senantiasa. terselesaikannya penulisan skripsi ini.. xii. memberikan. bantuan. demi.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. .................................................................................. i. HALAMAN PERSETUJUAN. ................................................................... ii. HALAMAN PENGESAHAN. .................................................................... iii. ................................................................ iv. ................................................................................. v. HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. ..................................................... PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI. vi. ....................................... vii. ABSTRAK. ................................................................................................. viii. ABSTRACT. ............................................................................................ ix. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. ............................................................................... x. ............................................................................................. xiv. DAFTAR SINGKATAN. ........................................................................... xviii. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. .......................................................................... 1. .............................................................................. 1. B. Rumusan Permasalahan. ........................................................... 6. C. Tujuan Penulisan. .......................................................................... 6. D. Manfaat Penulisan. ......................................................................... 7. E. Metode Penulisan. ..................................................................... 7. .................................................................. 8. BAB II TNI DAN PEMBINAAN MENTAL ROHANI ………………….. 11. F. Sistematika Penulisan. A. Tentara Nasional Indonesia. ........................................................... 11. …………………………. 11. 2. Visi Tentara Nasional Indonesia. ............................................. 12. 3. Misi Tentara Nasional Indonesia. ............................................ 13. 4. Peran Tentara Nasional Indonesia. ............................................ 13. 5. Fungsi Tentara Nasional Indonesia. .......................................... 13. 6. Tugas Tentara Nasional Indonesia ............................................ 14. 7. Etika Keprajuritan. 15. 1. Sejarah Tentara Nasional Indonesia. ................................................................... xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. Sapta Marga. ............................................................................ 16. ....................................................................... 17. 9. Sumpah Prajurit. 10. Delapan Wajib Tentara Nasional Indonesia. ............................. 18. .................................................. 19. ...................................................... 21. ........................................................... 21. 11. Sebelas Asas Kepemimpinan B. Pembinaan Mental Rohani TNI 1. Pembinaan Mental TNI. 2. Pembinaan Mental Rohani Katolik TNI. ................................... 3. Tujuan Pembinaan Mental Rohani Katolik TNI. 22. ................... 22. C. Keterlibatan Hidup Menggereja Sebagai Rasul Awam TNI ............ 23. 1. Kaum Awam. ............................................................................ 23. 2. Tugas Kaum Awam. ................................................................. 24. 3. Hidup Menggereja. .................................................................. 25. 4. Keterlibatan Kaum Awam dalam Kehidupan Menggereja Sebagai TNI …………………………………………………. 28. 5. Panggilan dan Misi Kaum Awam Menurut Dokumen Gereja …. 31. 6. Wujud Kaum Awam TNI Menurut Dokumen Gereja ............... 33. III KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA TENTARA KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO ………….......................……………………. 38. ……... 38. 1. Sejarah Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto ........ 38. 2. Spiritualitas St. Mikael. ............................................................ 44. 3. Data Spesifikasi Gereja Katolik Santo Mikael Adisutjipto ........ 48. 4. Jumlah Umat Teritorial dan Kategorial Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto .............................................. 49. B. Situasi Pembinaan Mental Rohani di Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto ........................................................................ 49. 1. Metode yang Dipakai dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik ……………………………………………………….. 50. 2. Gambaran Pembinaan Mental Rohani Katolik Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto ………………………. 51. BAB. A. Identitas Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto. C. Penelitian Tentang Pengaruh Keikutsertaan dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik Terhadap Keterlibatan Hidup Menggereja. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Tentara Katolik di Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto ………………………………………………………... 52. 1. Latar Belakang Penelitian. ....................................................... 52. .................................................................... 53. 2. Tujuan Penelitian. 3. Rumusan Permasalahan 4. Jenis Penelitian. .......................................................... 54. ........................................................................ 54. 5. Tempat dan Waktu Penelitian. .................................................. 55. 6. Responden Penelitian. .............................................................. 55. 7. Teknik Analisis Data. .............................................................. 56. 8. Variabel Penelitian. .................................................................. 57. 9. Kisi-Kisi Penelitian. ................................................................. 58. D. Laporan Hasil Penelitian. .............................................................. 60. 1. Penelitian Angket (Purposive Sampling). ................................. 2. Penelitian Wawancara (Snowball Sampling). 61. ............................ 71. .......................................................... 74. ................................................................. 78. ........................................................................ 79. BAB IV PROGRAM KEGIATAN SARASEHAN PEMBINAAN MENTAL ROHANI UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA TNI KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO …............................................................................ 82. A. Pentingnya Kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani ............ 83. E. Pembahasan Hasil Penelitian F. Kesimpulan Penelitian G. Refleksi Kateketis. 1. Persiapan 2. Kesimpulan. ................................................................................... 84. .............................................................................. 85. B. Usulan Kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani. ................ 86. 1. Latar belakang usulan kegiatan Pembinaan Mental Rohani ...... 86. 2. Tujuan Kegiatan. 87. ..................................................................... 3. Usulan Tema dan Penjelasannya 4. Peserta. ............................................. 88. ..................................................................................... 89. 5. Tempat dan Waktu. .................................................................. 6. Matriks Usulan Kegiatan. ........................................................ xvi. 90 91.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. Satuan Pertemuan Sarasehan III. ............................................. 97. BAB V PENUTUP. ..................................................................................... 109. A. Kesimpulan. .................................................................................... 109. B. Saran. ............................................................................................... 112. 1. Pusat Pembinaan Mental Tentara Nasional Indonesia ............... 112 2. Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto ............... 113 3. Satuan tugas personil TNI Angkatan Udara Katolik ................ 113 4. Prajurit TNI Angkatan Udara Katolik ...................................... 114 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN. ............................................................................... 115. …........................................................................................ 117. Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian ................................................................ (1). Lampiran 2 : Surat Kterangan Selesai Penelitian. ....................................... (3). .............................................................. (4). Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian. Lampiran 4 : Hasil Kuesioner Penelitian Lampiran 5 : Pertanyaan Wawancara Lampiran 6 : Hasil Wawancara. ................................................... (8). ......................................................... (28). ................................................................. (29). xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR SINGKATAN. A. Singkatan Teks Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikut Alkitab Deuterokanonika © LAI 1976. (Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, ditambah dengan Kitab-kitab Deuterokanonika yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Terjemahan diterima dan diakui oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia). Jakarta: LAI, 2001, hal 8.. Mat. : Matius. Kis. : Kisah Para Rasul. Yak. : Yakobus. Why. : Wahyu. Ptr. : Petrus. Dan. : Daniel. Yes. : Yesaya. Yos. : Yosua. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. B. Singkatan Dokumen Gereja AA. : Apostolicam Actuositatem atau Dekret tentang kerasulan awam adalah dokumen Konsili Vatikan Kedua. Dokumen ini diresmikan oleh Paus Paulus VI pada 18 November 1965.. CL. : Christifideles Laici, sebuah nasehat Apostolik Paska-Sinode dari Paus Yohanes Paulus II ditandatangani di kota Roma pada tanggal 30 Desember 1988. Dokumen ini berisi tentang panggilan dan misi kaum awam dalam Gereja dan dunia.. EN. : Evangelii Nuntiandi, sebuah nasehat Apostolik yang membahas penginjilan dan menegaskan peran tiap umat Kristiani dalam penyebaran agama Katolik. Diterbitkan pada tanggal 8 Desember 1975 oleh Paus Paulus VI.. GS. : Gaudium et Spes atau Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini, diresmikan oleh Paus Paulus VI pada 7 Desember 1965.. KGK. : Katekismus Gereja Katolik adalah katekismus yang dipergunakan dalam Gereja Katolik: penggunaannya diresmikan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1992.. LG. : Lumen Gentium atau Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, diumumkan secara resmi oleh Paus Paulus VI pada 21 November 1964.. xix.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. C. Singkatan Lain 1.. AAU. : Akademi Angkatan Udara. 2.. Akpol. : Akademi kepolisian. 3.. Alb. : Albertus. 4.. Anm. : Anumerta. 5.. ARDAS. : Arah Dasar. 6.. Art. : Artikel. 7.. AU. : Angkatan Udara. 8.. AURI. : Angkatan Udara Republik Indonesia. 9.. Bintal. : Pembinaan Mental. 10.. Binroh. : Pembinaan Rohani. 11.. BKR. : Badan Keamanan Rakyat. 12.. DANJEN. : Komandan Jendral. 13.. DIY. : Daerah Istimewa Yogyakarta. 14.. Dkk. : Dan kawan kawan. 15.. GKSM. : Gereja Katolik Santo Mikael. 16.. KAS. : Keuskupan Agung Semarang. 17.. Kasad. : Kepala Satuan Angkatan Darat. 18.. KK. : Kepala Keluarga. 19.. KLMTD. : Kaum, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel. 20.. KODIKLAT. : Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan. 21.. Komkat KWI. : Komisi Kateketik Konferensi Wali Gereja Indonesia. xx.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22.. Komsos. : Komisi Sosial. 23.. KWI. : Konferensi Wali Gereja Indonesia. 24.. Lanud. : Landasan Udara. 25.. LCD. : Liquid crystal display. 26.. Lettu. : Letnan Satu. 27.. Mgr.. : Monsignor. 28.. Mic. : Microphone. 29.. Mudika. : Muda-mudi Katolik. 30.. NKRI. : Negara Kesatuan Republik Indonesia. 31.. OMP. : Operasi Militer Perang. 32.. OMSP. : Operasi Militer Selain Perang. 33.. Pasmilban. : Pasukan Militer Bantuan. 34.. Polri. : Polisi Republik Indonesia. 35.. PPKI. : Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. 36.. Pr. : Imam Projo / Imam Diosesan / Imam Diosis. 37.. Pusbintal. : Pusat Pembinaan Mental. 38.. P3K. : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. 39.. RI. : Republik Indonesia. 40.. RT. : Rukun Tetangga. 41.. RU. : Responden Umat. 42.. RW. : Rukun Warga. 43.. SJ. : Serikat Yesus. 44.. Skep. : Surat keputusan. xxi.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 45.. Th. : Tahun. 46.. TKR. : Tentara Keamanan Rakyat. 47.. TNI. : Tentara Nasional Indonesia. 48.. TRI. : Tentara Republik Indonesia. 49.. UKP-PIP. : Kepala Pelaksanaan Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila. 50.. Vikep. : Vikaris Episkopal. 51.. Vikjen. : Vikaris Jendral. 52.. WC. : Water Closet. xxii.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1. BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar mendiami 17.840 pulau nusantara. Indonesia juga memiliki budaya, ras berbeda-beda dan suku serta bahasa yang berlainan, serta mempunyai kebiasaan yang tidak sama. Selanjutnya bangsa Indonesia telah mengikrarkan sumpah pemuda, memiliki falsafah Pancasila, bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kondisi bangsa yang majemuk tersebut memang memberikan warna kebhinekaan, namun adanya pencetus dan sedikit dorongan sentimen primordialisme, fanatisme dan sukuisme, akan menimbulkan rasa permusuhan yang dapat berakibat konflik dan kerusuhan dalam sekejap (Keputusan DANJEN Akademi TNI, 2016:1). Negara Indonesia adalah sebuah negara kebangsaan. Ia bukan sebuah kerajaan, juga bukan sebuah negara agama. Para pendiri bangsa kita mempunyai visi yang sangat jelas dan jauh ke depan, bahwa mendirikan sebuah Negara dengan derajat kepelbagaian (pluralitas) yang begitu tinggi hanya mungkin apabila tidak didasarkan atas pemutlakan agama, suku, rasa atau apapun (Caj J. H. Maramis, 2011:22). Dengan berlandaskan Pancasila, tentunya negara Indonesia juga tak meninggalkan penghayatan mengenai sila-sila di dalamnya, tak terkecuali yaitu sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Setiap warga negara Indonesia diwajibkan untuk memeluk suatu keyakinan tertentu, tidak ada yang dikehendaki.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. sebagai Atheis. Sebenarnya bangsa Indonesia memang sungguh menempatkan Tuhan di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sayangnya keyakinan yang kuat tersebut terkadang tidak disertai pengetahuan dan penghayatan yang cukup mengenai agama masing-masing orang di negara ini. Dengan begitu maka muncullah fanatisme yang sempit yang tak jarang mengakibatkan orang-orang saling baku hantam memperjuangkan kebenaran agamanya dan terkadang orang jadi menjatuhkan keyakinan orang lain. Sudah banyak sekali konflik yang muncul di Indonesia dengan akar masalah yang berhubungan dengan keyakinan (agama), suku/ras, dan lain sebagainya. Fanatisme dan radikalisme sebisa mungkin harus kita hindari seperti dalam artikel majalah pusat pembinaan mental TNI : “Tetapi radikalisme agama memang menjadi sangat berbahaya apabila dibarengi dengan munculnya pasukan-pasukan bersenjata. Di sini agama menjadi sesuatu yang harus dibela mati-matian dari berbagai serangan pihak luar. Tidak aneh, kalau kadang-kadang pembelaan itu berwujud pada perbuatan teror dan terorisme” (Maramis, 2011:24). Sesuai dengan Lampiran Keputusan Panglima TNI nomor Kep/760/XI/2012, Pusbintal TNI (2012: 1) bagian a, tujuan nasional Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Lebih lanjut kemudian di bagian b dijelaskan, dalam melaksanakan tugas sebagai alat pertahanan negara TNI berfungsi sebagai penangkal, penindak, dan pemulih yang merupakan komponen utama dalam sistem pertahanan negara..

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. Fungsi-fungsi tersebut dilaksanakan bergantung pada pelaku, pengendali, dan pengelolanya yaitu para prajurit TNI. Dalam melaksanakan tugas TNI sebagai alat pertahanan negara mengandalkan kualitas prajurit TNI dengan semangat dan tekad sebagai “Pejuang yang tidak mengenal menyerah”. Tugas membangun pribadi Prajurit TNI bermental tangguh diemban oleh pengemban fungsi Bintal. Bintal bertugas menyiapkan kemampuan dan kekuatan prajurit TNI sebagai insan hamba Tuhan, insan warga negara yang nasional dan insan prajurit TNI yang militan. Tentunya sebagai aparatur negara, TNI seharusnya tidak menjadi orangorang yang mudah tersulut emosi, menjadi orang-orang yang dangkal dan minim pengetahuannya tentang agama. Oleh karena itu selaras dengan pernyataan sebelumnya, dibutuhkanlah upaya meningkatkan pengetahuan dan penghayatan bagi TNI dan juga keluarganya. Upaya ini telah terlaksana dalam kegiatan Bintal Rohani (Pembinaan Mental Rohani). Para TNI yang beragama Katolik, tentunya juga menjadi warga Gereja, menjadi anggota Gereja tanpa terkecuali. Sebagai anggota Gereja, tentunya TNI Katolik tidak luput dari segala aktivitas Gerejani. Para TNI Katolik perlu semakin memperluas cakrawala berpikir dan cara mengasihinya sesuai dengan tradisi Gereja dan sesuai dengan ajaran Guru sejati yaitu Yesus Kristus. Mungkin beberapa anggota TNI yang beragama Katolik seringkali tidak ke gereja atau terlibat segala aktivitas di gereja karena memang pekerjaan TNI yang sungguh melelahkan setiap harinya, waktu yang mungkin kurang banyak dan masih harus dibagi demi hadir untuk keluarga tercinta. Mungkin ada juga anggota TNI yang kurang menganggap keterlibatan di dalam Gereja itu kurang penting dan kurang.