• Tidak ada hasil yang ditemukan

S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO KARTUN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

DAN BUDI PEKERTI KELAS III SD MATERI SAKRAMEN BAPTIS DI SD KANISIUS KOTABARU

YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

Oleh:

ANASTASYA SIMAMORA 161124027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada

Kosmas Simamora dan Rusmani Rosa Lumban Gaol.

(3)

v MOTTO

“Hendaklah semua putra-putri Gereja serentak dan secara sukarela mengusahakan agar upaya-upaya komunikasi sosial dengan cekatan dan seintensif mungkin dimanfaatkan secara efektif dalam aneka macam karya kerasulan, menanggapi

tuntutan situasi setempat dan sesama.”

(Inter Mirifica 13)

(4)

viii Abstrak

Skripsi ini ditulis berdasarkan pengamatan penulis terhadap situasi pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti generasi Alpha dengan perkembangan teknologi digital yang menuntut guru untuk menjadi imigran teknologi digital. Penulis berharap dengan penulisan skripsi ini dapat membantu guru menjadi imigran teknologi digital dengan memberikan alternatif media video kartun pembelajaran PAK & BP. Terdapat dua persoalan pokok dalam skripsi ini yang membantu penulis dalam penelitian dan menemukan hasil dari persoalan yang sudah ditentukan oleh penulis, sebagai berikut. Bagaimana pengembangan media video dalam pembelajaran PAK & BP kelas III SD materi Sakramen Baptis di SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta? Bagaimana kelayakan media video dalam pembelajaran PAK & BP kelas III SD materi Sakramen Baptis di SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta? Skripsi ini berjudul “PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO KARTUN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS III MATERI SAKRAMEN BAPTIS DI SD KANISIUS KOTABARU YOGYAKARTA.” Penulisan Skripsi ini menggunakan Research and development (penelitian dan pengembangan).

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kuesioner dan wawancara.

Subjek yang menjadi partisipan dalam penelitian ini yaitu beberapa ahli media dan materi serta dua peserta didik generasi Alpha. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan media video kartun untuk kelas III SD berdasarkan validasi ahli media sudah BAIK dengan nilai 3,93. Validasi ahli materi menyatakan sudah BAIK dengan nilai 3,9. Berdasarkan uji coba produk pada peserta didik generasi Alpha menyatakan bahwa media video kartun yang dikembangkan sudah baik karena menyajikan materi terasa menarik dengan adanya animasi yang interaktif dan dapat membantu peserta didik dengan mudah memahami materi Sakramen Baptis . Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini belum sepenuhnya sempurna dan masih perlu dilakukan uji coba lebih lanjut.

Kata-kata kunci: Media Pembelajaran, Generasi Alpha, Pendidikan Agama Katolik.

(5)

ix ABSTRACT

This undergraduate thesis is written based on the author's observations on Catholic Religious and Character Education of Alpha generation towards digital technology development, which requires teacher to become digital technology immigrants. Therefore, this undergraduate thesis may help teachers to become digital teknologi imigrant by providing cartoon videos as an alternative media of learning Catholic Religious and Character Education. There are two main problems in this undergaduate thesis. First, How is the video media development in Catholic Religious and Character Education learning for elementary school grade III Baptist Sacrament material at Kanisius Kotabaru Yogyakarta Elementary School? Second, how is the appropriateness of video media in Catholic Religious and Character Education learning for elementary school grade III Baptist Sacrament material at Kanisius Kotabaru Yogyakarta Elementary School? This undergraduate thesis entitled "CARTOON VIDEO MEDIA DEVELOPMENT IN CATHOLIC RELIGIOUS AND CHARACTER EDUCATION LEARNING FOR ELEMENTARY SCHOOL GRADE III BAPTIST SACRAMENT MATERIAL AT KANISIUS KOTABARU YOGYAKARTA ELEMENTARY SCHOOL." This undergraduate thesis was using research and development. Questionnaires and interviews conducted the research. The subjects who participated in this research were several media and material experts and Alpha generation students. The results indicate that the cartoon video media development for elementary school grade III based on media expert validation is GOOD with a value of 3,93. Material expert validation is GOOD with a value of 3,9. Product trials on Alpha generation students stated that the cartoon media video developed was good because it presented material that felt interesting with interactive animations and could help students easily understand the Baptist Sacrament material. The research conducted in this thesis still has some flaws and needs to be tested further.

Keywords: Learning Media, Alpha Generation, Catholic Religious Education.

(6)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian... 8

G. Definisi Operasional ... 9

(7)

xiv

H. Spesifikasi Produk ... 9

BAB II. KAJIAN TEORI ... 10

A. Kajian Pustaka... 11

1. Media Pembelajaran ... 11

2. Video/Audiovisual ... 12

3. Kartun ... 13

4. Media Pendidikan Agama Katolik ... 13

5. Pendidikan Agama Katolik ... 16

6. Sakramen Baptis ... 20

7. Generasi Alpha ... 26

B. Penelitian yang Relevan ... 30

C. Kerangka Teoritis ... 31

D. Kajian Terkait ... 32

BAB III. METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Prosedur Penelitian ... 35

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

D. Populasi dan Sampel penelitian ... 38

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 38

F. Instrumen Penelitian ... 39

G. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Analisis Peserta Didik ... 46

(8)

xv

B. Desain Produk ... 47

1. Desain Video Pembelajaran ... 47

2. Desain Perangkat Pembelajaran ... 52

3. Data Validasi Ahli ... 57

4. Uji Coba Produk ... 63

5. Revisi ... 66

C. Pembahasan ... 71

BAB V. PENUTUP ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Keterbatasan Penelitian ... 76

C. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN ... 81

Lampiran Kuesioner Ahli Media ... (1)

Lampiran Kuesioner Ahli Materi ... (5)

(9)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Kisi-kisi Instrumen Analisis Peserta Didik 40 Tabel 2: Pertanyaan Analisis Peserta Didik 40 Tabel 3: Instrumen penilaian Media oleh Ahli Media 41 Tabel 4: Instrumen Penilaian Materi oleh Ahli Materi 42 Tabel 5: Instrumen Penilaian Media oleh Peserta didik 43 Tabel 6: Panduan Waweancara Peserta Didik dalam Menilai media

Video pembelajaran 53

Tabel 7: Rencana Pelaksanaan pembelajaran 53

Tabel 8: Narasumber Validasi 57

Tabel 9: Kategori Penilaian media Video pembelajaran 57 Tabel 10: Hasil Perhitungan Narasumber Ahli Media 58

Tabel 11: Komentar dan Saran Ahli Media 59

Tabel 12: Hasil Perhitungan Narasumber Ahli Materi 61

Tabel 13: Komentar dan Saran Ahli Mater 63

Tabel 14: Perbaiakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 67

(10)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Langkah-langkah R&D 35

Gambar 2: Prosedur Penelitian 37

Gambar 3: Sketsa Video Yang Akan Dihasilkan 48 Gambar 4: Desain Video Bagian Salam Pembuka 49 Gambar 5: Desain Video Bagian Kelahiran Yesus 49 Gambar 6: Desain Video Bagian Yesus datang Ke Sungai Yordan 50 Gambar 7: Desain Video Bagian Yohanes Pembaptis 50 Gambar 8: Desain Video Bagian Yesus dan Yohanes Pembaptis 50 Gambar 9: Desain Video Yesus Dibaptis Yohanes 51 Gambar 10: Desain Video Merpati Turun di Atas Yesus 51 Gambar 11: Desain Vidieo Bagian Adik Budi Dibaptis 51 Gambar 12: Desain Video Bagian Ayu Menyanyi Lagu Penutup 51 Gambar 13: Revisi Desain Bagian Ayu Menyayi Lagu Penutup 71

(11)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Dokumen Gereja

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese

masa kini, 16 Oktober 1979.

CV : Christus Vivit, Seruan Apostolik Pascasinode Paus Farnsiskus, 25 Maret 2019

EG : Evangelii Gaudium, Anjuran Apostolik Paus Fransiskus tentang Suka Cita Injili, 24 November 2013.

EN : Evangelii Nuntiandi, Imbauan Apostolik Bapa Suci Paulus VI tentang Karya Pewartaan Injil dalam Zaman Modern, 8 Desember 1975.

IM : Inter Mirifica, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Upaya-upaya Komunikasi Sosial, 4 Desember 1963.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Juris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II pada 25 Januari 1983.

SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, 4 Desember 1963

B. Singkatan-singkatan lainnya

COVID 19 : Coronavirus Disease 2019

Kemendikbud : Kementrian Pendidikan dan Budaya Komkat : Komisi Kateketik

KWI : Konfrensi Waligereja Indonesia

(12)

xix KAS : Keuskupan Agung Semarang

PAK & BP : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

PLP KP/PP : Pengenalan Lapangan Persekolahan Pengelolaan Pembelajaran PLP LS : Pengenalan Lapangan Persekolahan Lingkungan Sekolah

PLP RP : Pengenalan Lapangan Persekolahan Rencana Pembelajaran R&D : Research and Development

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di kelas khususnya materi Sakramen Baptis, perlu memperhatikan pembelajaran yang Interaktif dengan menggunakan media yang menarik untuk anak-anak.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis pada 02 April 2020, pukul 18.00 WIB dengan peserta didik di rumah mereka masing-masing, diperoleh informasi dari siswa yang bernama Dendra yang merupakan salah satu siswa kelas III SD Kanisius Kotabaru. Ia mengatakan bahwa ia merasa kesulitan mata pembelajaran PAK & BP materi Sakramen Baptis karena pembelajaran hanya menggunakan media buku paket sehingga ia tidak memahami dengan sungguh materi seperti kisah pembaptisan Yesus, langkah-langkah, simbol-simbol, makna pembaptisan dan tidak diberikan contoh (9 tahun).

Tidak hanya itu, Enjang yang juga merupakan salah satu siswi kelas III SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta, mengatakan bahwa ia merasa kesulitan dalam memahami arti dan simbol-simbol Sakramen Baptis. Ia juga mengatakan ketika pembelajaran Sakramen Baptis guru menyajikan media video pembelajaran namun yang ditayangkan adalah video Sakramen Baptis dewasa, sehingga ia kurang memahami makna Baptis bayi (9 tahun). Melalui pernyataan Enjang, dapat dikatakan bahwa Peserta didik membutuhkan media yang dapat sesuai dengan usia peserta didik yaitu media yang memuat konten anak-anak. Jika peserta didik

(14)

adalah anak-anak maka media yang disajikan adalah media yang memuat konten anak-anak.

Berdasarkan pengalaman penulis saat PLP LS (Pengenalan lapangan persekolahan lingkungan sekolah), PLP RP (rencana pembelajaran) dan PLP KP/PP (pengelolaan pembelajaran) media pembelajaran yang digunakan saat proses pembelajaran khususnya mata pelajaran PAK & PB belum mengikuti perkembangan teknologi. Pembelajaran masih menggunakan media baca Kitab Suci dan buku paket. Hal ini tentunya menuntut guru untuk memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran, supaya pembelajaran yang dilakukan dapat berlangsung sesuai dengan perkembangan teknologi.

Peserta didik kelas III tahun 2020 adalah anak yang lahir pada masa transisi generasi Z dengan generasi Alpha. Mereka adalah anak-anak yang memiliki karakter mirip namun karakter generasi Alpha lebih kuat dari generasi Z.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh The Haris Poll yaitu sebuah perusahaan riset pasar global di New York yang dilakukan pada Agustus 2018 Berjudul Beyond Millennials: The Next Generation Of Learners, memaparkan sebuah penelitian pada responden berusia 14- 40 tahun yang dibagi menjadi kategori generasi Z (orang-orang kelahiran 1996-2010) dan generasi milenial (orang-orang kelahiran 1981-1995). Hasil penelitian yang dilakukan untuk menghabiskan waktu dengan menonton video online persentasenya adalah generasi Z 43%

sedangkan milenial 27%. Kemudian jumlah pengunjung situs berbagi video persentasenya adalah generasi Z 66% sedangkan generasi milenial 55%.

Penelitian ini dilanjutkan dengan penggunaan media pembelajaran yang disukai

(15)

seperti penggunaan YouTube persentase ditunjukan bahwa generasi Z 59%

sedangkan generasi milenial 55%. Hal ini berbanding jauh dengan belajar menggunakan buku cetak dengan persentase generasi Z 47% sedangkan milenial 60%.

Perkembangan teknologi digital yang pesat di zaman ini menjadi tantangan baru bagi guru dalam mendesain pembelajaran di kelas, khususnya pada pembelajaran PAK & BP. Hal ini dikarenakan tumbuh kembang karakter peserta didik era generasi Alpha dipengaruhi oleh perkembangan media teknologi digital.

Guru dituntut untuk ikut mengembangkan media pembelajaran di kelas yang relevan dengan konteks zaman baru dan karakter pembelajar Alpha. Dalam penelitian ini, penulis memilih materi Sakramen Baptis kelas III. Materi Sakramen Baptis merupakan materi yang perlu dipahami dan dikuasi oleh umat Katolik, karena Sakramen Baptis adalah Sakramen yang pertama sekaligus pintu gerbang untuk sakramen-sakramen yang lainya.

Dalam bidang pendidikan, teknologi digital dimanfaatkan sebagai media pembelajaran contohnya seperti presentasi, penayangan film, pemutaran lagu, pengumpulan tugas melalui akses internet, penayangan gambar dan masih banyak yang lain. Maulidya (2020:73) menjelaskan bahwa tdigital adalah alat yang memiliki kemampuan bekerja secara canggi, tidak sepenuhnya menggunakan tenaga manusia atau manual. Menurut Hujair Sanaky (2013:3) media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara peserta didik dengan guru. Melalui media pembelajaran diharapkan pesan atau

(16)

pembelajaran yang disalurkan kepada peserta didik dapat tersampaikan dengan tepat dan efektif. Perkembangan teknologi dan kecanggihan teknologi dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran, pengembangan pembelajaran, penerapan dan penilaian sistem-sistem (Sukiman, 2012:1).

Media dalam bidang pendidikan digunakan sebagai alat bantu untuk menyampaikan pesan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa (Harsja, 2014:6,7). Pembelajaran memiliki tujuan yaitu perilaku yang hendak dicapai oleh peserta didik dalam kondisi dan kompetensi tertentu (Sanjaya, 2015:125).

Berdasarkan penjelasan tersebut media dapat menjadi alat pendukung proses pembelajaran dalam mengolah ilmu dan pengetahuan agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Penggunaan media teknologi digital dalam pelaksanaan evangelisasi didukung oleh Gereja. Konsili Vatikan II menjelaskan bahwa Gereja memiliki kewajiban dalam memanfaatkan media sebagai alat untuk mewartakan Keselamatan dan pengajaran. Gereja dapat memanfaatkan segala jenis media sejauh diperlukan dan dapat berguna dalam pelaksanaan pendidikan Kristen (IM 3). Kemudian, dijelaskan dalam dokumen Evangelii Nuntiandi yaitu “Bila media massa digunakan sebagai alat untuk melayani Injil, maka alat-alat tadi dapat memperluas dimana sabda Allah dapat didengar hampir tanpa batas” (EN 45).

PAK adalah bagian dari metode evangelisasi dalam bentuk katekese secara formal di lembaga pendidikan. Evangelisasi memiliki arti yang luas namun inti dari arti evangelisasi adalah pewartaan Injil. Dalam Evangelii Gaudium

(17)

dijelaskan, “Evangelisasi berarti mewartakan Kristus kepada mereka yang belum mengenal-Nya, berkhotbah memberikan katekese, memberikan Baptis dan sakramen-sakramen lain” (EG 17). Kemudian, dijelaskan kembali bahwa

“Penginjilan (evangelisasi) berarti membawa Kabar Baik kepada segala tingkat kemanusiaan, dan melalui pengaruh Injil umat manusia dari dalam dan membuatnya menjadi baru” (EG 18). Umat manusia dapat menuju pembaharuannya melalui pembaptisan. Dalam Evangelii Gaudium dikatakan

“Berkat pembaptisan mereka, semua umat Allah terlah menjadi murid-murid yang diutus” (EG 120).

Orang-orang yang sudah dibaptis adalah mereka yang dalam kuasa Roh kudus terdorong untuk melaksanakan evangelisasi. Namun, Saat ini banyak orang-orang yang sudah dibaptis tidak menjalani tugas baptisnya. Dalam dokumen Evangelii Nuntiandi dikatakan “Pada zaman sekarang ini sangat besar jumlah orang-orang yang telah dibaptis, yang kebanyakan tidak secara formal menolak Baptis mereka, tapi bersikap acuh tak acuh terhadap baptisnya dan hidup tidak selaras dengan Baptis yang diterima” (EN 52). Dengan demikian dapat dikatakan mereka melupakan perannya sebagai pelaku evangelisasi yang mewartakan Injil. Mereka yang secara tidak langsung menolak baptisannya perlu diberi perhatian khusus dan pemahaman Baptis yang lebih mendalam agar mereka tidak lupa akan perannya. Perhatian khusus mulai dapat diberikan pada anak-anak yang sudah sekolah dasar agar mereka sejak dini memahami perannya sebagai orang yang sudah dibaptis dan dapat bertanggung jawab pada baptisan yang

(18)

diterimanya sejak bayi, sehingga ketika tumbuh dewasa iman mereka tidak goyah dan dapat menerima baptisannya secara utuh.

