• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEORI

A. Kajian Pustaka

6. Sakramen Baptis

Sakramen disebut sebagai peristiwa dunia yang berhubungan erat dengan iman kepada Allah. Sakramen dapat disebut juga sebagai tanda dan sarana dalam mengungkapkan iman kepada Allah yang menyelamatkan manusia. Penerimaan Sakramen dimaksudkan untuk menguduskan manusia, membangun tubuh Kristus, dan mempersembahkan ibadat. Sakramen bermaksud mendidik, memupuk, meneguhkan dan mengungkapkan iman dengan kata-kata dan benda. Oleh karena itu, Sakramen dapat disebut sebagai sakramen iman. Perayaan Sakramen perlu disiapkan oleh kaum beriman agar dapat menerima rahmat yang membuahkan hasil yang nyata, untuk menyembah Allah secara benar, dan mengamalkan cinta kasih (SC. 59).

Sakramen adalah tanda dan sarana dalam mengungkapkan dan menyatakan iman, mempersembahkan penghormatan kepada Allah serta menghasilkan pengudusan manusia. Sakramen membantu manusia untuk menciptakan, memperkokoh dan menampakkan persekutuan Gereja. Sakramen perlu dirayakan oleh pelayan suci dan umat beriman secara khidmat dan cermat (KHK, Kan. 840).

KWI menjelaskan Sakramen adalah peristiwa konkret duniawi yang menandai, dan melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah. tanda dalam Sakramen dijelaskan melalui gagasan atau simbol (KWI, 1996: 400).

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa arti Sakramen adalah tanda dan sarana untuk menyatakan iman. Sakramen dapat mendidik, memperkokoh dan menyadarkan umat untuk semakin beriman pada Allah yang menyelamatkan. Dengan demikian, Sakramen dapat dikatakan sebagai peristiwa yang membantu umat dalam mengungkapkan iman sehingga orang yang menerima Sakramen semakin beriman kepada Allah.

b. Arti dan Makna Sakramen Baptis

Sakramen Baptis diartikan sebagai pembersihan manusia dari dosa-dosa, dan dimaknai sebagai materai yang tak terhapuskan. Penjelasan ini ditegaskan dalam KHK, Kan. 849 yang mengatakan bahwa:

Baptis, gerbang sakramen-sakramen, yang perlu untuk keselamatan, entah diterima secara nyata atau setidak-tidaknya dalam kerinduan, dengan mana manusia dibebaskan dari dosa, dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah serta digabungkan dengan Gereja setelah dijadikan serupa dengan Kristus oleh materai yang tak terhapuskan, hanya dapat diterima secara sah dengan pembasuhan air sungguh bersama rumus kata-kata yang diwajibkan.

Dalam Komkat KAS dijelaskan bahwa, Sakramen Baptis merupakan Sakramen pertama yang diterima sebelum yang lain. Seseorang yang menerima Sakramen Baptis adalah mereka yang menyatakan pertobatan dan kepercayaannya kepada Tuhan Yesus. Oleh karena itu, seseorang yang sudah menerima Baptis diampuni dosanya dan dilahirkan kembali sebagai anak Allah, dijadikan murid Kristus dan anggota Gereja (Komkat KAS, 1997:79).

Kemudian Komkat KAS menjelaskan kata Baptis berasal dari Yunani yaitu baptizien yang berarti membenamkan, mencemplungkan, atau menenggelamkan ke dalam air dengan keseluruhan atau sebagian. Baptis memiliki arti dan makna yaitu kelahiran baru yang berarti Baptis memiliki hubungan erat dengan pencurahan rahmat keselamatan dari Allah melalui Roh Kudus dan rahmat itu yang membuat seseorang lahir kembali menjadi baru. Melalui Baptis, seseorang disucikan dari segala dosa (dosa asal maupun dosa pribadi), seseorang yang menerima Baptis diajak menjadi anak Allah. Dalam pelaksanaan Sakramen Baptis nama Tritunggal Maha Kudus diserukan kepada para calon baptis (Komkat KAS, 2012:23-24).

Sakramen Baptis atau Sakramen Inisiasi terdiri dari dua kata yaitu Sakramen dan Baptis/Inisiasi. Kata sakramen digunakan sejak zaman abad pertengahan yang berarti upacara-upacara simbolik yang disertai dengan masuknya orang dalam kelompok orang-orang percaya pada Yesus Kristus yang dinyatakan Allah sebagai Juruselamat umat manusia. Kata Inisiasi berasal dari bahasa Italia yaitu ini-ire yang berarti masuk kedalam, melalui. Initiatio yang berarti masuk ke dalam. Dalam perjanjian baru kata Baptis digunakan dalam

bahasa Yunani yaitu baptizien, baptisma, baptismos. Kata tersebut berarti membenamkan, mencemplungkan ke dalam air seluruh atau sebagian (Groenen, 1992:19-23).

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa Sakramen Baptis adalah materai yang diterima seseorang yang menyatakan dirinya telah ikut bergabung menjadi anggota Gereja yang percaya pada Kristus Sang Juruselamat.

Seseorang yang menerima Baptis dapat dinyatakan sebagai manusia yang dilahirkan kembali secara baru, artinya mereka mengungkapkan pertobatannya sehingga dosa-dosanya terhapuskan baik dosa asal maupun dosa pribadi.

c. Simbol Sakramen Baptis

Dalam Sakramen Baptis terdapat simbol-simbol yang memiliki arti dan khusus, simbol-simbol tersebut yaitu air dan lilin bernyala. Simbol air melambangkan pembersihan, kesucian dan kelahiran kembali dalam Roh. Baptis dapat dikatakan sah apabila dilakukan dengan pencurahan air yang dilakukan dengan mengatakan rumusan Tritunggal “Aku membaptis engkau atas nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.” Air yang digunakan dalam pembaptisan adalah air yang sudah diberkati oleh imam. Simbol lilin bernyala melambangkan bahwa seseorang yang dibaptis diterangi oleh Kristus dan seseorang yang sudah dibaptis harus berusaha hidup dalam terang Kristus. Lilin bernyala diterima oleh baptisan baru pada saat upacara pembaptisan (Komkat KAS, 2012:24).