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. menarik karena mungkin merepotkan. Sebenarnya sama halnya tugas yang ada dalam dunia militer, keterlibatan dalam Gereja tentunya juga merupakan tugas atau kewajiban umat beriman Katolik di dalam Gereja. Menurut Letkol Caj Heru SW, menghadapi iman berarti “bagaimana saya sebagai orang beriman melaksanakan tugas dan kewajiban itu”. Iman mendorong agar manusia melaksanakan tugas dan kewajiban itu dengan sungguh-sungguh. Bila tidak demikian, manusia melalaikan tugas dan kewajiban. Menghayati iman berarti “bagaimana saya sebagai orang beriman melaksanakan tugas atau kewajiban itu”. Iman kita mendorong agar kita melaksanakan tugas dan kewajiban itu dengan sungguh-sungguh. Bila tidak demikian, kita dapat dikatakan melalaikan tugas dan kewajiban. Anggota TNI menghayati imannya justru dengan melaksanakan tugasnya sebagai tentara, sekalipun bentuknya latihan. Di sini tampaklah perlunya semakin memperdalam penghayatan akan makna cinta kasih. Tanpa memperdalam penghayatan itu manusia akan mengalami kesukaran dalam menemukan bagaimana mewujudkan cinta kasih. Melalui kegiatan Pembinaan Mental Rohani, para TNI dilatih terusmenerus dan diajak untuk mengembangkan kerohanian mereka. Apakah fungsinya? Menurut Buku Petunjuk Induk Pembinaan Mental TNI Pinaka Baladika, (2012:58) Pembinaan mental rohani berfungsi menyelenggarakan pembinaan mental rohani bagi personel TNI dan keluarganya dengan tujuan mewujudkan mental yang dimiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, taat menjalankan ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya serta berbudi pekerti luhur (berakhlak mulia)..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. Anggota militer sebagai anggota Gereja juga warga negara yang memiliki panggilan khusus merupakan rasul awam yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Seperti halnya semboyan Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto sendiri ialah Pro Ecclesia et Patria dan semboyan Mgr. Soegijapranata yakni 100% Katolik 100% Indonesia. Dari semboyan tersebut terkhusus TNI DI Paroki Santo Mikael diharapkan dapat menunjukkan ke Katolikkanya sebagai TNI, menunjukkan sebagai warga Gereja dan warga negara yang serta memiliki mental keimanan kepada Tuhan. Anggota militer sebagai umat kristiani yang telah dibaptis memiliki tugas dan hak atas kerasulan sebagai awam yang diserahi tugas mulia agar warta ilahi sekitar keselamatan dikenal dan diterima oleh manusia. Dalam Apostolicam Actuositatem art. 2 ditegaskan bahwa awam ikut ambil bagian tugas perutusan. Kaum awam dipanggil Allah untuk menunaikan kerasulannya yang hidup di tengah dunia dan urusan urusan duniawi sebagai ragi di dalam dunia, dengan semangat kristen yang berkobar-kobar. Dengan tugas sebagai rasul awam di tengah-tengah dunia juga sebagai prajurit militer diharapkan mampu memahami dan memiliki keterlibatan hidup menggereja yang lebih menampakkan iman dalam hidup sehari-hari melalui usaha dan tindakan nyata kepada sesama. Umat Paroki Santo Mikael terkhusus TNI, dalam realitas kehidupanya memiliki tugas kedinassan yang padat, oleh karna itu kegiatan rohani rutin perlu ditekankan agar mereka semakin terpanggil juga untuk aktif dalam hidup menggereja. Hidup menggereja yang perlu ditekankan dalam kehidupan TNI disini ialah bagaimana mereka dapat berperan sebagai kaum awam bersama hirarki mewujudkan Panca.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. Tugas Gereja yang meliputi Koinonia, Liturgia, Kerygma, Diakonia dan Martyria. Dengan permasalahan yang sering dirasakan di lapangan dan bagaimana seharusnya yang terjadi (bagaimana idealnya) oleh karena itu penulis skripsi mengambil judul yaitu: PENGARUH KEIKUTSERTAAN DALAM PEMBINAAN MENTAL ROHANI KATOLIK TERHADAP KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA TENTARA KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO. . B. RUMUSAN PERMASALAHAN Menurut latar belakang masalah di atas, maka karya tulis ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud Pembinaan Mental Rohani Katolik di lingkungan TNI ? 2. Bagaimana TNI Katolik Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto memahami keterlibatan hidup menggereja? 3. Apa makna dan harapan TNI Katolik Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto dalam keterlibatan hidup menggereja?. C. TUJUAN PENULISAN Penulisan ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui tentang Pembinaan Mental Rohani Katolik TNI 2. Mengetahui bagaimana tentara Katolik Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto memahami keterlibatan hidup menggereja..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. 3. Mengetahui makna dan mewujudkan harapan dalam keterlibatan hidup menggereja.. D. MANFAAT PENULISAN Penulisan ini memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Membantu prajurit TNI Katolik untuk semakin menghidupi nilai luhur ajaran agamanya, nilai kasih, dan tanggung jawab sebagai eleman masyarakat sehingga apa yang didapat dari pembinaan mental rohani Katolik dan hidup menggereja dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Membantu Gereja dan paroki pangkalan TNI Adisutjipto untuk mengevaluasi sejauh mana Bintal Katolik sungguh memiliki kekuatan dan daya ubah yang memberi dorongan bagi prajurit TNI untuk bertindak berdasarkan iman gerejawi dan memiliki keterlibatan hidup menggereja sebagai rasul awam. 3. Bagi penulis, penulisan ini memberikan sumbangan nyata dari ilmu pengetahuan kan keterlibatan bersama umat selama menempuh pendidikan, sehingga dengan rasa cintanya terhadap TNI penulis dapat memperluas wawasan dan refrensi dalam kehidupan menggereja militer.. E. METODE PENULISAN Skripsi ini menggunakan metode penulisan deskripsi analisis dan penelitian kualitatif. Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini berupa kegiatan yang telah berlangsung sebagai kajian utama. Teknik pengumpulan data yang. akan. diusahakan. untuk. melaksanakan. penelitian. yaitu. dengan.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. mewawancarai responden. Fokus penelitian ini ingin melihat adanya pengaruh keikutsertaan dalam Pembinaan Mental rohani Katolik dengan keterlibatan hidup menggereja di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto.. F. SISTEMATIKA PENULISAN Tulisan ini mengambil judul “Pengaruh Keikutsertaan dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik Terhadap Keterlibatan Hidup Menggereja Tentara Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto” dan dikembangkan menjadi Bab:. BAB I: PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi gambaran umum tentang isi karya tulis yang terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan sistematika penulisan.. BAB II: TNI DAN PEMBINAAN MENTAL ROHANI Dalam bab ini disajikan mengenai pengertian TNI yang dijelaskan dalam sub-sub yaitu sejarah, visi, misi, peran, fungsi, tugas, etika keperajuritan, sapta marga, sumpah prajurit, delapan wajib TNI, dan sebelas asas kepemimpinan. Pembinaan mental rohani Katolik dijelaskan dalam sub-sub yaitu pembinaan mental TNI, pembinaan mental rohani Katolik, dan tujuan pembinaan mental rohani Katolik. Keterlibatan hidup menggereja sebagai rasul awam yang.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. dijelaskan dalam sub-sub yaitu kaum awam, tugas kaum awam, hidup menggereja, dan keterlibatan kaum awam dalam hidup menggereja sebagai TNI.. Bab III: KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA TENTARA KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO Dalam bab ini berisi pemaparan mengenai tempat penelitian, yang berisi sub-sub yaitu sejarah singkat paroki, visi misi dan tujuan, serta situasi umum paroki. Pada bagian metodologi penelitian akan di uraikan tentang latar belakang penelitian, tujuan penelitian, rumusan masalah, jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden, teknik analisis data dan variabel. Pada akhir bab ini berisi laporan pembahasan hasil penelitian, kesimpulan penelitian dan refleksi kateketis.. Bab IV: PROGRAM KEGIATAN SARASEHAN PEMBINAAN MENTAL ROHANI. UNTUK. MENINGKATKAN. KETERLIBATAN. HIDUP. MENGGEREJA TNI KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO Dalam bab ini akan dibahas bagaimana pengaruh keikutsertaan dalam pembinaan mental rohani Katolik terhadap keterlibatan hidup menggereja tentara Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto dan juga usulan program. Usulan program akan diuraikan dalam sub-sub yang terdiri dari pentingnya kegiatan sarasehan, latar belakang program, tujuan program, usulan program, bentuk program, matriks program, dan satuan persiapan..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. Bab V: PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan yang menjelaskan apakah ada atau tidak pengaruh dari Pembinaan Mental Rohani Katolik terhadap hidup menggereja dan saran serta usul kepada kepada Paroki berdasarkan penulisan skripsi..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. BAB II TNI DAN PEMBINAAN MENTAL ROHANI. Bab kedua ini menguraikan tentang pembinaan mental Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan peranannya terhadap hidup menggereja sebagai rasul awam TNI. Uraian teori terlebih dahulu mengenai penjabaran TNI. TNI dibagi menjadi beberapa poin untuk memberi gambaran dan konsep pembinaan mental. Penjabaran TNI diuraikan menjadi sejarah singkat TNI, visi, misi, peran, fungsi, tugas, etika keprajuritan, Sapta Marga, sumpah prajurit, delapan wajib TNI, dan sebelas asas kepemimpinan. Setelah penguraian mengenai TNI tersebut, selanjutnya disajikan pemaparan mengenai pembinaan mental TNI, pembinaan mental rohani Katolik, dan tujuan pembinaan mental rohani Katolik yang diuraikan untuk memberi konsep dasar terhadap tindak lanjutnya. Berikutnya mengenai keterlibatan hidup menggereja sebagai rasul awam TNI yang diuraikan dalam poin-poin : kaum awam, tugas kaum awam, hidup menggereja, keterlibatan kaum awam dalam kehidupan menggereja sebagai TNI, serta panggilan dan misi kaum awam menurut dokumen Gereja.. A. Tentara Nasional Indonesia 1. Sejarah Tentara Nasional Indonesia Berdasarkan buku Religiositas TNI berikut dipaparkan sejarah singkat dibentuknya TNI (Asren, 2003; 97). Pada tanggal 17 Agustus 1945 Negara Indonesia memproklamasikan kemerdekaan yang dilakukan dalam suatu upacara.