PAK adalah hak yang perlu dimiliki oleh umat beriman dan Para Gembala jiwa-jiwa berkewajiban untuk mengusahakan umat beriman menerima PAK agar dapat mencapai kedewasaan iman sehingga mampu mendalami misteri keselamatan yang diterima dari Baptis (GE 2). Dalam mempertahankan pendidikan iman ada lembaga-lembaga yang mendukung proses berjalannya pendidikan yaitu sekolah. Evangelii Gaudium menjelaskan bahwa sekolah- sekolah Katolik terus berusaha untuk mempertahankan pendidikan iman dengan menggabungkan karya pendidikan dan pewartaan Injil (EG 134). Hal ini dikarenakan sekolah adalah tempat yang tepat untuk melakukan pendekatan dengan anak-anak dan orang muda. Sekolah Katolik perlu suatu autokritik yang mendesak agar dapat membangkitkan pengalaman iman yang dapat bertahan (CV 221).

Berdasarkan pemaparan tersebut penulis merasa perlu melakukan penelitian dan pengembangan media video kartun dalam pembelajaran PAK & BP kelas III SD materi Sakramen Baptis agar dapat menjadi solusi alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Oleh karena itu, penulis akan memberi judul penelitian “PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO KARTUN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS III SD MATERI SAKRAMEN BAPTIS DI SD KANISIUS KOTABARU YOGYAKARTA”

(19)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kemunculan generasi Alpha merupakan tantangan dalam pelaksanaan evangelisasi.

2. Media teknologi digital dalam pembelajaran belum sepenuhnya digunakan pada mata pelajaran PAK & BP kelas III SD, khususnya materi Sakramen Baptis.

3. Banyak orang sudah dibaptis kurang terlibat dalam tugasnya di Gereja untuk sebagai pelaku evangelisasi.

4. Dibutuhkan pengembangan media teknologi digital pembelajaran sebagai alternatif solusi pembelajaran yang menyesuaikan perkembangan teknologi.

5. Perkembangan media digital menjadi tantangan untuk melakukan evangelisasi.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah pada pengembangan media video kartun dalam pembelajaran PAK & BP kelas III SD materi Sakramen Baptis di SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

(20)

1. Bagaimana pengembangan media video dalam pembelajaran PAK & BP kelas III SD materi Sakramen Baptis di SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta?

2. Bagaimana kelayakan media video dalam pembelajaran PAK & BP kelas III SD materi Sakramen Baptis di SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

1. Mengembangkan media video dalam pembelajaran PAK & BP kelas III SD materi Sakramen Baptis di SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta.

2. Mengetahui kelayakan media video dalam pembelajaran PAK & BP kelas III SD materi Sakramen Baptis di SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta.

F. Manfaat penelitian 1. Bagi guru

Sebagai alternatif solusi pembelajaran yang relevan dengan perkembangan teknologi digital, serta sebagai referensi dalam menggunakan media pembelajaran PAK & BP.

2. Bagi peserta didik

Membantu meningkatkan minat belajar peserta didik dalam proses pembelajaran melalui penggunaan media video kartun pada mata pelajaran PAK

& BP yang relevan dengan zaman dan generasi.

3. Bagi Mahasiswa Pendikkat.

Sebagai referensi mahasiswa Pendikkat untuk mengembangkan media pembelajaran PAK & BP yang tanggap zaman dan generasi.

(21)

G. Definisi Operasional

1. Pembelajaran adalah proses yang membantu peserta didik yang dilakukan oleh pendidik untuk mengolah ilmu dan pengetahuan agar dapat membentuk sikap dan kepercayaan diri peserta didik.

2. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara peserta didik dengan guru.

3. PAK merupakan proses pendidikan dalam iman yang diselenggarakan oleh sekolah untuk membantu naradidik agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus Kristus sehingga nilai-nilai kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah- tengah hidup mereka.

H. Spesifikasi Produk

Spesifik produk yang akan dihasilkan penulis dalam penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Video pembelajaran dengan tema Sakramen Baptis. Isi video yaitu kisah pembaptisan Yesus dan makna Sakramen Baptis.

2. Video pembelajaran tidak hanya menjelaskan materi pembelajaran melainkan melibatkan peserta didik untuk berinteraksi dengan kreasi-kreasi yang disajikan dalam materi.

3. Video pembelajaran akan dikembangkan dengan bentuk ilustrasi animasi kartun yang nantinya mendalami tema Sakramen Baptis. Video dikembangkan dengan menggunakan perangkat lunak FlipaClip.

(22)

BAB II

KERANGKA TEORITIS DAN KAJIAN TERKAIT

Pada Bab I, penulis telah membahas latar belakang yang menjelaskan perkembangan teknologi digital yang mempengaruhi sistem pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (PAK & BP) di kelas untuk generasi Alpha. Namun, pengaruh perkembangan teknologi digital belum direalisasikan secara relevan dalam pembelajaran PAK & BP pada materi Sakramen Baptis.

Penulis melakukan penelitian dan pengembangan media pembelajaran video kartun untuk alternatif pembelajaran generasi Alpha di kelas. Penulis juga memaparkan identifikasi masalah dari perkembangan teknologi digital dan realitas pembelajaran generasi Alpha saat ini.

Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah pada pengembangan media video kartun dalam pembelajaran Pendidikan PAK & BP kelas III Materi Sakramen Baptis di SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta. Penulis merumuskan masalah sebagai berikut. Bagaimana pengembangan dan keberhasilan media video kartun? Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan dan melihat keberhasilan media video kartun dalam pembelajaran. Penulis juga menjabarkan definisi operasional dan spesifik produk. Pada bab ini, penulis akan membahas kerangka teoritis dan kajian terkait yang berasal dari berbagai sumber pustaka dan penelitian yang relevan berkaitan dengan penelitian ini.

(23)

A. Kajian Pustaka 1. Media Pembelajaran a. Definisi Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa Latin yaitu medium yang berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima. Media dalam bidang pendidikan merupakan alat bantu untuk menyampaikan pesan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa (Harsja, 2014:6-7). Media memuat informasi dan pengetahuan, yang dapat digunakan dengan tujuan menjadikan proses pembelajaran lebih efektif dan efisien. Media berperan dalam menjembatani proses penyampaian dan pengiriman pesan dan informasi yang dapat membantu pembelajaran berlangsung secara efektif dan efesien (Beny, 2019:13-14).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Harsja dan Beny, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat dan segala sesuatu yang dapat membantu proses pembelajaran untuk menyalurkan pesan dan makna agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efesien. Dengan demikian media sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki fungsi penting dalam proses pembelajaran.

Hujair (2013:7) menegaskan bahwa media pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran dengan:

1) menghadirkan objek sebenarnya dan objek yang langka, 2) membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya,

(24)

3) membuat konsep abstrak ke konsep konkret, 4) memberi kesamaan persepsi,

5) mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak, 6) menyajikan ulang informasi secara konsisten,

7) memberi suasana belajar yang menyenangkan, tidak tertekan, santai, dan menarik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran,

c. Tujuan Media Pembelajaran

Tujuan media bagi proses pembelajaran adalah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan, mendukung aktivitas pembelajaran, dan sarana populasi dan motivasi (Benny, 2019: 22). Hujair (2013:5) juga mengemukakan pendapat tentang tujuan media pembelajaran yaitu sebagai alat bantu pembelajaran untuk

1) mempermudah proses pembelajaran di kelas, 2) meningkatkan efisiensi proses pembelajaran,

3) menjaga relevansi antara materi pelajaran pelajaran dengan tujuan belajar, dan 4) membantu konsentrasi pembelajaran dalam proses pembelajaran.

