• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PROGRAM KEGIATAN SARASEHAN PEMBINAAN

A. Pentingnya Kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani

2. Kesimpulan

Kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik sangat penting bagi kebutuhan TNI AU Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto saat ini.

Kegiatan ini perlu dipersiapkan dengan baik apabila akan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh untuk kepentingan hidup spiritual TNI Katolik. Kegiatan ini juga merupakan tanggapan atas apa yang dibutuhkan umat TNI Katolik saat ini juga sehingga dapat memberi kesejukan iman terhadap prajurit. Dengan demikian Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik juga dapat menjadi sarana bagi Gereja untuk dapat membangkitkan semangat Pro Ecclesia et Patria bagi TNI Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto

86 B. Usulan Kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani

1. Latar belakang usulan kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Sebagai warga negara sekaligus warga Gereja umat paroki Santo Mikael pangkalan Adisutjipto memiliki semboyan 100% Katolik 100% Indonesia.

Menjadi warga negara, umat kategorial di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto tentu sudah menjalankan kewajiban dalam tugas sebagai TNI.

Profesi sebagai TNI Katolik merupakan tugas panggilan khusus yang memiliki tanggung jawab besar dalam tatanan kehidupan. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab sebagai TNI Katolik sangatlah banyak, oleh karena itu dalam kehidupan TNI ada tatanan norma dalam sikap dan tindakan. Sikap dan tindakan dalam kaitannya sebagai warga Gereja tentu bukan hanya hubungan secara baik saja terhadap manusia, namun juga hubungan baik dengan Tuhan. Hubungan baik manusia dengan Tuhan maupun manusia dengan manusia perlu dibangun oleh sikap dasar cinta kasih yang tumbuh dari iman. Iman inilah yang tumbuh dari kebiasan-kebiasaan hidup rohani sebagi TNI.

Dalam kenyataannya hidup rohani TNI Katolik turut diperhatikan melalui kegiatan Pembinaan Mental Rohani Katolik. Kegiatan Pembinaan Mental Rohani Katolik ini harapannya dapat lebih diminati melalui keikutsertaan yang aktif oleh semua TNI Katolik. Dengan ikut serta dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik, TNI Katolik dapat semakin memaknai panggilannya dan aktif dalam kegiatan menggereja dalam terang iman kristiani. Data yang penulis peroleh, dari hasil penelitian dapat dipastikan bahwa banyak responden yang aktif dalam kegiatan hidup menggereja serta responden juga menyatakan keterlibatannya dalam hidup

87 menggereja masih kurang namun masih dalam proses. Oleh karena itu

berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis mengusulkan kegiatan untuk membantu umat agar lebih disiplin ikut serta dalam Pembinaan Mental Rohani dan terlibat dalam hidup menggereja yaitu dengan kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani.

Kegiatan sarasehan ini dipilih sebagai upaya dalam membantu TNI Katolik untuk lebih menyegarkan iman akan panggilannya melalui informasi-informasi pengajaran iman, kisah-kisah inspiratif, video dan sharing. Dengan penyegaran iman kembali TNI Katolik diajak untuk lebih sadar akan tugas dan panggilannya sebagai kaum awam hingga kewajibannya dalam keterlibatan hidup menggereja. Harapannya dengan kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik ini juga TNI semakin menghayati iman dalam panggilan hingga keterlibatannya sebagai warga masyarakat. Hendrianto (2018; 18) Mengatakan bahwa menghayati iman dalam keterlibatan dapat dilakukan dengan praktik atau karya personal yang baik, praktik personal seorang Katolik di dalam keseharian merupakan buah pengalaman dan pengendapannya atas berbagai ajaran Gereja maupun praktik laku kerohanian Katolik.

2. Tujuan Kegiatan

Untuk lebih memahami maksud “Sarasehan Pembinaan Mental Rohani” penulis menjabarkan tujuan kegiatan sebagai brikut :

1. Agar TNI Katolik semakin aktif terlibat dalam pembinaan mental rohani Katolik untuk mengembangkan imannya.

88 2. Agar TNI Katolik semakin memaknai panggilannya yang khusus juga sebagai

rasul awam yang berkarya bagi gereja dan bangsa.

3. Agar TNI Katolik semakin terlibat dalam pelayanan maupun aktif kegiatan menggereja.

3. Usulan Tema dan Penjelasannya

Dalam merancang usulan kegiatan, penulis menyusun langkah-langkah kegiatan beserta penjelasannya agar kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik.