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. di Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Bung Karno dengan didampingi Bung Hatta memproklamirkan proklamasi atas nama bangsa indonesia yang telah menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka. Bangsa indonesia pada awal kemerdekaan membentuk suatu Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dibentuk dalam sidang PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945 dan diumumkan oleh Presiden pada tanggal 23 Agustus 1945. Pada tanggal 5 Oktober 1945 (saat ini di peringati sebagai hari kelahiran TNI) pemerintah RI mengeluarkan maklumat yang menyatakan pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Tanggal 18 Desember 1945 Jendral Besar Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TKR, dengan pangkat Jenderal. Pada tanggal 7 Januari 1946, Tentara Keamanan Rakyat berganti nama menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. Kemudian pada 26 Januari diubah lagi menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Karena pada saat itu di Indonesia terdapat laskar-laskar yang dibentuk oleh golongan atau partai politik tertentu, maka pada tanggal 15 Mei 1947 Presiden Soekarno mengeluarkan keputusan untuk mempersatukan Tentara Republik Indonesia dengan barisan-barisan bersenjata tersebut menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Penyatuan itu terjadi dan diresmikan pada tanggal 3 Juni 1947.. 2. Visi Tentara Nasional Indonesia Berdasarkan. website. resmi. Tentara. Nasional. Indonesia. (https://tni.mil.id/pages-1-visi-dan-misi-tni.html, diakses 3 Oktober 2018), berikut dipaparkan Visi TNI yang berbunyi demikian : Visi TNI adalah terwujudnya Pertahanan Negara yang Tangguh..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. 3. Misi Tentara Nasional Indonesia Berdasarkan. website. resmi. Tentara. Nasional. Indonesia. (https://tni.mil.id/pages-1-visi-dan-misi-tni.html, diakses 3 Oktober 2018), berikut dipaparkan Misi TNI yang berbunyi demikian : Misi TNI adalah menjaga Kedaulatan dan Keutuhan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta Keselamatan Bangsa.. 4. Peran Tentara Nasional Indonesia Berdasarkan. website. resmi. Tentara. Nasional. Indonesia. (https://tni.mil.id/pages-2-peran-fungsi-dan-tugas.html, diakses 3 Oktober 2018), berikut dipaparkan peran TNI yang berbunyi demikian : TNI berperan sebagi alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara.. 5. Fungsi Tentara Nasional Indonesia Berdasarkan. website. resmi. Tentara. Nasional. Indonesia. (https://tni.mil.id/pages-2-peran-fungsi-dan-tugas.html, diakses 3 Oktober 2018), berikut dipaparkan fungsi TNI yang berbunyi demikian : a. TNI sebagai alat pertahanan negara, berfungsi sebagai; 1) Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersencata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa;.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. 2) penindak terhadap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud pada huruf a ayat (1); dan 3) pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan. b. Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), TNI merupakan komponen utama sistem pertahanan negara.. 6. Tugas Tentara Nasional Indonesia Berdasarkan. website. resmi. Tentara. Nasional. Indonesia. (https://tni.mil.id/pages-2-peran-fungsi-dan-tugas.html, diakses 3 Oktober 2018), berikut dipaparkan tugas TNI yang berbunyi demikian : a. Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.. b. Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada poin a dilakukan dengan: 1) Operasi militer untuk perang 2) Operasi militer selain perang, yaitu untuk: a) Mengatasi gerakan separatis bersenjata; b) Mengatasi Pemberontakan bersenjata; c) Mengatasi aksi terorisme;.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. d) Mengamankan wilayah perbatasan; e) Mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis; f) Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri; g) Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya; h) Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta; i) Membantu tugas pemerintahan di daerah; j) Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang; k) Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia; l) Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan; m) Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue); serta n) Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan penyelundupan.. 7. Etika Keprajuritan Berdasarkan buku Religiositas TNI berikut dipaparkan Etika Keprajuritan (Asren, 2003; 101). Setiap anggota Prajurit TNI harus senantiasa sadar akan Identitasnya, yaitu sebagai Pejuang dan Prajurit Profesional. Karakter disiplin.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. dalam tata kehidupan dan penghidupan perlu diwujudnyatakan dalam perbuatan nyata serta hidupi oleh Prajurit TNI. Disiplin hidup TNI merupakan nilai-nilai etika dalam kehidupan tugas seorang TNI yang berkaitan dengan kepentingan Negara dan Bangsa Indonesia. Hidup dalam panggilan seorang TNI merupakan ungkapan dari janji setia kepada amanat Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa Indonesia, Kemerdekaan Indonesia, dan Rakyat Indonesia. Dalam hal ini ada empat nilai-nilai utama terkait regiositas yang memiliki pengaruh pemikiran dan prinsip keberagamanya dalam rumusan Etika Keprajuritan yang meliputi Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, dan Sebelas asas kepemimpinan TNI. Nilai-nilai dalam kedisiplinan dan Etika Keprajuritan merupakan pedoman hidup TNI dalam rangka perjuangan mempertahankan dan mengisi Kemerdekaan Indonesia melalui iman yang mendasar dalam kehidupan TNI yang dibuktikan melalui perbuatan nyata yang merupakan buah dari ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.. Dalam hal ini Panglima Besar Jendral Sudirman (1992: 14). mengatakan bahwa “Apabila perjuangan kita sudah kita dasarkan atas kesucian, maka perjuangan inipun akan berwujud antara kekuatan lahir melawan kekuatan batin, dan kita percaya, bahwa kekuatan batin inilah yang akan menang.”. 8. Sapta Marga Berdasarkan Buku Himpunan Materi Pokok Pembinaan Mental TNI (Pusbintal 2012: 528-545) Sapta Marga di artikan sebagai tujuh jalan/pedoman. Berikut juga isi dari Sapta Marga tersebut :.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. a.. Kami warga negara Kesatuan Republik Indonesia, yang Bersendikan Pancasila.. b.. Kami Patriot Indonesia, pendukung serta pembela Ideologi Negara, yang bertanggung jawab dan tidak kenal menyerah.. c.. Kami Kesatria Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta membela kejujuran, kebenaran dan keadilan.. d.. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, adalah Bhayangkari Negara dan Bangsa Indonesia.. e.. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, memegang teguh disiplin patuh dan taat kepada pimpinan, serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan prajurit.. f.. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia mengutamakan keperwiraan di dalam melaksanakan tugas, serta senantiasa siap sedia berbakti kepada Negara dan Bangsa.. g.. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, setia dan menepati janji serta sumpah prajurit.. 9. Sumpah Prajurit Berdasarkan Buku Himpunan Materi Pokok Pembinaan Mental TNI (Pusbintal 2012: 589-595) Sumpah Prajurit bertujuan agar setiap prajurit TNI mempunyai sikap, perilaku dan amal perbuatan yang sesuai dengan nila dan norma dan kaidah yang terkandung dalam sumpah prajurit. Berikut juga isi dari Sumpah Prajurit tersebut :.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. a.. Bahwa saya akan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang 1945.. b.. Bahwa saya tuntuk kepada hukum dan memegang teguh disiplin keprajuritan Tentara.. c.. Bahwa saya akan taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan.. d.. Bahwa saya akan menjalankan segala kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab pada Tentara dan Republik Indonesia.. e.. Bahwa saya akan memegang segala rahasia Tentara sekeras-kerasnya.. 10. Delapan Wajib TNI Berdasarkan Buku Himpunan Materi Pokok Pembinaan Mental TNI (Pusbintal, 2012: 624-632), Berikut juga isi dari Delapan Wajib TNI tersebut : a.. Bersikap ramah terhadap rakyat.. b.. Bersikap sopan santun terhadap rakyat. c.. Menjunjung tinggi kehormatan wanita.. d.. Menjaga kehormatan diri dimuka umum.. e.. Senantiasa menjadi contoh dalam sikap dan kesederhanaannya.. f.. Tidak sekali-kali merugikan rakyat.. g.. Tidak sekali-kali menakuti dan menyakiti hati rakyat.. h.. Menjadi contoh dan mempelopori usaha-usaha untuk mengatasikesulitan rakyat seklilingnya..