2. Video/Audiovisual

Video adalah teknologi penangkapan, perekam, pengolah, pemindah perekonstruksian urutan gambar diam dengan menyajikan adegan-adegan dalam gerak secara elektronik. Video terbentuk dari beberapa potong gambar yang disebut frames. Video menghasilkan ilusi gambar bergerak yang disinkronkan dengan audio (Janner Simarmata, 2020:72). Pengertian video dijelaskan oleh

(25)

Tonni Limbong dkk (2020:3) yang mengemukakan bahwa video adalah media yang dapat menunjukkan benda nyata. Video merupakan media digital yang dapat menyajikan bentuk susunan atau urutan gambar-gambar dan memberikan ilusi, gambaran secara fantasi dalam bentuk gambar bergerak. Video merupakan media yang dinamik dan efektif dalam menyampaikan suatu informasi.

3. Kartun

Kartun merupakan grafis yang digunakan sebagai sebagai media dalam berkomunikasi. Kartun adalah gambar yang bentuknya dibuat sederhana, umumnya menonjolkan kelucuan dan memberikan penekanan terhadap pesan- pesan tertentu (Genjir, 2017:38). Penjelasan kartun juga dikemukakan oleh Ary Vrhaz (2011:11). Kartun merupakan seni keterampilan terapan yang dapat dipelajari secara otodidak. Dalam membuat kartun, seseorang perlu memiliki kemampuan mengolah imajinasi dan interpretasi. Kartun merupakan salah satu jenis seni rupa yang menghibur dan alat untuk menyampaikan pesan atau gagasan.

4. Media Pendidikan Agama Katolik

Penggunaan media sebagai alat bantu pewartaan sudah menjadi kewajiban bagi Gereja. Telah dijelaskan dalam Konsili Vatikan II yakni, dalam melakukan pewartaan Injil Gereja dapat memanfaatkan media komunikasi sosial dengan menyiarkan Warta Keselamatan dan pengajaran iman. Umat manusia perlu menggunakan media dengan tepat. Pada hakikatnya, Gereja berhak

(26)

menggunakan dan memiliki segala jenis media yang dapat digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan iman demi keselamatan manusia (IM 3).

Selain IM, Catechesi Tradendae juga menjelaskan penggunaan media komunikasi sebagai sarana katekese. Media komunikasi sudah digunakan sejak zaman para Rasul dengan melakukan pengajaran menggunakan media surat-surat yang beredar di Gereja-gereja. Pada zaman modern sekarang ini, media komunikasi seperti televisi, radio, media cetak, dan media audiovisual merupakan sarana yang dekat dan memiliki pengaruh dalam kehidupan iman. Gereja melihat media komunikasi sebagai peluang yang dapat digunakan sebagai sarana katekese (46).

Media merupakan sarana yang digunakan dalam pewartaan. Evangelii Nuntiandi menjelaskan bahwa media merupakan alat-alat yang digunakan untuk melayani Injil karena media dapat memperluas jangkauan penyebaran Injil. Oleh karena itu, Gereja perlu memanfaatkan media sebagai sarana yang dapat memberitakan pesan Injil kepada banyak orang. Gereja akan merasa bersalah di hadirat Tuhan apabila mengabaikan sarana-sarana yang ampuh untuk mewartakan Injil (45).

Media adalah alat yang digunakan untuk menyebarkan informasi dengan mengungkapkan perasaan dan mentalitas manusia modern. Gereja memanfaatkan media sebagai alat yang membantu orang Kristiani untuk merefleksikan prinsip- prinsip dasar iman dan penerapan dalam berbagai situasi hidup (Communio Et Progressio, 129). Dalam Surat Apostolik Paus Yohanes II tentang Perkembangan Cepat dijelaskan tentang pemanfaatan lainnya yang dilakukan Gereja terhadap

(27)

media yaitu sebagai alat evangelisasi, katekese, dan pembinaan, serta sebagai bentuk tanggapan manusia terhadap perintah Allah, yaitu “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” Dengan memanfaatkan media dalam pewartaan, diharapkan Injil dapat diresapi oleh masyarakat, dengan mendorong orang-orang mendengarkan dan menerima pesan Injil (7-8).

PAK adalah metode katekese secara formal di lembaga pendidikan.

Katekese sebagai sarana evangelisasi memiliki tujuan untuk mewartakan Kerajaan Allah dalam bentuk pengajaran iman. Pada zaman dahulu, Yesus, dalam mewartakan Kerajaan Allah, menggunakan media perumpamaan dan kejadian di sekitar. Sementara itu, pada zaman modern saat ini, ada banyak aneka media yang dapat digunakan untuk mewartakan Kerajaan Allah. Media adalah sarana untuk membantu berjalannya proses evangelisasi karena media memuat informasi dan pendidikan yang dapat berfungsi sebagai wadah memperoleh bimbingan dan inspirasi. Dalam Gereja, media memiliki tugas seperti nabi yaitu mewartakan Kerajaan Allah (Iswarahadi, 2010:28, 98, 105, 155).

Dalam melaksanakan katekese, katekis perlu menggunakan media digital karena hal tersebut merupakan usahanya untuk melakukan peleburan antara pengguna media komunikasi itu dengan prinsip-prinsip pendidikan iman. Media dalam pewartaan dapat dimanfaatkan sebagai kepentingan multi fungsi mulai dari visualisasi, membantu narasi, pengantar, peneguh, sumber kedalaman dan sebagai hiburan (Komkat KWI, 2014: 66).

(28)

5. Pendidikan Agama Katolik

Katekese merupakan kegiatan pastoral dan misioner Gereja secara keseluruhan. Katekese adalah pembinaan iman anak-anak, orang muda, dan orang dewasa yang mencakup penyampaian ajaran Kristen. Katekese diberikan secara organis dan sistematis dengan tujuan mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristiani. Tujuan katekese adalah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari dapat berkembang menuju kepenuhan serta semakin memantapkan hidup Kristen umat beriman.

Katekese penting untuk memperhatikan dampak/pengaruh kaum muda dalam kehidupan sosial. Sekolah yang menjadi tempat memperdalam pendidikan dan pengetahuan, diwajibkan untuk memfasilitasi pendidikan iman agar mentalitas kaum muda tidak terpengaruh oleh dampak yang tidak baik. Melalui pendidikan iman kaum muda dapat memperdalam Kitab Suci yang akan meresapi mentalitas kaum muda, kemudian kaum muda dapat belajar penyelarasan kebudayaan yang akan dicapai dalam terang iman. Maka, usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk mencapainya ialah pembinaan, penanaman, pemantapan dan pengikraran serta pengalaman iman mereka sendiri (CT 18, 20, 69)

Katekese merupakan sarana evangelisasi, sebagaimana dijelaskan juga dalam Evangelii Gaudium yang mengatakan “Evangelisasi berarti mewartakan Kristus kepada mereka yang belum mengenal-Nya, berkhotbah memberikan katekese, memberikan Baptis dan sakramen-sakramen lain”. Katekese perlu diselenggarakan di sekolah karena merupakan salah satu bentuk pendampingan iman pada anak-anak yang masih menempuh pendidikan. Katekese atau

(29)

pendidikan iman merupakan hak semua manusia beragama. Oleh karena itu, sekolah memfasilitasi pendidikan iman bagi peserta didik. Pendidikan iman di sekolah bertujuan untuk pembinaan rohani, memperdalam iman dan memperdalam religius. Selain sekolah, kaum muda hidup sehari-hari di tengah masyarakat. Dalam kehidupan mereka, banyak unsur yang dapat mempengaruhi mentalitas kaum muda seperti rekreasi, latar belakang sosial, dan lingkungan (17- 18).

Hakikat PAK juga dijelaskan dalam Kemendikbud yang mengemukakan bahwa hakikat PAK adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa. PAK di sekolah merupakan usaha yang dilakukan untuk memampukan peserta didik berinteraksi, memahami, menggumuli dan menghayati iman (2018:2).

Dapiyanta menjelaskan tentang pengajaran PAK, dengan mengatakan bahwa:

“Pengajaran agama di setiap sekolah adalah tepat, sebab tujuan dari sekolah ialah membentuk manusia dalam segala dimensinya yang pokok dan dimensi keagamaan merupakan bagian integral dari pembentukan itu.

pendidikan agama sebenarnya merupakan hak sekurang-kurangnya kewajiban yang sama dari siswa dan orang tua. Juga sekurang-kurangnya dalam Agama Katolik, menjadi sarana sangat penting untuk mencapai sintese yang memadai antara iman dan kebudayaan, yang seringkali dinyatakan secara tegas. Maka pengajaran agama Katolik, yang berbeda dari dan sekaligus melengkapi yang disebut dengan tepat katekese, harus merupakan bagian dari kurikulum setiap sekolah (Dapiyanta dalam Sumarno, 1995:72).