Simbol Sakramen Baptis dijelaskan dalam Komkat KAS (1997:83) yaitu air, kain putih dan lilin. Air diartikan bahwa baptisan dibersihkan dari dosa-dosa dan menerima kehidupan baru. Kain putih melambangkan pengenangan Kristus

artinya baptisan dilibatkan dalam pengenangan Kristus untuk membangun masyarakat baru, kain putih dikenakan oleh baptisan pada saat upacara pembaptisan. Lilin adalah lambang dari Kristus sang terang atau cahaya dunia, maka lilin diartikan bahwa baptisan harus hidup terang dalam Kristus. selain Komkat Kas, KHK (Kan. 849) dijelaskan tentang salah satu simbol Baptis yaitu air. Baptis dapat dikatakan sah bila menggunakan air sungguh dan dilakukan dengan cara dibasuh dengan diiringi rumusan kata yang diwajibkan. Sebelum pembaptisan dilaksanakan air terlebih dahulu diberkati berdasarkan ketentuan buku liturgi.

d. Nama Baptis

Nama Baptis juga dibahas dalam Komkat KAS (2012:25), nama baptis diartikan sebagai anugerah karena telah menerima baptis. Nama Baptis diambil dari nama-nama orang kudus yang ada dalam Gereja Katolik . Nama Baptis memiliki makna antara lain; Pertama, supaya baptisan dapat menjalankan keutamaan, kesucian, keteladanan dari orang kudus sehingga hal-hal positif dari orang-orang kudus terpancar pada baptisan yang menyandang nama tersebut.

Kedua, nama orang-orang kudus digunakan agar orang-orang kudus dapat membantu baptisan dalam hidup doa dan relasinya semakin baik dengan Allah.

Ketiga, nama Baptis adalah simbol anugerah dalam hidup baru.

e. Liturgi Pembaptisan

Upacara pembaptisan dilaksanakan sesuai dengan liturgi pembaptisan dalam KHK mengatakan bahwa pembaptisan dilaksanakan sesuai dengan tata perayaan buku liturgi yang resmi. Pembaptisan dilaksanakan dengan cara

dimasukan dalam air atau dituangkan air dengan ketentuan dari konferensi para Uskup (Kan. 850,853). Upacara pembatisan dilaksanakan sesuai dengan keadaan dan kebijakan uskup setempat. Sakramen Baptis dapat dikatakan sah apabila dalam upacara Sakramen Baptis, calon baptis di Baptis dengan rumusan singkat yang telah diterima oleh gereja (SC 68,69).

Komkat KAS menjelaskan bahwa pelaksanaan upacara Baptis meliputi litani dan pemberkatan air, penyangkalan setan, pengurapan minyak katekumen, pengakuan iman, Baptis, pengurapan sesudah Baptis yang dilakukan dengan menggunakan kain putih kemudian dilakukan penyerahan lilin yang bernyala (2012:25). Berdasarkan pemaparan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa upacara pembaptisan dilaksanakan dengan tata cara liturgi yang sesuai dengan buku liturgi yang resmi agar upacara pembaptisan dapat terlaksana secara sah.

f. Para Pelaku Pembaptisan

Pembaptisan dapat dilaksanakan secara lancar dan sah apabila pelaksanaan dilaksanakan oleh beberapa orang yang memiliki peranan penting dalam pembaptisan. Dalam Komkat KAS (1997:87) dijelaskan beberapa pelaku pembaptisan antara lain:

1) Calon baptis

2) Jemaat atau umat yaitu orang yang siap menerima anggota baru yaitu calon baptis.

3) Pelayan baptis yaitu seseorang yang diberi wewenang untuk membaptis.

4) Wali baptis yaitu seseorang yang menjamin iman baptisan bahwa calon baptis layak menerima pembaptisan.

5) Masyarakat umum yaitu orang-orang disekitar baptisan baik yang sudah dibaptis maupun tidak akan menjadi saksi pembaptisan.

KHK (Kan. 861, 862, 864, 872) menjelaskan, beberapa orang yang berperan dalam pembaptisan yaitu pelayan baptis, calon baptis, wali baptis.

Pelayan baptis adalah orang yang memiliki wewenang untuk membaptis, orang tersebut adalah uskup, imam dan diakon. Dalam keadaan darurat pelayan baptis boleh dilakukan oleh siapa saja. calon baptis adalah setiap orang/manusia yang belum dibaptis dan ingin dibaptis atau menjadi anggota Gereja. Wali baptis adalah orang yang bertanggung jawab untuk mendampingi calon baptis.

Dalam pembaptisan bayi, orang tua merupakan salah satu pelaku pembaptisan yang berperan sebagai sebagai penanggungjawab atas pendidikan iman anaknya seiring tumbuh kembang anak menjadi dewasa nantinya. Sebelum menerima Sakramen Baptis, orang tua bayi melaksanakan pembekalan yang dilakasanakan pada masa mistagogi. Pembekalan ini, diharapkan dapat membantu orang tua dalam memahami dan memperdalam perannya dalam mendidik iman anak seiring tumbuh kembang jasmani anak menjadi dewasa. Sehingga dapat menghayati imannya secara dewasa dan siap menerima sakramen-sakramen selanjudnya.

7. Generasi Alpha

Dokumen terkait