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. 11. Sebelas Asas Kepemimpinan Berdasarkan Buku Reliogisitas TNI (Asren, 2003: 122-129), Berikut isi dari Sebelas Asas Kepemimpinan tersebut : a.. Takwa Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan taat kepada-Nya. Seorang. prajurit yang takwa merupakan prajurit yang beriman dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga jati diri seorang prajurit itu sendiri memiliki jiwa yang kuat pada wawasan dan tindakan kebangsaan, kemasyarakatan serta memiliki spiritualitas hidup. b.. Ing Ngarsa Sung Tuladha Seorang pemimpin yang dapat memberikan contoh kepada yang dipimpin,. dapat membimbing dan menjadi teladan. Pemimimpin merupakan orang yang menjadi panutan sehingga dari depan diharapkan dapat memberikan teladan melaksanakan tanggung jawab dan visi misi bersama. c.. Ing Madya Mangun Karsa Di tengah Berbuat Keseimbangan dan dapat menjalin kebersamaan,. memotivasi, memberi semangat serta mengayomi yang dipimpinya.. Seorang. pemimpin harus mampu membaawa semangat dan pengaruh positif dalam tugasnya mau menerima kritik serta saran untuk mencapai tujuan bersama. d.. Tut Wuri Handayani Mempengaruhi dan memberi dorongan dari belakang kepada anak buah.. Dengan memberi dorongan dari belakang diharapkan seorang pemimpin dapat mendidik dan mengembangkan orang-orang yang dipimpinya. Pemimpin yang.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. baik adalah pemimpin yang mampu menyiapkan pemimpin selanjutnya oleh karena itu dengan memberikan dorongan dari belakang diharapkan pemimpin juga dapat menciptakan proses regenerasi. e.. Waspada Purba Wisesa Selalu waspada mengawasi, serta sanggup dan memberi koreksi kepada anak. buah. f.. Ambeg Parama Arta Dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.. g.. Prasaja Tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan.. h.. Satya Sikap loyal yang timbal balik, dari atasan terhadap bawahan dan dari. bawahan terhadap atasan dan ke samping. i.. Gemi Nastiti Kesadaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan dan pengeluaran. segala sesuatu kepada yang benar-benar diperlukan. j.. Belaka Kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan. tindakan-tindakannya. k.. Legawa Kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan. tanggung jawab dan kedudukan kepada generasi berikutnya.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. B. Pembinaan Mental Rohani TNI 1. Pembinaan Mental TNI Munculnya pembinaan mental diawali oleh prinsip Jendral Besar Soedirman yang ingin menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan TNI. Dalam hal ini Asren Nasution (2003: 130) mengatakan : Nilai-nilai agama yang dipahami Jendral Besar Soedirman sangat banyak menjadi acuan dalam pembentukan lembaga Pembinaan mental yang berdasarkan Skep Kasad Nomor: Skep/691/VII/1986 tanggal 30 November 1986 ditetapkan hari jadinya jatuh pada tanggal 25 Mei 1946, dengan tugas pokok mempertinggi moral dan moril tentara melalui, antara lain: mengadakan pidato-pidato keagamaan, memberi keterangan-keterangan keagamaan tertulis, mengadakan pelajaran-pelajaran dan kursus-kursus keagamaan, yang semuanya itu diperuntukkan dan ditjukkan kepada segenap anggota angkatan perang. Menurut kutipan tersebut, pembinaan mental TNI merupakan kegiatan yang melekat dan dilakukan terus menerus guna menanamkan kesadaran dan ketahanan mental sehingga menjadikan prajurit TNI yang bertakwa, nasional dan militan. Pokok-pokok dalam pembinaan mental TNI meliputi hakikat peran, tugas-tugas, fungsi, azas-azas, dan sifat pembinaan. Hakikat pembinaan mental TNI merupakan proses pembentukan pengembangan, pendayagunaan watak dan kepribadian personel TNI dan keluarganya sebagai prajurit sapta marga yang dapat mendukung pelaksanaan OMP dan OMSP. Pembinaan mental TNI berperan di bidang pembinaan, pemeliharaan, dan peningkatan kesadaran, sikap dan perilaku personel TNI beserta keluarganya dan lingkungan tugasnya guna mendukung pembinaan kemampuan dan penggunaan kekuatan TNI..