Langkah pertama dimulai dengan tema umum yang dijelaskan sehingga menjadi acuan untuk sub tema per kegiatan sarasehan.

Tema Umum : Dipanggil menjadi berkat untuk membangun NKRI dalam terang iman Katolik

Tujuan Umum : TNI Katolik semakin menyadari panggilannya dalam terang iman Katolik. Dengan mengahayati panggilan, diharapkan TNI Katolik semakin aktif dalam hidup menggereja sehingga dapat mewujudkan budaya kasih dalam hidup serta menjalankan tugas sebagai pengabdian sekaligus pelayanan secara profesional.

Tema Sarasehan I : Menghayati panggilan dalam terang iman Katolik Tujuan : Menghayati panggilan terrmasuk juga dalam

menjalakan tugas dan tanggung jawab sebagai umat Katolik. TNI Katolik semakin terlibat dalam kegiatan Pembinaan Mental Rohani yang menjadi ruang dalam

89 menghayati panggilan dan komunikasi iman.

Tema Sarasehan II : Keterlibatan menggereja sebagai ungkapan iman yang nyata.

Tujuan : TNI Katolik dapat mewujudkan imannya melalui tindakan nyata dalam pelayanan dan terlibat dalam kegiatan menggereja demi tercapainya Kerajaan Allah.

Tema Sarasehan III : Menjadi 100% Katolik dan 100% Indonesia

Tujuan : Mewujudkan Cinta Kasih sebagai identitas ajaran iman Katolik dalam hidup sehari melalui tindakan nyata. Dalam terang iman Katolik mengamalkan Pancasila demi mewujudkan kesejahteraan bersama.

4. Peserta

Peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah Umat Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto terkhusus TNI Katolik. Pada dasarnya kegiatan rutin Pembinaan Mental Rohani terlaksana dengan jadwal yang berbeda-beda sesuai kesatuan di Pangkalan TNI AU. Oleh karena itu penentuan peserta juga mengacu pada ketentuan Romo paroki terkait situasi dan kondisi yang memungkinkan. Pada pelaksanaannya, kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan campuran satuan TNI AU Katolik di wilayah Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto.

90 5. Tempat dan Waktu

Tempat pelaksanaan kegiatan di Aula Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto. Waktu pelaksanaan pada bulan Agustus 2019.

91 6. Matriks usulan kegiatan

Tema Umum : Dipanggil menjadi berkat untuk membangun NKRI dalam terang iman Katolik.

Tujuan Umum : TNI Katolik semakin menyadari panggilannya dalam terang iman Katolik, sehingga dapat mewujudkan budaya kasih dalam hidup serta menjalankan tugas sebagai pengabdian sekaligus pelayanan secara profesional.

No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan 1. 1 Agustus

92 No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan

 Materi

93 No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan

kegiatan menggereja

94 No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan

sebagai

95 No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan

kesejahteraan bersama.

 Menghayati

semangat Agustinus Adisutjipto.

 Membangun

NKRI dalam terang iman Katolik.

Profesional Sejati https://diataka.blo gspot.com/2015/1 2/agustinus- adisutjipto-seorang.html

 Yulius Kardinal

Darmaatmaja, SJ (2019). Umat Katolik Dipanggil Membangun NKRI. Halaman

96 No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan

81-87 dan 102.

 Kitab Suci Mat. 22: 37-39

7. Contoh Satuan Pertemuan Sarasehan III

a. Tema : Menjadi 100% Katolik 100% Indonesia

b. Tujuan : Mewujudkan cinta kasih sebagai identitas ajaran iman Katolik dalam hidup sehari-hari melalui tindakan nyata, sehingga dalam terang iman Katolik dapat mengamalkan Pancasila demi mewujudkan kesejahteraan bersama.

c. Materi : Video Soegijapranata - 100% Katolik, 100% Indonesia, menghayati semangat Santo Mikael, menghayati

semangat Agustinus Adisutjipto dan Materi Membangun NKRI dalam terang Iman Katolik.

d. Metode : Sharing Pengalaman, Informasi, Dialog dan Video e. Sumber Bahan : Video, Buku Lustrum Paroki, artikel Agustinus

Adisutjipto, Buku Umat Katolik dipanggil membangun NKRI.

f. Sarana : Mic, speaker, LCD dan laptop.

g. Pemikiran Dasar :

Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto merupakan paroki dengan dua dimensi pelayanan yakni dalam teritorial dan kategorial. Arah gerak utama Gereja paroki adalah menggembalakan umatnya agar dapat menjalankan tugas dan panggilannya berdasarkan inspirasi iman Katolik. Didasari motto semangat Uskup pertama KAS Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ yakni 100% Katolik 100%

Indonesia, paroki hadir untuk mengembangkan iman prajurit TNI Katolik. Dengan demikan peran iman Katolik dalam panggilan sebagai prajurit TNI dapat diwujudnyatakan dalam kesungguhan melayani masyarakat dengan cinta kasih.

Harapannya dengan hadirnya karya pelayanan paroki dalam bentuk kegiatan ini baik Pembinaan Mental Rohani Katolik, setiap prajurit TNI Katolik semakin terlibat dalam kehidupan menggereja.

1) Pengantar (08.00 WIB-08.05 WIB)

Bapak/ibu dan saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus, pada pagi hari ini kita berkumpul di tempat ini oleh karena rahmat dan kasih-Nya yang senantiasa mengalir dalam seruluh hidup kita. Pada kesempatan ini, bersama-sama kita akan belajar untuk lebih memaknai moto 100% Katolik 100% Indonesia.

Menjadi seorang prajurit TNI tentunya kita harus benar-benar menunjukkan identitas kita sebagai warga negara dan warga Gereja melalui karya keterlibatan dan pelayanan kepada semua orang. Oleh karena itu melalui kesempatan pertemuan terakhir ini kita bersama-sama nantinya akan menonton video, mengahayati semangat Santo Mikael dan Agustinus Adisutjipto serta membangun NKRI dalam terang iman Katolik.

2) Doa Pembukaan (08.05 WIB-08.10 WIB)

Allah Bapa yang Maha Baik dan Maha Kasih, kami bersyukur dan berterimakasih karena pada pagi hari ini kami dapat berkumpul untuk h. Pengembangan Langkah-langkah :

melaksanakan kegiatan sarasehan pertemuan ke tiga ini. Tuhan, kami mohon ampuni segala dosa kami agar kami pantas hidup dalam pernyertaanmu di setiap tugas kami serta kuatkanlah kami dalam kelemahan kami sebagai prajurit TNI AU Katolik. Ya Tuhan, pada kesempatan ini kami hendak belajar bersama untuk mewujudkan cinta kasih sebagai identitas ajaran iman Katolik dalam tugas maupun hidup kami sehari-hari. Kami mohon berkatmu Tuhan untuk seluruh rangakaian kegiatan ini serta semua orang yang terlibat di dalamnya, semoga engkau menerangi kami dengan Roh Kudus-Mu sehingga kami dapat melaksanakan kegiatan kami dengan baik. Semua ini kami mohon dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

3) Menonton Video 100% Katolik 100% Indonesia (08.10 WIB-08.35 WIB) Pendamping mengajak peserta untuk menonton video tentang Mgr.

Soegijapranata dengan slogannya 100% Katolik, 100% Indonesia. Peserta diajak sungguh-sungguh menyimak peristiwa dalam video agar dapat memaknai nilai-nilai iman kristiani yang dapat dipetik.

4) Sharing Pengalaman Umat (08.35 WIB-08.55 WIB)

Peserta dipersilahkan untuk sharing singkat berdasarkan video yang telah ditonton bersama dengan bantuan pertanyaan sebagai berikut :

- Nilai-nilai apa yang Anda dapatkan terkait iman Katolik?

- Bagaimana Anda memaknai 100% Katolik 100% Indonesia dalam hidup sehari?

5) Sharing Pengalaman Pendamping (08.55 WIB-09.00 WIB)

Pendamping memberikan tambahan sharing untuk berbagi kisah kesaksian pengalaman iman. Pendamping juga memberi tanggapan dan meringkas hasil sharing bersama.

6) Peneguhan dari Pendamping

Pendamping memberikan peneguhan singkat atas apa yang telang disharingkan bersama. Peneguhan berisi poin-poin pokok dari kesaksian pengalaman iman bersama yang menjadi sumber semangat dalam panggilan.