(30)

Heryatno juga menjelaskan bahwa hakikat PAK adalah pendidikan yang bervisi spiritual. Heryatno mengatakan “bervisi Spiritual artinya PAK secara terus menerus berusaha memperkembangkan kedalaman hidup naradidik, memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka” (Heryatno, 2008:14).

a. Tujuan Pendidikan Agama Katolik

Tujuan PAK dijelaskan dalam Konsili Vatikan bahwa PAK bertujuan untuk mendewasakan pribadi manusia, agar umat beriman dapat mencapai kedewasaan iman sehingga dapat semakin mendalami misteri keselamatan dari hari ke hari dan semakin menyadari karunia iman yang telah mereka terima dari pembaptisan (GE 2). PAK memiliki tujuan khusus yang bermaksud untuk mengolah iman peserta didik menjadi dewasa. Heryatno mengatakan bahwa

“Tujuan pendidikan iman adalah untuk membantu naradidik menghayati imannya di dalam hidup sehari-hari, sehingga mereka sungguh-sungguh menghayati imannya di dalam hidup sehari-hari, sehingga mereka sungguh-sungguh menjadi orang Katolik yang imannya dewasa”. PAK memiliki tujuan yang bersifat holistik yang artinya “Sesuai dengan kepentingan hidup naradidik, tujuan PAK di sekolah harus mencakup segi kognitif, afeksi dan praksis”. Pada intinya tujuan PAK yaitu mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah “Terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan manusia merupakan kehendak Allah.

Kerajaan Allah adalah kehendak Allah yang tidak lain adalah tindakan-Nya menyelamatkan setiap manusia dan seluruh alam ciptaan-Nya”

PAK memiliki tujuan formal, yaitu kedewasaan iman. Haryatno mengatakan “Kedewasaan iman adalah iman yang berkembang semakin matang

(31)

secara penuh dan bersifat holistik karena mencakup segi pemikiran, hati, dan praksis.” PAK memiliki tujuan agar iman yang dihayati membebaskan manusia.

“Kebebasan merupakan kondisi utama bagi manusia untuk menghayati dan memperkembangkan imannya. Hanya dalam suasana hati yang bebas manusia dapat sungguh menghayati dan mewujudkan imannya” (Heryatno, 2008: 23, 25, 33-34).

Dalam silabus PAK & BP (2016:1) dijelaskan bahwa “PAK & BP bertujuan agar peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap membangun hidup yang semakin beriman.” Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan PAK adalah mengarahkan peserta didik untuk dapat menghayati iman sesuai dengan kebutuhan agar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan iman menjadi dewasa sehingga semakin mendalami misteri keselamatan yang diterima dari pembaptisan.

b. Konteks Pendidikan Agama Katolik

Dalam Evangelii Gaudium, dijelaskan bahwa Gereja merupakan salah satu elemen dari konteks PAK yang saat ini berkontribusi dalam pelayanan yaitu mengabdikan diri mereka untuk pendidikan anak-anak dan orang muda (78).

Kemudian ditegaskan oleh Kemendikbud yang bahwa pendidikan iman merupakan tanggung jawab orang tua. Pendidikan iman mulai berlangsung di lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggal. Negara memiliki kewajiban untuk memfasilitasi pendidikan iman sesuai agama dan kepercayaan yang dianut,

(32)

agar pendidikan iman terlaksana sehingga iman anak dapat berkembang (Kemdikbud, 2016:1).

Menurut Heryatno (2008:38) lingkungan sosial yaitu keluarga, masyarakat, Gereja dan sekolah merupakan elemen-elemen dari konteks PAK.

Keadaan lingkungan sosial dapat membentuk pola hidup, pandangan, dan sistem nilai seperti karakter, sikap, dan tingkah laku hidup naradidik. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa konteks pendidikan iman adalah usaha yang dilakukan dan dilaksanakan oleh lingkungan sosial, masyarakat, keluarga, Gereja, dan pemerintah dalam membentuk pola hidup, karakter, tingkah laku supaya dapat mengembangkan iman anak.

6. Sakramen Baptis a. Arti Sakramen

Sakramen disebut sebagai peristiwa dunia yang berhubungan erat dengan iman kepada Allah. Sakramen dapat disebut juga sebagai tanda dan sarana dalam mengungkapkan iman kepada Allah yang menyelamatkan manusia. Penerimaan Sakramen dimaksudkan untuk menguduskan manusia, membangun tubuh Kristus, dan mempersembahkan ibadat. Sakramen bermaksud mendidik, memupuk, meneguhkan dan mengungkapkan iman dengan kata-kata dan benda. Oleh karena itu, Sakramen dapat disebut sebagai sakramen iman. Perayaan Sakramen perlu disiapkan oleh kaum beriman agar dapat menerima rahmat yang membuahkan hasil yang nyata, untuk menyembah Allah secara benar, dan mengamalkan cinta kasih (SC. 59).

(33)

Sakramen adalah tanda dan sarana dalam mengungkapkan dan menyatakan iman, mempersembahkan penghormatan kepada Allah serta menghasilkan pengudusan manusia. Sakramen membantu manusia untuk menciptakan, memperkokoh dan menampakkan persekutuan Gereja. Sakramen perlu dirayakan oleh pelayan suci dan umat beriman secara khidmat dan cermat (KHK, Kan. 840).

KWI menjelaskan Sakramen adalah peristiwa konkret duniawi yang menandai, dan melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah. tanda dalam Sakramen dijelaskan melalui gagasan atau simbol (KWI, 1996: 400).

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa arti Sakramen adalah tanda dan sarana untuk menyatakan iman. Sakramen dapat mendidik, memperkokoh dan menyadarkan umat untuk semakin beriman pada Allah yang menyelamatkan. Dengan demikian, Sakramen dapat dikatakan sebagai peristiwa yang membantu umat dalam mengungkapkan iman sehingga orang yang menerima Sakramen semakin beriman kepada Allah.

b. Arti dan Makna Sakramen Baptis

Sakramen Baptis diartikan sebagai pembersihan manusia dari dosa-dosa, dan dimaknai sebagai materai yang tak terhapuskan. Penjelasan ini ditegaskan dalam KHK, Kan. 849 yang mengatakan bahwa:

Baptis, gerbang sakramen-sakramen, yang perlu untuk keselamatan, entah diterima secara nyata atau setidak-tidaknya dalam kerinduan, dengan mana manusia dibebaskan dari dosa, dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah serta digabungkan dengan Gereja setelah dijadikan serupa dengan Kristus oleh materai yang tak terhapuskan, hanya dapat diterima secara sah dengan pembasuhan air sungguh bersama rumus kata-kata yang diwajibkan.

(34)

Dalam Komkat KAS dijelaskan bahwa, Sakramen Baptis merupakan Sakramen pertama yang diterima sebelum yang lain. Seseorang yang menerima Sakramen Baptis adalah mereka yang menyatakan pertobatan dan kepercayaannya kepada Tuhan Yesus. Oleh karena itu, seseorang yang sudah menerima Baptis diampuni dosanya dan dilahirkan kembali sebagai anak Allah, dijadikan murid Kristus dan anggota Gereja (Komkat KAS, 1997:79).

Kemudian Komkat KAS menjelaskan kata Baptis berasal dari Yunani yaitu baptizien yang berarti membenamkan, mencemplungkan, atau menenggelamkan ke dalam air dengan keseluruhan atau sebagian. Baptis memiliki arti dan makna yaitu kelahiran baru yang berarti Baptis memiliki hubungan erat dengan pencurahan rahmat keselamatan dari Allah melalui Roh Kudus dan rahmat itu yang membuat seseorang lahir kembali menjadi baru. Melalui Baptis, seseorang disucikan dari segala dosa (dosa asal maupun dosa pribadi), seseorang yang menerima Baptis diajak menjadi anak Allah. Dalam pelaksanaan Sakramen Baptis nama Tritunggal Maha Kudus diserukan kepada para calon baptis (Komkat KAS, 2012:23-24).

Sakramen Baptis atau Sakramen Inisiasi terdiri dari dua kata yaitu Sakramen dan Baptis/Inisiasi. Kata sakramen digunakan sejak zaman abad pertengahan yang berarti upacara-upacara simbolik yang disertai dengan masuknya orang dalam kelompok orang-orang percaya pada Yesus Kristus yang dinyatakan Allah sebagai Juruselamat umat manusia. Kata Inisiasi berasal dari bahasa Italia yaitu ini-ire yang berarti masuk kedalam, melalui. Initiatio yang berarti masuk ke dalam. Dalam perjanjian baru kata Baptis digunakan dalam

(35)

bahasa Yunani yaitu baptizien, baptisma, baptismos. Kata tersebut berarti membenamkan, mencemplungkan ke dalam air seluruh atau sebagian (Groenen, 1992:19-23).

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa Sakramen Baptis adalah materai yang diterima seseorang yang menyatakan dirinya telah ikut bergabung menjadi anggota Gereja yang percaya pada Kristus Sang Juruselamat.

Seseorang yang menerima Baptis dapat dinyatakan sebagai manusia yang dilahirkan kembali secara baru, artinya mereka mengungkapkan pertobatannya sehingga dosa-dosanya terhapuskan baik dosa asal maupun dosa pribadi.

c. Simbol Sakramen Baptis

Dalam Sakramen Baptis terdapat simbol-simbol yang memiliki arti dan khusus, simbol-simbol tersebut yaitu air dan lilin bernyala. Simbol air melambangkan pembersihan, kesucian dan kelahiran kembali dalam Roh. Baptis dapat dikatakan sah apabila dilakukan dengan pencurahan air yang dilakukan dengan mengatakan rumusan Tritunggal “Aku membaptis engkau atas nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.” Air yang digunakan dalam pembaptisan adalah air yang sudah diberkati oleh imam. Simbol lilin bernyala melambangkan bahwa seseorang yang dibaptis diterangi oleh Kristus dan seseorang yang sudah dibaptis harus berusaha hidup dalam terang Kristus. Lilin bernyala diterima oleh baptisan baru pada saat upacara pembaptisan (Komkat KAS, 2012:24).

Simbol Sakramen Baptis dijelaskan dalam Komkat KAS (1997:83) yaitu air, kain putih dan lilin. Air diartikan bahwa baptisan dibersihkan dari dosa-dosa dan menerima kehidupan baru. Kain putih melambangkan pengenangan Kristus

(36)

artinya baptisan dilibatkan dalam pengenangan Kristus untuk membangun masyarakat baru, kain putih dikenakan oleh baptisan pada saat upacara pembaptisan. Lilin adalah lambang dari Kristus sang terang atau cahaya dunia, maka lilin diartikan bahwa baptisan harus hidup terang dalam Kristus. selain Komkat Kas, KHK (Kan. 849) dijelaskan tentang salah satu simbol Baptis yaitu air. Baptis dapat dikatakan sah bila menggunakan air sungguh dan dilakukan dengan cara dibasuh dengan diiringi rumusan kata yang diwajibkan. Sebelum pembaptisan dilaksanakan air terlebih dahulu diberkati berdasarkan ketentuan buku liturgi.

d. Nama Baptis

Nama Baptis juga dibahas dalam Komkat KAS (2012:25), nama baptis diartikan sebagai anugerah karena telah menerima baptis. Nama Baptis diambil dari nama-nama orang kudus yang ada dalam Gereja Katolik . Nama Baptis memiliki makna antara lain; Pertama, supaya baptisan dapat menjalankan keutamaan, kesucian, keteladanan dari orang kudus sehingga hal-hal positif dari orang-orang kudus terpancar pada baptisan yang menyandang nama tersebut.

Kedua, nama orang-orang kudus digunakan agar orang-orang kudus dapat membantu baptisan dalam hidup doa dan relasinya semakin baik dengan Allah.

Ketiga, nama Baptis adalah simbol anugerah dalam hidup baru.

e. Liturgi Pembaptisan

Upacara pembaptisan dilaksanakan sesuai dengan liturgi pembaptisan dalam KHK mengatakan bahwa pembaptisan dilaksanakan sesuai dengan tata perayaan buku liturgi yang resmi. Pembaptisan dilaksanakan dengan cara

(37)

dimasukan dalam air atau dituangkan air dengan ketentuan dari konferensi para Uskup (Kan. 850,853). Upacara pembatisan dilaksanakan sesuai dengan keadaan dan kebijakan uskup setempat. Sakramen Baptis dapat dikatakan sah apabila dalam upacara Sakramen Baptis, calon baptis di Baptis dengan rumusan singkat yang telah diterima oleh gereja (SC 68,69).

Komkat KAS menjelaskan bahwa pelaksanaan upacara Baptis meliputi litani dan pemberkatan air, penyangkalan setan, pengurapan minyak katekumen, pengakuan iman, Baptis, pengurapan sesudah Baptis yang dilakukan dengan menggunakan kain putih kemudian dilakukan penyerahan lilin yang bernyala (2012:25). Berdasarkan pemaparan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa upacara pembaptisan dilaksanakan dengan tata cara liturgi yang sesuai dengan buku liturgi yang resmi agar upacara pembaptisan dapat terlaksana secara sah.

f. Para Pelaku Pembaptisan

Pembaptisan dapat dilaksanakan secara lancar dan sah apabila pelaksanaan dilaksanakan oleh beberapa orang yang memiliki peranan penting dalam pembaptisan. Dalam Komkat KAS (1997:87) dijelaskan beberapa pelaku pembaptisan antara lain:

1) Calon baptis

2) Jemaat atau umat yaitu orang yang siap menerima anggota baru yaitu calon baptis.

3) Pelayan baptis yaitu seseorang yang diberi wewenang untuk membaptis.

4) Wali baptis yaitu seseorang yang menjamin iman baptisan bahwa calon baptis layak menerima pembaptisan.

(38)

5) Masyarakat umum yaitu orang-orang disekitar baptisan baik yang sudah dibaptis maupun tidak akan menjadi saksi pembaptisan.

KHK (Kan. 861, 862, 864, 872) menjelaskan, beberapa orang yang berperan dalam pembaptisan yaitu pelayan baptis, calon baptis, wali baptis.

Pelayan baptis adalah orang yang memiliki wewenang untuk membaptis, orang tersebut adalah uskup, imam dan diakon. Dalam keadaan darurat pelayan baptis boleh dilakukan oleh siapa saja. calon baptis adalah setiap orang/manusia yang belum dibaptis dan ingin dibaptis atau menjadi anggota Gereja. Wali baptis adalah orang yang bertanggung jawab untuk mendampingi calon baptis.

Dalam pembaptisan bayi, orang tua merupakan salah satu pelaku pembaptisan yang berperan sebagai sebagai penanggungjawab atas pendidikan iman anaknya seiring tumbuh kembang anak menjadi dewasa nantinya. Sebelum menerima Sakramen Baptis, orang tua bayi melaksanakan pembekalan yang dilakasanakan pada masa mistagogi. Pembekalan ini, diharapkan dapat membantu orang tua dalam memahami dan memperdalam perannya dalam mendidik iman anak seiring tumbuh kembang jasmani anak menjadi dewasa. Sehingga dapat menghayati imannya secara dewasa dan siap menerima sakramen-sakramen selanjudnya.

7. Generasi Alpha a. Generasi ke Generasi

Perkembangan zaman yang terjadi memunculkan generasi yang memiliki karakter yang berbeda-beda dari generasi ke generasi, terdiri dari cara

(39)

bersosialisasi dan komunikasi yang terbentuk karena perbedaan ruang waktu.

Mix MarComm (2018: 11) mengemukakan bahwa terdapat beberapa generasi, antara lain:

1) Generasi Baby Boomers, yaitu generasi yang lahir sekitar tahun ≤ 1960.

2) Generasi X, yaitu generasi yang lahir sekitar tahun 1961-1979.

3) Generasi millennials, yaitu generasi yang lahir sekitar tahun 1980-1995.

4) Generasi Z, yaitu generasi yang lahir sekitar tahun 1995-2010.

5) Generasi Alpha, yaitu generasi yang lahir sekitar tahun 2010- sekarang.

b. Generasi Alpha

Generasi Alpha yaitu anak-anak kelahiran abad 21 yang memiliki karakter jauh berbeda dengan karakter generasi-generasi sebelumnya. Generasi Alpha hidup di zaman serba modern dan canggih, mereka adalah keturunan dari generasi sebelumnya yaitu generasi millennials. Pola pikir dan karakter generasi Alpha dipengaruhi oleh orang tuanya yang berkarakter moderat dan memiliki pemikiran terbuka. Generasi Alpha adalah generasi yang melek terhadap teknologi digital sejak usia sangat dini. Teknologi digital dapat mengakses ribuan informasi, mengakibatkan generasi Alpha memiliki pemikiran yang kritis.

Generasi Alpha adalah generasi yang dekat dengan teknologi digital, internet dan gawai. Generasi Alpha tumbuh dan berkembang di era industri 4.0 yaitu era serba digital. Hal ini membuat karakter generasi Alpha menjadi anak yang melakukan segala sesuatu dengan instan karena dibantu oleh teknologi modern (Hendro, 2018:1; Ishak, dkk, 2019:183; 184). Beberapa perspektif tentang pengaruh industri 4.0 terhadap generasi Alpha, yaitu:

(40)

1) Teknologi berefek pada pemikiran generasi Alpha 2) Tren teknologi menjadi gambaran generasi Alpha

3) Pengorganisasian merupakan cara untuk mengarahkan generasi Alpha.

4) Kolaborasi Generasi Alpha, Z dan milenial

Generasi Alpha memiliki karakter instan atau menginginkan segala sesuatu dengan cara yang mudah dan cepat. Sekarang ini adalah masa kolaborasi antara generasi milenial, generasi Z dan generasi Alpha. Kolaborasi ini terjadi dalam bidang pendidikan yaitu antara guru yang lahir pada generasi milenial, peserta didik yang lahir pada generasi Alpha, dan perkembangan zaman yang mengalami peralihan dari generasi Z ke generasi Alpha.

Perkembangan zaman yang terjadi dari generasi ke generasi menuntut guru untuk terus berubah dan belajar agar dapat melakukan disrupsi. Oleh karena itu, dibutuhkan guru yang korporat agar dapat menjawab kebutuhan peserta didik yang tentunya berbeda dengan generasi sang guru. Dengan demikian, guru perlu melakukan pembelajaran yang kreatif di ruang kelas agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik generasi Alpha yaitu generasi yang lebih tertarik pada teknologi digital dan kepraktisan (Sumardianta & Wahyu, 2018:5-6, 10).

c. Pendidikan Generasi Alpha di Era Revolusi Industri 4.0

Era revolusi industri 4.0 berpengaruh besar pada bidang pendidikan yang harus mengikuti perkembangan zaman agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Perubahan yang terlihat dalam bidang pendidikan adalah minat belajar peserta didik yang lebih tertarik pada sistem pembelajaran digital, interaktif dan permainan (Ishak dkk, 2019:184).

(41)

Perkembangan zaman yang terjadi saat ini, belum selaras dengan sistem pembelajaran yang ada di Indonesia, karena sistem pembelajaran di Indonesia masih didesain untuk era revolusi industri 2.0. Hal ini menjadi tidak selaras karena peserta didik dan keadaan zaman sudah memasuki era revolusi industri 4.0. Ketidakselarasan ini terjadi ketika pemanfaatan teknologi digital belum maksimal dan justru masih menggunakan sistem pembelajaran yang mentransfer ilmu seperti menghafal dan memberi penugasan. Ketidakselarasan ini memicu kemampuan berpikir, dan fleksibilitas kognitif tidak terbangun secara optimal di tengah gencarnya perkembangan zaman.

Generasi Alpha pada era revolusi industri 4.0 adalah peserta didik dari generasi milenial. Perbedaan generasi ini menuntut pendidik untuk menyesuaikan pembelajaran dengan karakter peserta didik dengan memanfaatkan teknologi digital seperti telpon pintar, media sosial dan multimedia sebagai bagian dalam pembelajaran agar pembelajaran berlangsung secara ideal. Pembelajaran yang ideal di era revolusi industri 4.0 adalah pembelajaran yang memampukan peserta didik untuk berinteraksi dan berkonstruksi bagi sekitar. Oleh karena itu, pembelajaran perlu dipersiapkan, dirancang dan didesain dengan baik agar sesuai dengan karakter peserta didik saat ini. Fokus pembelajaran diarahkan pada antusias belajar peserta didik dan persiapan guru untuk memfasilitasi peserta didik supaya dapat bereksplorasi (William & Timoteis, 2019: 53,56,57).

d. Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik & Budi Perkerti bagi Generasi Alpha

(42)

Generasi Alpha membawa disrupsi baru pada metode pembelajaran di sekolah. Dalam PAK& BP, disrupsi generasi Alpha mendorong guru untuk bereksplorasi lebih agar pembelajaran berlangsung secara multisensorik bukan monosensorik. Generasi Alpha adalah animator pembelajaran multisensorik, maka pembelajaran yang diperlukan oleh generasi Alpha adalah pembelajaran yang interaktif. Dalam menyajikan pembelajaran yang multisensorik guru perlu mempersiapkan, mengembangkan dan memanfaatkan materi pembelajaran.

Aktivitas pembelajaran multisensorik, pada mata pelajaran PAK & BP adalah aktivitas pembelajaran yang dapat berlangsung di dalam atau luar kelas.

Dalam aktivitas pembelajaran yang multisensorik, peserta didik dibebaskan dari penugasan, karena tugas dapat memberikan beban bagi peserta didik.

Pembelajaran multisensorik adalah aktivitas belajar yang disajikan secara beragam, kreatif dan menggembirakan bagi peserta didik. Penggunaan sistem pembelajaran yang dikemas secara multisensorik pada generasi Alpha, dapat mencapai tujuan pembelajaran, karena pembelajaran multisensorik merupakan bagian integral dari pengajaran guru di kelas (Andalas, 2020).

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan telah membantu penulis dalam dalam mengembangkan penelitian ini ditulis oleh:

1. Chaterine Thio Maneti Sirait (2015) yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran dalam Bentuk Aplikasi Logos pada Mata Pelajaran PAK Kelas V di SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta” hasil penelitian adalah:

(43)

a. Hasil penilaian produk video oleh pakar media pembelajaran kategori baik dengan nilai 87% layak.

b. Hasil penilaian materi oleh pakar materi termasuk dalam kategori sangat baik dengan nilai 74% layak.

c. Hasil dari keseluruhan uji coba kelayakan produk Aplikasi Logos yang dilakukan pada peserta didik mendapat nilai 47% sangat layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran.

C. Kerangka Teoritis

Perkembangan zaman yang pesat telah mempengaruhi sistem pendidikan di sekolah. Hal ini mendorong guru untuk lebih kreatif dalam mengemas pembelajaran di kelas, agar makna dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Media pembelajaran adalah salah satu sarana pembelajaran yang dapat mendukung tercapainya pembelajaran yang efektif. Media pembelajaran adalah alat yang menjadi perantara atau bantuan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. oleh karena itu media pembelajaran tidak dikemas menjadi pembahasaan ulang materi dari guru kepada peserta didik atau media sebagai subtitusi. Media berperasn sebagai suplemen dan pengganti komplemen.

Media dalam PAK menjadi sarana yang mendukung proses pendidikan iman. Media memiliki manfaat yang berpengaruh bagi umat manusia. Antara lain media sebagai sarana untuk melayani perkembangan pribadi manusia, media sebagai sarana untuk memperluas evangelisasi, dan media sebagai sarana yang membantu keberlangsungan pendidikan iman. Dengan demikian, penggunaan

(44)

media menjadi warna dalam kegiatan pembelajaran PAK supaya lebih multisensorik dan interaktif tidak melulu Monosensorik atau satu arah.

Berdasarkan pernyataan di atas, penulis mengembangkan media yang dapat menjadi alternatif media pembelajaran PAK & BP di kelas. Media pembelajaran yang dikembangkan adalah media video pembelajaran PAK & BP pada materi Sakramen Baptis kelas III SD. Kehadiran media video pembelajaran ini diharapkan mampu menjadi sarana yang membantu proses pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

D. Kajian Terkait

Selain meneliti teori generasi Alpha, penulis juga mengkaji buku pelajaran PAK & BP materi Sakramen Baptis, yaitu terbitan Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia (Komkat KWI) dan Kementerian pendidikan budaya (Kemendikbud). Komkat KWI (2017: 111-122), menyajikan materi sakramen baptis dengan media lagu dan cerita, metode tanya jawab dan aktivitas membaca Kitab Suci, merangkum materi dan bermain peran tata cara pelaksanaan Sakramen Baptis. Lagu yang disajikan dalam dalam pembelajaran materi Sakramen Baptis berjudul Curahkan Rahmat yang bersumber dari Madah Bakti (423). Lirik dan nada yang disajikan dari lagu tersebut untuk kelas III belum memuat konten untuk anak-anak. Cerita yang disajikan berjudul Wisuda Kakakku memuat penjelasan tentang persiapan sang kakak untuk mencapai sebuah gelar akademik dalam upacara wisuda. Pembacaan Kitab Suci mengambil perikop Markus 1:9-13. Bermain peran tata cara pelaksanaan Sakramen Baptis menyajikan

(45)

percakapan antara imam dan wali baptis dalam praktek pelaksanaan Sakramen Baptis disertai rumusan upacara pembaptisan.

Buku terbitan Kemendikbud (2018:68-82) menyajikan lagu, bacaan cerita, mengamati gambar, tanya jawab, pendalaman Kitab Suci dan rangkuman materi. Lagu yang disajikan dalam buku berjudul Tuhan Yesus, lirik dari lagu sudah memuat konten materi dan sesuai untuk anak-anak. Bacaan cerita yang disajikan berjudul upacara Tandei yang menceritakan upacara suku dayak tentang pendidikan anak yang baru lahir. Dengan menyelenggarakan upacara tersebut, anak memiliki tanda yang memberikan pengakuan dirinya sebagai anggota suku tersebut. Gambar yang disajikan dalam buku adalah gambar bentuk kartun dari upacara Tandei, gambar pembaptisan Yesus dan upacara pembaptisan bayi.

Pendalaman Kitab Suci dilakukan dengan bermain peran kisah pembaptisan Yesus. Tata cara pelaksanaan Sakramen Baptis pada buku ini disajikan dalam bentuk kuis atau tanya jawab. Dari kedua buku yang sudah dikaji, penulis akan mengembangkan media video kartun untuk pembelajaran PAK & BP.

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada Bab II, penulis telah memaparkan kerangka teoritis dan kajian terkait yang menjabarkan media pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK), dan generasi Alpha yang peserta didik kelas III SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta termasuk di dalamnya. Penulis juga telah memaparkan kerangka teoritis dan kajian terkait dari penelitian ini. Penulis juga telah memaparkan pengertian- pengertian media pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti materi Sakramen Baptis. Pada Bab III, penulis akan membahas jenis penelitian, prosedur penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, dan instrumen penelitian serta teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah Research and Development (R&D). Jenis penelitian R&D digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produknya. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu, peneliti perlu menggunakan penelitian yang bersifat analitik dan menguji efektivitas produk tersebut agar dapat berfungsi dalam masyarakat (Sugiono, 2013:407). Dalam penelitian ini, hasil produknya adalah “Media Pembelajaran Dalam Bentuk Video Kartun Untuk Materi Sakramen Baptis pada Mata Pelajaran PAK & BP.” Produk yang dihasilkan dari penelitian ini kemudian akan diujikan

(47)

kepada peserta didik untuk dapat melihat efektivitas produk dalam mendukung proses pembelajaran Sakramen Baptis. Langkah-langkah Research and Development adalah sebagai berikut.

Gambar 1: Borg and Gall (2003:571)

B. Prosedur Penelitian 1. Potensi dan Masalah

Mencari Potensi dan Masalah adalah tahap pertama yang dilakukan dalam Penelitian dan Pengembangan. Tahap ini dilakukan untuk melihat potensi yang dapat dikembangkan dan masalah yang menghambat penerapan pengembangan potensi. Pada tahap Potensi dan Masalah, penulis melakukan analisis terhadap peserta didik kelas III di SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta.

2. Pengumpulan Data

Tahap kedua, Pengumpulan Data dilakukan untuk mengetahui hasil dari analisis atas peserta didik. Penulis melakukan analisis atas peserta didik dengan mengumpulkan data dari mereka untuk mengetahui potensi dan masalah. Analisis dilakukan untuk mengetahui potensi dan masalah yang terjadi pada materi Sakramen Baptis mata pelajaran PAK & BP kelas III di SD Kanisius Kotabaru

Potensi dan Masalah

Pengumpula n Data

Desain Produk

Validasi Desain

Uji coba Pemakaian Revisi

Produk

Uji coba Produk

Revisi Desain

Revisi Produk

Produksi Massal

(48)

Yogyakarta. Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data dan mengkaji teori tentang generasi Alpha yang peserta didik kelas III SD termasuk di dalamnya.

3. Pengembangan Desain Produk Media Video

Setelah mendapatkan hasil dari analisis peserta didik atau mengetahui potensi dan masalah, tahap ketiga Pengembangan Desain dilakukan.

Pengembangan desain produk media video dilakukan sesuai dengan hasil analisis atas peserta didik agar produk yang dikembangkan dapat sesuai dengan potensi dan masalah yang terjadi pada mereka.

4. Validasi Desain

Tahap keempat Validasi Desain dilakukan untuk menilai rancangan produk media video dengan keterlibatan para ahli. Validasi Desain dilakukan dengan cara menghadirkan ahli media dan ahli materi untuk menilai kelebihan atau kelemahan dari desain produk.

5. Uji Coba Produk

Tahap kelima Uji Coba Produk dilakukan untuk mendemonstrasikan produk secara langsung kepada peserta didik. Pada tahap ini, peserta didik menilai produk yang telah dikembangkan oleh penulis dengan mengisi kuesioner yang disediakan. Karena situasi pandemi Covid-19 pihak SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta tidak mengizinkan penulis untuk melakukan penyebaran kuesioner.

Sebagai alternatif atasnya, penulis melakukan wawancara dalam jumlah terbatas dengan peserta didik.

(49)

6. Revisi Produk

Tahap keenam Revisi Produk dilakukan setelah penulis mendapatkan penilaian dari Validasi dan Uji Coba Produk. Berdasarkan penilaian dan saran para ahli dan peserta didik, penulis merevisi bagian-bagian yang belum sesuai dengan kebutuhan dari peserta didik agar produk yang dihasilkan dapat digunakan selaras dengan kebutuhan peserta didik.

7. Uji Coba Pemakaian

Tahap ketujuh Uji Coba Pemakaian adalah tahap terakhir dari rangkaian Penelitian dan Pengembangan. Pada tahap ini, produk diimplementasikan secara langsung pada peserta didik kelas III SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta. Setelah diimplementasikan, penulis mengedarkan kuesioner kepada peserta didik untuk melihat keberhasilan produk yang telah dikembangkan.

Gambar 2: Prosedur Penelitian Potensi dan Masalah

Pengumpulan Data

Pengembangan Desain Produk Video

Validasi Uji Coba Produk

Revisi

Uji Coba Pemakaian

(50)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta. Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung dalam kurun waktu satu bulan pada Agustus 2020.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis. Menurut Siswanto (2010:145), populasi merupakan sekumpulan individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian (pengamatan). Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas III di SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta. Sampel adalah sebagian besar dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi.

“Sebagian” dan “mewakili” merupakan dua kata kunci yang merujuk pada semua ciri populasi dalam jumlah yang terbatas pada masing-masing karakteristiknya.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan purposive sampling, yang berarti teknik pengumpulan data dengan pertimbangan tertentu. Karena situasi pandemik Covid-19, sampel pada penelitian ini terbatas pada dua peserta didik yang dianggap mampu mewakili populasi.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara berkomunikasi dua arah yang dilakukan oleh dua individu untuk saling tukar informasi dan ide dengan tanya jawab (Sugiono, 2019:231). Informasi yang didapat dari wawancara

Gambar

Gambar 1:  Langkah-langkah R&D   35
Gambar 1: Borg and Gall (2003:571)
Tabel 1: Kisi-kisi Instrumen Analisis Peserta Didik
Tabel 3: Instrumen Penilaian Media oleh Ahli Media
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu katekese Analisis Sosial ini juga mampu meningkatkan rasa keprihatinan umat kepada orang-orang yang miskin, selain itu juga katekese analisis ini, saya rasa dapat

Uraian Pernyataan spiritual dalam hidup saya Pembinaan Mental Rohani Katolik mempertinggi moral dan akhlak yang luhur Pembinaan Mental Rohani Katolik bermakna bagi hubungan

Visi dan misi menjadi arah dan pedoman bagi suatu lembaga dalam menjalankan program yang akan dilaksanakan di dalam lembaga tersebut.. misi LKSA selalu mengalami

Bahasa kial adalah bahasa yang menggunakan gerakan tangan atau tubuh sebagai isyarat atau bisa suatu perbuatan, gerakan tersebut mempunyai arti pesan dalam konteks

“Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan penghasilan dilakukan sesuai

Teknik ini dapat memberikan klasifikasi pada data baru dengan memanipulasi data yang ada yang telah diklasifikasi dan dengan menggunakan hasilnya untuk memberikan

Segala puji dan syukur saya haturkan kepada Allah Tritunggal Maha kasih yang telah menyelenggarakan segala berkat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

Berdasarkan eksperimen dengan 3 supplier dam 157 item menggunakan multiple can-order level dengan can-order policy yang dihasilkan algoritma Simulated Annealing,