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. 2. Pembinaan Mental Rohani Katolik TNI Pembinaan mental rohani adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mempertinggi moral/akhlak yang luhur baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, manusia dengan sesamanya, maupun dengan diri pribadi dan lingkunganya. Dalam pelaksanaan Bintal Rohani antara lain dilaksanakan pembinaan dan pelayanan ibadah agama Katolik bagi prajurit dan Pegawai Negeri Sipil beserta keluarganya. Pembinaan itu diselenggarakan melalui pendekatan pemahaman, pendalaman dan pelaksanaan ajaran agama Katolik dengan ibadat, sehingga diharapkan nilai-nilai luhur ajaran agama tersebut dapat melandasi jiwa dan semangat serta moralitas setiap prajurit dalam pelaksaan tugas.. 3. Tujuan Pembinaan Mental Rohani Katolik TNI Dalam buku petunjuk induk Pembinaan Mental TNI Pinaka Baladika (2012:8) dikatakan tujuan Tujuan Pembinaan Mental Rohani ialah Mewujudkan mental yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, taat menjalankan ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya serta berbudi pekerti luhur (berakhlak mulia). Pelaksanaan Bintal Rohani Katolik terdiri dari pembinaan, pelayanan ibadah Katolik bagi prajurit beserta keluarganya. Bintal Rohani Katolik dilaksanakan melalui pendekatan pemahaman, pendalaman dan pelaksanaan ajaran agama Katolik dengan ibadat. Melalui Pembinaan Mental Rohani Katolik diharapkan nilai-nilai luhur ajaran agama Katolik dapat melandasi.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. jiwa dan semangat serta moralitas setiap prajurit dalam pelaksanaan tugas.Dengan menetapkan keimanan dan katakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, diharapkan melalui Bintal rohani Katolik ini para prajurit yang juga anggota Gereja ini dapat semakin meningkatkan kesetiaan, tanggung jawab serta pengabdian yang tulus kepada bangsa dan negara dalam rangka mendukung tugas pokok TNI.. C. Keterlibatan Hidup Menggereja Sebagai Rasul Awam TNI 1.. Kaum Awam Istilah “kaum awam” berasal dari terminologi latin, yaitu laicus. Dan kata. ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu laikós, yang berarti termasuk dalam rakyat, anggota umat. Kata laikós berhubungan dengan laós, yang berarti rakyat, umat. Kata laós telah banyak dipergunakan untuk menunjukkan beberapa arti yang berbeda. Beberapa di antaranya, yaitu: Pertama: dalam Septuaginta, kata laós digunakan untuk menyebut “bangsa Israel.” Kedua: dalam Perjanjian Baru, istilah ini diartikan sebagai “umat Israel berhadapan dengan bangsa-bangsa.” Tetapi, di tempat lain, kata laós digunakan sebagai sebutan untuk “Jemaat Kristen” (Blasius Bane, 2008. Peran Kaum Awam dalam Pelayanan Gereja Pasca Konsili Vatikan II,http://sapereaudenias.blogspot.co.id/2008/08/peran-kaum-awam-dalam pelayanan-gereja.html, 19 April 2018). Dari dokumen Konsili Vatikan II, melalui Lumen Gentium juga di jelaskan tentang istilah awam. Dijelaskan bahwa kaum awam ialah semua orang beriman kristiani, kecuali mereka yang termasuk golongan imam atau status religius yang diakui dalam gereja (LG art 31). Dalam hal ini kaum awam dapat diartikan.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. sebagai jemaat Kristen yang juga merupakan sebagai umat Allah maupun juga sebagai anggota Gereja. Awam sebagai umat Allah dan anggota umat Gereja memiliki unsur kesamaan dan kebersamaan dalam tugas perutusanya. Kristianto (2010: 64) mengatakan kaum awam adalah orang beriman yang sudah menjadi warga penuh Gereja melalui pembaptisan, penguatan dan komuni. Kaum awam memiliki tugas dalam tatanan Gereja untuk bersama-sama baik juga dengan hierarki untuk mewujudkan panca tugas Gereja.. 2. Tugas Kaum Awam Dalam LG 1 dikatakan bahwa Gereja adalah “sakramen,” artinya tanda dan alat kesatuan mesra dengan Allah dan persatuan seluruh umat manusia. Sebagai tanda dan sarana kesatuan mesra dengan Allah dan persatuan seluruh umat manusia, Gereja menghimpun seluruh umat dari berbagai tempat dan wilayah dan menjadikannya satu sebagai umat Allah yang bersatu hati, seiman dan sepenanggungan dalam membangun Gereja. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa dengan demikian Gereja mau tidak mau berada dalam dunia. Gereja yang berada di dunia ini semakin ditegaskan dalam LG 40. Konsili Vatikan II melalui LG 40 mengatakan bahwa Gereja sudah ada di dunia ini, dihimpun dari manusia, yaitu anggota masyarakat dunia, yang dipanggil untuk membentuk di dalam sejarah umat manusia itu sendiri, keluarga putra-putri Allah, yang senantiasa harus diperluas sampai kedatangan Tuhan. Gagasan Lumen Gentium di atas menghantar kita pada suatu pemahaman bahwa tugas pengembangan Gereja di dunia tidak hanya diletakkan kepada para klerus, tetapi juga diletakkan kepada.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. para awam sebagai umat Allah yang dikuduskan berkat Sakramen Pembaptisan yang mereka terima. Peran kaum awam dalam membangun tugas pelayanan Gereja di dunia semakin ditegaskan dalam Dekrit tentang Kerasulan Awam. Di sana dikatakan bahwa “dalam melaksanakan tugas perutusan Gereja kaum awam menunaikan kerasulan mereka baik dalam Gereja maupun di tengah masyarakat, baik di bidang rohani maupun di bidang duniawi (Apostolicam Actuositatem, Art. 5). Pernyataan Konsili yang mengatakan bahwa kaum awam mengembangkan tugas pelayanan Gereja dalam sifatnya yang khas duniawi, itu berarti bahwa peran kaum awam dalam pelayanan Gereja diwarnai oleh pengalaman konkrit mereka di tengah dunia. Dan justru karena pengalaman konkrit inilah keterlibatan mereka dalam segala urusan gerejani sangat penting bagi Gereja, agar Gereja dapat memahami dan menghayati hakikatnya sendiri.. 3. Hidup Menggereja Hidup menggereja adalah tugas panggilan hidup kita sebagai umat Katolik. Hidup menggereja juga merupakan pelayanan dan pewartaan bagi sesama, hal ini dapat dilakukan melalui kerjasama kaum awam dalam dalam Hierarki. Berdasarkan buku Pengajaran Iman Katolik (2017) dan dari Lima Pilar Pelayanan Gereja (henkesfallo.blogspot.com), penulis menguraikan lima pilar hidup menggereja sebagai berikut: a. Persekutuan (Koinonia) “Koinonia” adalah bahasa Yunani, berasal dari kata “koin” yang berarti mengambil bagian. Persekutuan berarti ikut serta dalam persaudaraan paguyuban.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. dalam membawa kabar gembira mewartakan dan melaksanakan sabda Tuhan. Pelaksanaan Sabda Allah dapat berupa aktivitas pewartaan, liturgi, pelayanan, kesaksian dan berjuang untuk hidup dalam semangat rukun-guyub dan aktif dalam melakukan solidaritas. Solidaritas paguyuban ini dapat. diwujudkan dalam. penghayatan hidup menggereja baik di lingkup lingkungan, stasi, wilayah, paroki maupun keuskupan. Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya : kegiatan rekreatif bersama dan membangun komunikasi lewat dunia digital.. b. Liturgi (Leitourgia) Liturgi berasal dari bahasa Yunani yakni dari kata “Leitourgian” (leos artinya rakyat dan ergon artinya kerja) yang berarti bekerja untuk kepentingan umum, kerja bakti atau gotong royong. Liturgi juga dapat diartikan sebagai keterlibatan aktif dalam perayaan ibadat resmi yang dilakukan Yesus Kristus dalam Gereja-Nya kepada Allah Bapa. Karena pada umumnya Ekaristi di pusat paroki umat sepantasnya mewujudkan partisipasi aktifnya dengan cara memimpin Ibadat Sabda, Doa Bersama, Pendalaman iman dilingkungan dan aktif, mewujudkan makna ekaristi dalam hidup sehari-hari, ikut kegiatan sarasehan untuk meningkatkan kepentingan hidup rohani dll.. c. Pewartaan (Kerygma) “Kerygma” berasal dari bahasa Yunani yang berarti karya pewartaan Kabar Gembira. Landasan kokoh tndakan pewartaan ini adalah Tuhan Yesus Sendiri. Demikian juga umat beriman Kristiani di mana semua diberi.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. kepercayaan, dipanggil dan diutus Tuhan Yesus untuk mengambil bagian dalam tugas pewartaan Kabar Gembira (LG art 35). Dalam hal ini Franz Magnis Suseno (2017: 160) mengatakan bahwa “Gereja tidak dipanggil untuk mengajak orang menjadi Katolik, melainkan untuk mengajak mereka bertobat, artinya untuk berpaling dari sikap egois, kebencian, dan kerakusan ke kesediaan untuk memberi ruang kepada kasih, kerahiman, dan kegembiraan akan segala apa yang positif.” Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya : katekese katekese calon baptis dan persiapan penerimaan sakramen-sakramen lainya.. d. Pelayanan (Diakonia) Diakonia berasal dari bahasa Yunani yakni “diakon” yang berarti melayani. Tugas pelayanan yang dilaksanakan gereja bersifat sukarela dan tanpa menuntut karena tujuan utamanya adalah supaya Gereja tumbuh dan berkembang kearah yang semakin membebaskan dan menyelamatkan umat manusia. Dengan pelayanan diharapkan umat beriman semakin menyadari akan hidup dalam kasih kepada sesamanya. Sikap hidup dalam kasih inilah yang nantinya akan menggerakkan keterbukaan diri dengan penuh empati, partisipasi dan ketulusan untuk berbagi bagi sesama demi kepentingan seluruh jemaat (Kis 4:32-35). Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya : melakukan kegiatan sosial karitatif bersama warga lingkungan..