7) Materi Menjadi 100% Katolik 100% Indonesia (09.00 WIB-09.30 WIB) - Menghayati semangat Santo Mikael

Spiritualitas Santo Mikael Malaikat Agung sebagaimana dapat di renungkan dari doa Yesus dan semangat rasul Paulus juga dari keterangan yang bisa kita peroleh tentang peran malaikat dalam Kitab Suci serta peran Mikael sendiri kiranya menjadi konkret dalam semboyan Pro Ecclesia at Patria. Malaikat Mikael yang selalu sujud berdoa dan menyembah Allah dan selalu menyertai Yesus Tuhan mewujudkan Kerajaan Allah untuk hidup manusia, menuntun gerak kehidupan beriman seluruhnya agar diresapi dengan kehadiran Allah. Malaikat Mikael selalu menjaga agar yang jahat tidak memisahkan kita kasih Allah dalam Yesus Tuhan. Orang-orang yang percaya akan Yesus Tuhan berkumpul bersama beribadah memuliakan Allah mewujudkan Gereja. Menjadi jelas bahwa realitas Gereja/Paroki adalah perkumpulan beriman yang beribadah untuk memuliakan

Allah. Mengabaikan ibadah untuk memuliakan Allah pastinya menghilangkan realitas Gereja/Paroki. Kita hanya akan menjadi sekumpulan orang pada umumnya yang mungkin hanya berorientasi pada apa yang dipikirkan atau direncanakannya dengan kekuatan akal insaninya. Atau mungkin hanya menjadi sekelompok pelayan sosial yang sibuk dengan proyek sosialnya. Dalam peziarahan rohani inilah Santo Mikael Malaikat pelindung paroki kita menuntun agar kita selalu tetap pada ibadah memuliakan Tuhan bersama Yesus Sang Junjungan kita.

Dalam kebersamaan dengan warga negara lainnya yang juga memuliakan Allah, dalam semangat Santo Mikael kita membangun bangsa yang kita cintai ini.

Mengingatkan kita akan ideologi bangsa kita Pancasila dengan sila pertama yang menegaskan perihal Ketuhanan Yang Mahaesa. Ibadah untuk memuliakan Allah menjadi pilar utama dalam membangun kehidupan bersama untuk bangsa kita.

Semangat Santo Mikael yang menuntun bangsa terhindar dari yang jahat entah atas nama fanatisme, radikalisme atau apa pun yang merusak toleransi ibadah untuk memuliakan Allah. Memuliakan kehadiran Allah dalam kehidupan beriman sebagaimana yang diperjuangkan Santo Mikael membangun bangsa berarti menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, yang meliputi spiritual, psikologis, intelektual, sosial, kultural, ekonomi dan politis. Semua aspek kehidupan ini tercakup dalam 3 nilai Kerajaan Allah yang kita amini dengan iman, harapan, dan kasih. Implementasinya dalam nilai kehidupan menjadi adil, damai, dan sukacita.

Keadilan adalah relasi yang harmonis antara pribadi, sesama, dan alam semesta. Relasi ini mengalir dari relasi dengan Allah Sang Sumber dan Pencipta kehidupan. Relasi menjadi kekuatan utama dalam keadilan, dalam relasi yang harmonis menurut spiritualitas Santo Mikael, yang selalu menyembah Allah berarti orang selalu mencintai, menghormati yang lain baik dalam tutur kata maupun dalam tindak-tanduknya. Spiritualitas Santo Mikael menumbuhkan semangat kepedulian akan keberadaan yang lainnya penuh cinta dan hormat.

Konkret kepedulian adalah menolong mereka yang tersingkir dan tertindas.

Kepedulian inilah yang dikembangkan dalam hidup paroki kita sesuai dengan ARDAS KAS 2011-2015 yang disebut dengan pelayanan Kaum Kecil Lemah Miskin Tersingkir dan Difabel (KLMTD).

Spiritualitas Santo Mikael, yang selalu sujud menyembah Allah menghadirkan suasana surgawi yang kita kenal dengan kedamaian. Kedamaian adalah situasi kehidupan di mana tidak ada lagi penindasan dan penghisapan oleh yang kuat terhadap yang lemah, tidak ada permusuhan maupun peperangan.

Suasana surgawi nyata dalam kehidupan bukan suatu yang jauh dari kehidupan jika beriman hidup dalam semangat Santo Mikael.

Sukacita adalah situasi di mana orang diterima dan dihargai sesuai dengan keunikannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan segala potensinya untuk kemudian disumbangkan demi kesejahteraan bersama. Sukacita yang terbangun dalam spiritualitas Santo Mikael pelindung paroki kita mengarahkan selalu akan kegembiraan surgawi, yakni sujud dan sembah kepada Allah yang tampak dalam Yesus Tuhan penebus dan penyelamat.

- Menghayati Semangat Agustinus Adisutjipto

Jika melihat riwayat hidup dan latar belakang waktu kehidupan Adisutjipto, kita dapat membayangkan bagaimana situasi dan kenyataan yang dihadapi oleh Adisutjipto pada waktu itu. Hal pertama yang kita pikirkan yakni bagaimana mungkin seorang tokoh yang beragama Katolik bisa menjadi sosok sentral dalam perjuangan kemerdekaan saat itu, khususnya di kalangan Tentara Nasional Angkatan Udara. Kita tentunya tahu bahwa penjajah yaang dihadapi bangsa ini merupakan orang–orang Belanda yang juga beragama Kristen. Dengan demikian menjadi jelas bahwa seorang yang beragama Kristen akan dianggap dan dipandang sebagai sosok penjajah atau sekurang–sekurangnya antek penjajah.

Namun kita patut bangga akan seorang Adisutjipto, meskipun beliau adalah seorang Katolik beliau tetap diterima oleh bangsa ini. Tentunya ini tidak lepas dari prinsip yang dipegang oleh beliau yakni berjuang demi bangsa dan Gereja. Prisip ini pulalah yang menjadikan beliau dikenal sebagai sosok yang tenang dan sigap dalam menjalankan tugasnya.

Hal lain pula mengapa beliau diterima dengan tangan terbuka dalam usaha merebut kemerdekaan saat itu yakni adanya visi dan misi yang sama di kalangan anak bangsa, visi dan misi untuk secepatnya memperoleh dan menghirup udara kebebasan. Semangat ini pulalah yang mendorong anak bangsa untuk tidak mempedulikan latar belakang dan status sosial seseorang. Situasi dan kenyataan kelam yang dihadapi saat itu membuat anak bangsa menjadi bangsa yang senasib dan sepenanggungan. Dengan demikian di sana tidak ada lagi diskrimansi dan

pembeda–bedaan kelompok. Seluruh anak bangsa bersatu padu memperjuangkan cita–cita yang sama dan luhur yakni kemerdekaan. Cita–cita inilah yang menjadikan bangsa ini tidak lagi mudah diperalat dan diadu domba oleh bangsa penjajah. Ini tentunya sangat berbeda dengan kenyataan hari–hari ini. Jika mengikuti pemberitaan di media elektronik maupun media cetak kita akan menemukan bagaimana para petinggi bangsa kita menggunakan kekuasaan yang mereka miliki untuk memperjuangkan dan mengusahakan kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok serta golongan. Kepentingan bangsa yang seharusnya mereka prioritaskan dan merupakan sebab mereka dipanggil menjadi kepentingan yang kesekian yang mereka bidik setelah kepentingan pribadi dan golongan terpenuhi.

Di lain pihak, penulis juga berpikir bahwa keKatolikan yang tertanam dalam diri Adisutjipto merupakan salah satu aspek lain yang menjadikan beliau sebagai pribadi yang memiliki rasa tanggung jawab yang besar serta setia pada hal tersebut. Hal ini dibuktikan oleh Adisutjipto dalam pengabdiannya terhadap bangsa ini. Sebagai seorang tentara Adisutjipto sadar betul akan tantangan dan resiko yang akan dihadapinya, apalagi pada saat itu ketika bangsa ini berada dalam situasi genting yang menentukan sejarahnya. Namun itu tidak membuat beliau gentar dan takut. Iman Katolik yang kuat menjadikan beliau sebagai pribadi yang siap menghadapi setiap kenyataan hidup. Iman Katolik yang tertanam dalam diri beliau menjadikannya sosok yang berserah kepada Tuhan. Hal ini juga tetntunya berbeda dengan kenyataan sekarang ini, di mana lebih banyak orang yang mengandalkan kekuatan dan dayanya sendiri. Apa yang menurut mereka

berharga akan mereka perjuangkan dengan sekuat tenaga, meskipun itu mengorbankan sesamanya.

Sebagai anak bangsa yang lahir pada zaman ini seharusnyalah kita menjadikan Adisutjipto sebagai sosok yang patut untuk diteladani. Salah satu pelajaran penting yang dapat kita petik dan jadikan pegangan dalam hidup adalah prinsip hidup beliau yakni menjadi pejuang bagi bangsa dan Gereja. Prinsip ini sangat penting jika menilik kenyataan yang sedang kita hadapi saat ini, di mana kita hidup sebagai minoritas di tengah mayoritas. Kenyataan ini tentunya menuntut profesionalitas dari kita yakni profesinalitas dalam tugas dan keyakinan (iman). Dalam hal ini kiranya Adisutjipto menjadi acuan yang tepat bagi kita dalam mengusahakan profesionalitas sejati, hingga kelak akhirnya kita dapat menjadi seorang professional sejati yang dapat membedakan mana kepentingan bangsa dan mana kepentingan Gereja.

- Materi Membangun NKRI dalam terang Iman Katolik

Untuk mewujudkan semboyan dari Mgr Albertus Soegijapranata SJ yang berbunyi 100% Katolik 100% Indonesia kita bersama-sama harus memperjuangkan iman Katolik dengan Indonesia agar menjadi kesatuan. Melalui bukunya Kardinal Yulius memberikan penjabaran bagaimana membangun NKRI serta mengamalkan Pancasila dalam terang iman Katolik. Melalui bukunya kita bersama-sama akan memaknai panggilan hidup kita agar kita semua dapat semakin mewujudkan kesejahtraan umum (bonum commune).

Keterlibatan penuh kaum awam dapat kita pelajari bersama pada halaman 81. Kaum awam secara khas memiliki tugas kewajiban dalam kegiatan keduaniaan. Dalam terang Injil dan iman, kaum awam bahkan wajib terlibat secara penuh dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik (GS 43). Kaum awam dalam hidupnya dapat menghayati semua keterlibatan keduniaan dalam terang iman Katolik yang merupakan kewajiban istimewa bagi mereka (AA 7). Dalam LG 31 juga dijelaskan bahwa kaum awam memiliki ciri khas yang istimewa yaitu dipanggil untuk hidup di dunia sebagai terang dan ragi, mereka harus dan wajib menyucikan dunia dari dalam. Dalam bukunya Yulius Kardinal (2019; 87) mengatakan “umat Katolik yang menghayatai hidup berbangsa dan bernegara dengan dasar Pancasila berarti: “Dalam Terang Iman Katolik Menggapai Damai Sejahtera Dunia Akhirat dengan Pancasila”.

Menghidupi Pancasila merupakan tindakan iman yang nyata dalam karya mewujudkan kesejahteraan bersama (bonum commune). Pancasila dapat dikatakan implementasi dari iman karena melalui pancasila kita bersama mewujudkan kesejahteraan dalam bentuk gotong royong kekeluargaan yang dinamis sehingga terwujudnya cinta kasih. Ajaran hukum kasih inilah (Mat. 22: 37-39) yang menjadi dasar untuk mewujudkan terciptanya kedamainya bersama.

8) Tanya jawab (09.30 WIB-09.45 WIB)

Peserta dipersilakan bertanya dan memberikan tanggapan perihal materi yang diberikan.

9) Pertanyaan Evaluasi

Pendamping memberikan pertanyaan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan dapat berjalan sesuai tujuan. Pada pertanyaan evaluasi juga pendambing mencari tahu sejauh mana pemahaman dari keseluruhan hal yang dibahas telah didapat oleh peserta, apakah sesuai tujuan pelaksaan atau belum.

10) Penegasan Singkat (09.45 WIB-09.55 WIB)

Pendamping memberikan penegasan singkat dan kesimpulan singkat akan keseluruhan proses sarasehan.

11) Doa Penutup (09.55 WIB-10.00 WIB)

Tuhan Allah kami, kami bersyukur atas segala rahmat yang kau anugerahkan kepada kami dalam kegiatan sarasehan yang telah terlaksana untuk beberapa hari ini. Kami juga bersyukur atas semangat kehadiran yang engkau tumbuhkan sehingga kami dapat berkumpul bersama untuk mengembangkan iman panggilan kami dalam tugas. Oleh karena itu kami mohon kepada-Mu Tuhan, agar Engkau senantiasa menyertai kami dalam setiap tugas dan perutusan selalu mengutaman iman kami akan Engkau.

(Pendamping mengajak peserta mendoakan doa dalam kesatuan TNI AU bersama-sama dengan buku Doa Katolik TNI – POLRI)

Marilah kita bersama-sama mendoakan doa kesatuan Tentara Angkatan Udara.

Marilah kita bersama-sama mendoakan doa kesatuan Tentara Angkatan Udara.

Dokumen terkait