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. e. Kesaksian (Martyria) Martyria berasal dari kata bahasa Yunani yakni “marturion” yang artinya kesaksian.Kesaksian ini berarti menjadi saksi kristus bagi dunia. Setiap warga Gereja diutus oleh Yesus untuk menjadi saksi-Nya (Kis. 1:8). Murid Yesus diharapkan memberi kesaksian dalam hidup sehari-harinya di manapun ia berada bersama orang lain, sehingga diharapkan umat beriman dapat menjadi garam dan terang di tengah masyarakat. Memberikan kesaksian juga dapat dilakukan melalui contoh pengalaman hidup. Umat diharuskan memberikan contoh pengalaman hidup bahwa dengan mengikuti Yesus Kristus mereka selamat dan bebas dari kebencian, nafsu, tidak memegahkan diri, positif dan penuh kasih. Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya : aktif dalam kegiatan RT, RW, di mana lingkungan itu berada. Kegiatan yang dapat dilakukan seperti kerja bakti, gotong royong dll.. 4. Keterlibatan Kaum Awam Dalam Kehidupan Menggereja Sebagai TNI Dalam lingkup TNI, memang bukan hanya kaum awam saja yang menjadi anggota TNI. Ada juga kaum religius yang menjadi anggota TNI. Akan tetapi pertama-tama pembahasan ini akan berfokus terlebih dulu pada keterlibatan kaum awam karena pada kenyataannya tentunya kaum awam yang menjadi anggota TNI pasti lebih banyak daripada kaum religius yang menjadi anggota TNI. Menurut Yoseph Kristianto, dkk, kata “awam” atau dalam bahasa Yunani “laity” (umat) adalah orang beriman yang sudah menjadi warga penuh Gereja melalui pembaptisan, penguatan, dan komuni (1 Ptr 2:9-10), tetapi tidak menerima.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. tahbisan suci dan menjadi klerus (Kristianto, 2010: 56). Lumen Gentium artikel. 30 menegaskan bahwa : Seusai menguraikan tugas hirarki, konsili suci dengan rela mengar ahkan perhatianya kepada status kaum beriman kristiasni yang disebut awam. Segala sesuatu yang telah dikatakan tentang umat Allah, sama-sama dimaksudkan bagi kaum awan, pria maupun wanita , mengingat kedudukan dan perutusan mereka. Konsili suci menggambarkan awam sebagai orang yang memiliki martabat yang sama dengan para hierarki atau kaum rohaniwan-rohaniwati. Lumen Gentium artikel 31 menjelaskan tentang awam, yaitu: Yang dimaksud dengan istilah awam di sini ialah semua orang beriman kristiani kecuali mereka yang termasuk golongan imam atau status religius yang diakui dalam Gereja. Jadi kaum beriman kristiani, yang berkat Baptis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus, dan enggan demikian sesuai dengan kemampuan mereka melaksanakan perutusan segenap Umat Kristiani dalam Gereja dan di dunia. Menurut Komkat KWI dalam buku Iman Katolik, dengan istilah “awam” dimaksudkan semua orang beriman Kristen yang tidak termasuk golongan tahbisan suci dan status kebiaraan yang diakui dalam Gereja. Mereka adalah orang-orang yang dengan pembaptisan menjadi anggota-anggota Tubuh Kristus, dijadikan Umat Allah dan dengan caranya sendiri mengambil bagian dalam tugas Kristus sebagai imam, nabi dan raja, dankarena itu sesuai dengan peranan mereka dijalankan perutusan seluruh umat Kristen dalam Gereja dan dunia. Kaum awam tidak menjalankan tugas pelayanan suci atau menerimakan sakramen-sakramen, dan juga tidak hidup dalam tata dan kondisi kebiaraan. Dengan kata lain, kaum awam menghayati panggilan hidupnya sebagai anggota Gereja dengan menjalankan tugas-tugas yang berciri duniawi (tata dunia) (Yoseph.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. Kristianto, dkk, 2010:58). Yoseph Kristianto (2010:58) juga mengatakan bahwa harus disadari pada akhirnya, kerasulan dalam Gereja akan bermuara kepada dunia juga. Sebab, Gereja sendiri ada bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dunia. Gereja hadir untuk membangun dan mewartakan Kerajaan Allah di dunia ini. Dua bentuk kerasulan: kerasulan di tengah-tengah masyarakat (ke dalam tata dunia) dan kerasulan dalam Gereja. Kerasulan di tengah-tengah masyarakat dimengerti bahwa kaum awam dapat menjalankan kerasulannya dengan kegiatan-kegiatan penginjilan dan pengudusan manusia serta meresapkan dan memantapkan semangat Injil ke dalam tata dunia. Dengan demikian, kegiatan mereka sungguh-sungguh memberikan kesaksian tentang Kristus dan melayani keselamatan manusia. Sedangkan tugas kerasulan dalam Gereja sesungguhnya menjadi porsi atau tanggungjawab hierarki, yang memiliki fungsi utama sebagai pemersatu dan pemimpin jemaat. Keterlibatan awam dalam tugas membangun Gereja ini bukan karena menjadi perpanjangan tangan hierarki atau ditugaskan oleh hierarki, melainkan oleh pembaptisan mereka mendapat tugas dari Kristus sendiri. Tanpa menonjolkan kekatolikan, kita harus berani menyucikan dunia sebagai ungkapan perbuatan iman kita akan tugas khas kaum awam (Suharyo, 2009:59). Awam hendaknya turut berpartisipasi dalam tri tugas Kristus, yaitu tugas kenabian, yaitu dengan menerima sabda Kristus dan mewartakannya kepada dunia melalui kesaksian hidup, kata-kata, tindakan, dan katekese; tugas imamat yaitu khususnya melalui Ekaristi, dengan mempersembahkan hidup mereka dalam seluruh pekerjaan, doa dan usaha kerasulan dalam kehidupan keluarga dan jerih payah.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. sehari-hari, melalui beban hidup yang ditanggung dengan sabar dan penghiburan bagi jiwa dan badan sebagai sebuah kurban rohani yang “karena Yesus Kristus, berkenan kepada Allah” (1 Ptr 2:5); dan tugas rajawi yaitu dengan melaksanakan bermacam-macam tugas pelayanan bagi komunitas serta mengisi kegiatankegiatan temporal dan kelembagaan dalam masyarakat dengan nilai-nilai moral.. 5. Panggilan Dan Misi Kaum Awam Menurut Dokumen Gereja. Kaum awam sebagai anggota umat Allah memiliki kekhasan dalam hidup di duanianya, berbeda pula dengan hidup rohaniwan maupun biarawan. Sebagai umat Allah dan aggota Gereja tentu kaum awam memiliki panggilan dan tugas dalam perutusan karya dalam hidupnya. Panggilan dan misi kaum awam tersebut tertulis pada pokok-pokok ajaran iman Katolik maupun Dokumen Gereja. Ajaran tentang panggilan kaum awam untuk merasul dalam Dokumen Konsili Vatikan II menyatakan bahwa : Gereja diciptakan untuk menyebarluaskan kerajaan Kristus dimana-mana demi kemuliaan Allah Bapa, dan dengan demikian mengikutsertakan semua orang dalam penebusan yang membawa keselamatan, dan supaya melalui mereka seluruh dunia sungguh-sungguh diarahkah kepada Kristus. Semua kegiatan Tubuh Mistik, yang mengarah kepada tujuan itu disebut kerasulan. Kerasulan itu dilaksanakan oleh Gereja melalui semua anggotanya, dengan pelbagai cara. Para rasul serta para pengganti mereka oleh Kristus diserahi tugas mengajar, menyucikan dan memimpin atas nama dan kuasa-Nya. Sedangkan kaum awam ikut serta mengemban tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus, menunaikan bagian mereka dalam perutusan segenap Umat Allah dalam Gereja dan di dunia.(Apostolicam Actuositatem Art. 2). Dalam Dokumen Magisterium Gereja Christifideles Laici Paus Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa tugas panggilan dan misi kaum awam adalah.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 32. persekutuan dengan Kristus (CL 8). Kaum awam diajak untuk mengidupi imanya melalui perbuatan nyata melalui persekutuan dalam keterlibatan hidup menggereja. Pelaksanaan tugas panggilan kaum awam pada dasarnya merupakan partisipasi kaum awam dalam ketiga misi Kristus sebagai imam, nabi, dan raja (CL 14) serta sebagai langkah nyata yang dilaksanakan untuk dapat bertumbuh dalam kekudusan yang menjadi panggilan semua umat Kristen (CL 16-17). Kaum awam juga mempunyai panggilan dan misi untuk mewartakan Injil ( CL 33). Panggilan dan misi kaum awam juga mengarah pada tugas evangelisasi, melalui tugas ini diharapkan semakin terbentuknya komunitas iman, sehingga Gereja sebagai persekutuan semakin setia pada Sabda Tuhan. Tentang tugas kerasulan awam, Katekismus mengajarkan demikian: KGK 900 : Kaum awam, seperti juga semua umat beriman, telah menerima dari Allah tugas kerasulan berkat Pembaptisan dan Penguatan; karena itu mereka mempunyai hak dan kewajiban, baik sendiri-sendiri maupun dalam persekutuan dengan orang lain, intuk berusaha supaya semua manusia di seluruh dunia mengenal dan menerima berita keselamatan ilahi. Kewajiban ini lebih mndesak lagi, apabila orang tertentu hanya melalui mereka dapat menerima injil dan mengenal Kristus. Dalam persekutuan gerejani kegiatan mereka sekian penting, sehingga kerasulan pastor sering tidak dapat berkembang sepenuhnya tanpa mereka. KGK 910 : Kaum awam dapat juga merasa dirinya terpanggil atau dapat dipanggil, untuk bekerja sama dengan para gembala mereka dalam melayani persekutuan gerejani, demi pertumbuhan dan kehidupan persekutuan itu. Dalam pada itu mereka dapat mengambil alih pelayanan yang sangat berbeda-beda, sesuai dengan rahmat dan karisma yang Tuhan anugerahkan kepada mereka (EN 73). Dapat disimpulkan bahwa melalui beberapa dokumen gereja seperti Apostolicam. Actuositatem,. Christifideles. Laici,. Evangeli. Nutiandi. dan. Katekismus Gereja Katolik, secara keseluruhan kaum awam memiliki panggilan dan misi yang sama. Kaum awam dipanggil dengan misi untuk ikut ambil bagian.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. tugas perutusan, membangun persekutuan dengan Kristus, dan ikut berpartisipasi dalam ketiga misi Kristus sebagai imam, nabi, dan raja. Lebih spesifik juga pada KGK panggilan dan misi kaum awam. 6. Wujud Kaum Awam TNI Menurut Dokumen Gereja Setiap anggota Tentara Nasional Indonesia harus memiliki profesionalitas sebagai seorang prajurit dan pejuang serta sadar akan identitasnya yang mengabdikan diri bagi tanah air yang memiliki disiplin dalam tata kehidupan. Sebagai Bhayangkari bangsa Indonesia, setiap prajurit TNI memiliki tugas dan kewajiban serta cita-cita yang ingin dicapainya, oleh karena itu setiap prajurit TNI dalam hidupnya memiliki tanggungjawab dan memegang teguh disiplin TNI serta Sapta Marga. Disiplin hidup TNI yang dihidupi setiap anggota terdiri dari nilainilai penting dibagi menjadi dua bagian yaitu Tri-Setia dan Tri-Matra. Dengan demikian Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman (1992:2) menuliskan bahwa, disiplin hidup TNI terdiri : Tri-Setia a. Setia kepada Amanat Tuhan Yang Maha Esa. b. Setia kepada Amanat Jiwa Kemerdekaan Indonesia c. Setia kepada Amanat Penderitaan Rakyat Tri-Matra a. Taat/Patuh kepada atasan dengan tidak pernah membantah perintah atau putusan b. Setia kawan kepada sesama teman seperjuangan dan senantiasa menjunjung harkat dan martabat jiwa korsanya. c. Tanggung-jawab kepada bawahan. Dengan menghidupi disiplin TNI dalam tata kehidupan, diharapkan setiap anggota dapat menjadi prajurit yang profesional yang berjuang membertahankan.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. kedaulatan negara sesuai kewajibanya. Pada hakikatnya TNI memiliki identitas sebagai pejuang dan prajurit profesional, oleh karena itu dalam Tri-Setia nilai yang pertama dan utama harus di hidupi ialah “Setia kepada Amanat Tuhan Yang Maha Esa”. Adapun dalam Sapta Marga juga ditekankan dalam nilai nomor tiga mengenai ketuhanan yang berbunyi “Kami ksatria Indonesia, yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta membela kejujuran, kebenaran dan keadilan”. Dalam hal ini jika dilihat bahwa dalam disiplin TNI dan Sapta Marga ditemukan sejumlah nilai yang mengandung religiositas, oleh karena itu setiap prajurit harus memiliki iman akan Tuhan dalam melaksakan tugas dan perutusanya. Prajurit yang menyertakan Tuhan dalam setiap tugasnya merupakan perwujudan iman melalui perbuatan untuk menjaga kedaulatan dan membela kemerdekaan bangsa Indonesia. Menjadi seorang prajurit tidaklah mudah baik dalam tugas dan tanggung jawabnya, oleh karena itu keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa ditanamkan dari awal terbentuknya TNI oleh Jendral Besar Soedirman yang diwariskan kepada setiap prajurit TNI. Seperti yang disampaikan Jendral Soedirman pada 18 Desember 1945 di Yogyakarta, ia mengatakan “Hendaknya perjuangan kita harus didasarkan atas kesucian, dengan demikian perjuangan kita lalu merupakan perjuangan antara jahat melawan suci, dan kami percaya, bahwa perjuangan suci itu senantiasa mendapat pertolongan dari Tuhan” (Pusbintal ABRI, 1992: 13). Untuk membentuk prajurit yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa dan taat menjalankan ibadah sesuai ajaran agamanya serta berakhlak mulia maka dibentuklah pembinaan mental rohani..

Gambar

Tabel  di  atas  memperlihatkan  mengenai  sejauh  mana  pengaruh  keikutsertaan  prajurit  TNI  Katolik  di  Paroki  Santo  Mikael  Pangkalan  TNI  AU  Adisutjipto

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pembaptisan dapat dilaksanakan secara lancar dan sah apabila pelaksanaan dilaksanakan oleh beberapa orang yang memiliki peranan penting dalam pembaptisan. 3)

Penulis merasa prihatin melihat sebagian mahasiswa (khususnya mahasiswa awam) di prodi PAK yang kurang mendalami panggilannya sebagai katekis. Penulis melihat ada

Selain itu katekese Analisis Sosial ini juga mampu meningkatkan rasa keprihatinan umat kepada orang-orang yang miskin, selain itu juga katekese analisis ini, saya rasa dapat

Visi dan misi menjadi arah dan pedoman bagi suatu lembaga dalam menjalankan program yang akan dilaksanakan di dalam lembaga tersebut.. misi LKSA selalu mengalami

Dari hasil penelitian keseluruhan menunjukkan data rata-rata/mean sebesar 88,077 yang masuk ke dalam kriteria Sangat Baik, dengan frekuensi 48 orang mahasiswa dengan persentase

“Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan penghasilan dilakukan sesuai

Teknik ini dapat memberikan klasifikasi pada data baru dengan memanipulasi data yang ada yang telah diklasifikasi dan dengan menggunakan hasilnya untuk memberikan

Segala puji dan syukur saya haturkan kepada Allah Tritunggal Maha kasih yang telah menyelenggarakan segala berkat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi