• Tidak ada hasil yang ditemukan

S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEPEDULIAN SOSIAL UMAT DI LINGKUNGAN SANTO YOHANES PAULUS PAROKI SANTO ANTONIUS PADUA KOTABARU

TERHADAP KAUM MISKIN

MELALUI KATEKESE ANALISIS SOSIAL

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

Oleh:

Teofilus Kaleka NIM: 171124035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orangtuaku tercinta Bapak Markus Maka Lodolaleng dan Ibu Thresia Rotan

Yang telah mendukung, dan menyemangati saya selama menempuh pendidikan empat tahun

di Universitas Sanata Dharma, Kampus V

Prodi Pendidikan Keagamaan Katolik, Yogyakarta

(5)

v MOTTO

“Hidup ini sulit, apa yang kamu inginkan tidak selalu kamu dapatkan,

namun jangan pernah menyerah, terus berusaha, selalu bersyukur,

dan bawalah segala usahamu dalam doa”.

(6)

vi

(7)

vii

(8)

viii ABSTRAK

Judul skripsi “UPAYA MENINGKATKAN KEPEDULIAN SOSIAL UMAT DI LINGKUNGAN SANTO YOHANES PAULUS PAROKI SANTO ANTONIUS PADUA KOTABARU TERHADAP KAUM MISKIN MELALUI KATEKESE ANALISIS SOSIAL”. Judul ini dipilih berdasarkan rasa ingin tahu penulis mengenai katekese analisis sosial sebagai salah satu upaya meningkatkan kepedulian umat terhadap kaum miskin. Kenyataan bahwa di lingkungan St.

Yohanes Paulus, umat belum sepenuhnya terlibat aktif dalam kehidupan masyarakat terutama dalam memberikan rasa empati bagi umat yang kurang mampu. Umat di Lingkungan St. Yohanes Paulus sudah memiliki kepedulian bagi sesama, tetapi perlu di tingkatkan lagi sehingga umat semakin terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat di Lingkungan St. Yohanes Paulus. Untuk itu perlu adanya upaya untuk membantu umat dalam meningkatkan kepeduliannya bagi sesama di sekitarnya. Salah satu upaya yang dapat di lakukan adalah pendalaman iman atau katekese. Salah satu model katekese yang sesuai dengan usaha itu menggunakan model analisis sosial. Katekese analisis sosial membantu umat untuk semakin sadar dan terlibat dalam kehidupan masyarakat, terutama bagi mereka yang miskin dan menderita. Jenis penelitian ini adalah metode kombinasi (mixed methods) yakni menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif dengan desain penelitian sequential explanatory. Populasi pada penelitian ini adalah umat di lingkungan St. Yohanes Paulus, Paroki St. Antonius Padua Kotabaru. Jumlah sampel yang digunakan adalah 48 responden. Berdasarkan hasil uji validitas instrumen diperoleh 20 instrumen (seluruh instrumen) yang valid. Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai Cronbach’s Alpha 0.912. Berdasarkan hasil dari Pearson Correlation diketahui bahwa koefisiensi korelasi antara rasa kepedulian umat terhadap kaum miskin dengan katekese analisis sosial sebesar 0,811 bertanda positif. Berdasarkan hasil hipotesis dan hasil wawancara diperoleh bahwa katekese analisis sosial dapat menjadi suatu upaya untuk meningkatkan rasa kepedulian umat terhadap kaum miskin di lingkungan St. Yohanes Paulus. Hasil ini mengungkapkan bahwa katekese model analisis sosial dapat digunakan sebagai salah satu upaya yang membantu umat semakin meningkatkan rasa kepedulian mereka terhadap kaum miskin.

Kata Kunci: katekese analisis sosial, kepedulian sosial, kesadaran sosial, kaum

miskin, pendalaman iman,

(9)

ix

ABSTRACT

The title of this research paper is “EFFORTS TO IMPROVE THE

SOCIAL CARE OF PEOPLE IN THE WARD OF SAINT JHON PAUL SAINT PARISH ANTONIUS PADUA KOTABARU CHOICE OF THE POOR THROUGH SOCIAL ANALYSIS". The title is chosen based on the writer's

curiosity about social analyses as one of the efforts to increase people's concern for the poor the fact that in st. John Paul's environment, people have not been fully actively involved in society's lives particularly in providing empathy for the underprivileged. The people of st John Paul's ward already had concern for others, but it needs to be increased so that the people are more actively involved in community life in the st. John Paul's ward and that it takes effort to assist the people in increasing their concern for their neighbors. One of the best efforts one can make is the depth of faith or catechisms. One of the supply catekese models that suit the effort uses a social analysis model. Social analytics help people become more aware of and more involved in society's lives, especially for the poor and afflicted.

This type of study is the combination (mixeo methods) of combining quantitative and qualitative methods with sequential explanatory research design. The population of this study are people in the neighborhood of st. John Paul, st. antonius padua kotabaru's parish. The number of samples used was 48 respondents on the validity test of the instruments obtained 20 valid (the entire instrument). The results of the dip reliability. The results revealed that catechism a model of social analysis can be used as one of the efforts that help people increase their concern for the poor.

Keywords: social analysis catechesis, social care, social awareness, poor,

deepening of faith

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa atas penyertaan-Nya dan bimbinganNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul UPAYA MENINGKATKAN KEPEDULIAN SOSIAL UMAT DI LINGKUNGAN SANTO YOHANES PAULUS PAROKI SANTO ANTONIUS PADUA KOTABARU TERHADAP KAUM MISKIN MELALUI KATEKESE ANALISIS SOSIAL.

Skripsi ini dipilih berdasarkan rasa ingin tahu penulis mengenai katekese analisis sosial sebagai salah satu upaya meningkatkan kepedulian umat terhadap kaum miskin. Kenyataan bahwa di lingkungan St. Yohanes Paulus, umat belum sepenuhnya terlibat aktif dalam kehidupan masyarakat terutama dalam memberikan rasa empati bagi umat yang kurang mampu. Umat di Lingkungan St. Yohanes Paulus sudah memiliki kepedulian bagi sesama, tetapi perlu di tingkatkan lagi sehingga umat semakin terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat di Lingkungan St. Yohanes Paulus. Oleh karena itu, penyusunan karya tulis ini dimaksudkan agar, melalui katekese analisis sosial dapat membantu umat untuk semakin meningkatkan kesadaran dan rasa kepeduliannya terhadap mereka yang miskin dan menderita, terutama orang-orang yang ada di sekitar Lingkungan St.

Yohanes Paulus. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Serjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

(11)

xi

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa syukur karena dapat menyelesaikan skripsi ini berkat dukungan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang memberikan semangat tersendiri bagi penulis. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk menghaturkan terimakasih kepada:

1. Romo Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J selaku Kaprodi, yang senantiasa membantu, mendukung penulis pada saat mengalami kesulitan dalam kegiatan perkuliahan maupun di luar kegiatan perkuliahan.

2. P. Banyu Dewa HS, S.Ag, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi utama yang telah memberikan perhatian dan semangat, meluangkan waktu, membimbing dengan kesabaran, memberikan masukan dan kritikan, sehingga penulis lebih termotivasi menyelesaikan skripsi dengan sebaiknya serta tepat pada waktunya.

3. Y.H. Bintang Nusantara, S.F.K., M.Hum selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa mendampingi penulis pada saat mengalami kesulitan, baik kesulitan menyelesaikan skripsi maupun bimbingan rohani yang senantiasa menguatkan.

4. Romo Y.I. Iswarahadi, S.J., M.A selaku dosen penguji ketiga yang memberikan masukan dan kritikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

5. Segenap staf dosen prodi Pendikkat, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, yang telah mengajar dan mendidik selama penulis

menempuh pendidikan hingga selesainya skripsi ini.

(12)

xii

6. Segenap karyawan-karyawati prodi Pendikkat yang memberikan dukungan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

7. Bapak, Ibu dan seluruh keluarga besar Lodolaleng yang selalu memberi dukungan baik materi maupun moral, semangat, motivasi dan doa, sehingga penulis dapat menempuh studi Pendikkat dengan baik dan semangat.

8. Romo Paroki Gereja St. Antonius Padua Kotabaru, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitan di Lingkungan St. Yohanes Paulus, sehingga penelitian berjalan dengan lancar.

9. Ketua lingkungan dan seluruh umat di lingkungan St. Yohanes Paulus, yang sudah bersedia membantu penulis dalam melaksanakan penelitian, sehingga penelititan berjalan dengan baik meskipun dalam situasi pandemi covid 19.

10. Serta semua orang yang tidak bisa saya sebut satu persatu yang selama ini dengan tulus memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih ada keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis terbuka menerima kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan skripsi.

Yogyakarta, 12 Agustus 2021 Penulis

Teofilus Kaleka

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

DAFTAR TABEL ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penulisan Skripsi ... 1

B. Rumusan Permasalahan ... 6

C. Tujuan Penulisan ... 6

D. Manfaat Penulisan ... 6

E. Metode Penulisan ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. GAMBARAN UMUM UPAYA MENINGKATKAN KEPEDULIAN SOSIAL UMAT KATOLIK TERHADAP KAUM MISKIN MELALUI KATEKESE ANALISIS SOSIAL ... 11

A. Katekese Analisis Sosial ... 11

1. Katekese ...

a. Pengertian Katekese ... 11

(14)

xiv

b. Tujuan Katekese ... 13

c. Unsur-unsur Katekese ... 14

2. Model Analisis Sosial ... 16

a. Pengertian Analisis Sosial ... 16

b. Dimensi Analisis Sosial ... 17

c. Kerangka Berpikir Analisis Sosial ... 20

3. Katekese Analisis Sosial ... 23

a. Pengertian Katekese Analisis Sosial ... 24

b. Langkah-langkah dalam Berkatekese Model Analisis Sosial ... 24

c. Metode Katekese Analisis Sosial ... 25

d. Metode SOTARAE ... 28

e. Kualifikasi Pendamping Katekese Analisis Sosial ... 32

B. Kepedulian Umat terhadap Kaum Miskin ... 33

1. Arti Kepedulian Sosial ... 33

a. Pengertian Kepedulian ... 33

b. Jenis-jenis Kepedulian ... 35

2. Umat Katolik ... 35

3. Pengertian Kaum Miskin ... 37

a. Kaum Miskin menurut Kitab Suci ... 37

b. Kaum Miskin menurut Ajaran Sosial Gereja ... 38

c. Kaum Miskin Jaman Sekarang... 39

4. Kepedulian Umat terhadap Kaum Miskin ... 40

5. Sintesis Katekese Analisis Sosial ... 42

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 43

A. Situasi Umum Lingkungan Yohanes Paulus Paroki Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta ... 43

1. Gambaran umum Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru ... 43

a. Sejarah Singkat Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru .... 43

(15)

xv

b. Visi dan Misi Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru ... 44

2. Gambaran Umum Umat Lingkungan Santo Yohanes Paulus Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru ... 44

a. Letak dan Situasi Geografis ... 44

b. Kondisis Ekonomi dan Sosial Umat Lingkungan Santo Yohanes Paulus Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru ... 45

c. Jumlah dan Situasi Umat Umat Lingkungan Santo Yohanes Paulus Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru .... 45

B. Penelitian tentang Upaya Meningkatkan Kepedulian Sosial Umat di Lingkungan St. Yohanes Paulus Paroki St. Antonius Padau Kotabaru, terhadap Kaum Miskin Melalui Katekese Analisis Sosial ... 46

1. Latar Belakang Penelitian ... 46

2. Tujuan Penelitian ... 48

3. Jenis Penelitian ... 48

4. Penelitian Kuantitatif ... 49

a. Variabel Penelitian ... 49

b. Hipotesis ... 50

c. Populasi dan Sampel ... 50

d. Teknik Pengumpulan Data ... 50

5. Penelitian Kualitatif ... 51

a. Jenis Penelitian ... 51

b. Sumber Data ... 51

c. Teknik Pengumpulan Data ... 51

d. Uji Keabsahan Data ... 51

6. Instrumen Penelitian ... 52

7. Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 57

a. Validitas dan Realibilitas Instrumen Penelitian ... 57

b. Deskripsi Data Penelitian ... 59

c. Uji Regresi ... 61

d. Uji Signifikansi ... 64

(16)

xvi

e. Hasil Wawancara ... 66

f. Pembahasan ... 69

BAB IV. USULAN PROGRAM PENDAMPINGAN UMAT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN RASA KEPEDULIAN UMAT KATOLIK DI LINGKUNGAN SANTO YOHANES PAULUS TERHADAP KAUM MISKIN ... 72

A. Latar Belakang Penyusunan Program ... 72

B. Pemilihan Materi Program ... 75

C. Contoh Program Pendampingan bagi Umat di Lingkungan St. Yohanes Paulus... 76

D. Contoh Satuan Persiapan Katekese Model Analisis Sosial ... 82

BAB V. PENUTUP ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 97

LAMPIRAN ... 99

Lampiran 1: Metode Kombinasi Sequential Eksploratory Design ... (1)

Lampiran 2: Tabel T... (2)

Lampiran 3: r Poduct Moment ... (3)

Lampiran 4: Kusioner Penelitian ... (4)

Lampiran 5: Hasil Pembagian Kuesioner ... (6)

Lampiran 6: Hasil Penelitian dengan Kuesioner ... (10)

Lampiran 7: Hasil Wawancara ... (12)

Lampiran 8: Lagu Pembuka dan Penutup ... (24)

(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci mengikuti Alkitab Deuterokanonika dengan pengantar dan catatan lengkap:

Perjanjian Lama:

Kel. : Keluaran Gal. : Galatia Maz. : Mazmur Perjanjian Baru Mat. : Matius Luk. : Lukas Yoh. : Yohanes

Kis. : Kisah Para Rasul Kor. : Korintus

B. Singkatan Dokumen Gereja

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja tanggal 21 November 1964.

SRS : Sollicitudo Rei Socialis, Ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang

keprihatinan sosial, 30 Desember 1987

(18)

xviii C. Singkatan-singkatan Lain

Art. : Artikel

Komkep : Komisi Kepemudaan

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia KOMKAT : Komisi Kateketik

DKU : Direktorium Kateketik Umum

Pendikkat : Pendidikan Keagamaan Katolik

(19)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Kisi-kisi untuk Pedoman Kusioner ... 53

Tabel 2 : Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 56

Tabel 3 : Validitas Kuesioner Penelitian ... 58

Tabel 4 : Rehabilitas ... 59

Tabel 5 : Deskripsi Data Penelitian ... 60

Tabel 6 : Hasil Uji Correlations ... 62

Tabel 7 : ANOVA ... 63

Tabel 8 : Hasil Uji Coefficientsa ... 63

Tabel 9 : Hasil Uji Signifikansi ... 64

Tabel 10 : Program Pendampingan bagi Umat di

Lingkungan St. Yohanes Paulus ... 76

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk Tuhan yang hidup saling berdampingan satu sama lain atau dengan kata lain manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan dan melengkapi. Begitu juga jemaat Katolik, mereka hidup saling berdampingan satu sama lain dan saling terlibat dalam kehidupan sosial dan masyarakat.

Pada jaman ini banyak terjadi persoalan yang berkaitan dengan masalah

kehidupan sosial. Ketidakadilan dan bencana yang terjadi dimana-mana. Dalam

awal tahun 2021 banyak bencana yang terjadi di negara kita, kecelakaan pesawat,

gunung meletus di Nusa Tenggara Timur, Longsor di Sumedang, dan banjir di

Manado [Tidak Sampai Tiga Pekan di Awal 2021, Bencana Alam Hantui

Indonesia,

https://www.dw.com/id/awal-2021-indonesia-dihantui-bencana-alam

(15 Januari 2021)]. Fakta tersebut menunjukkan bahwa saat ini kondisi hidup

masyarakat semakin miskin. Ditambah lagi saat ini kita berada dalam situasi

pandemi Covid 19 yang begitu merambat kesegala aspek kehidupan kita. Banyak

orang yang kehilangan pekerjaan akibat PHK dari perusahaan dan tempat kerja

mereka. Ketika kehilangan pekerjaan, mereka mencari pekerjan lain agar dapat

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari [Jokowi Sorot Banyak Orang Kehilangan

Pekerjaan Saat Corona, CNN Indonesia (22 Februari 2021)]. Fakta terjadi bahwa

banyak orang mencari pekerjaan lain untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup

(21)

mereka. Hal ini sangat miris terutama bagi mereka yang berada di tataran ekonomi kelas menengah ke bawa. Selain itu kita bisa melihat bahwa para tukang becak yang begitu sulit memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Terkadang mereka hanya menunggu ada yang memberikan makan agar bisa dimakan pada hari itu. Tentu hal ini menjadi sesuatu yang memprihatinkan ditambah lagi saat ini sedang dalam masa pandemi Covid 19. Banyak orang miskin mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada bulan Desember 2020 di Lingkungan St. Yohanes Paulus Paroki St. Antonius Padua Kotabaru, terlihat bahwa di Lingkugan St. Yohanes Paulus belum sepenuhnya umat yang memiliki rasa kepedulian dengan orang di sekitar mereka. Adapun umat yang sudah menunjukkan rasa kepedulian bagi kaum miskin. Wujud konkretnya yang dilakukan oleh sebagian umat yakni dengan memberikan bantuan berupa sembako bagi umat yang membutuhkan, dan memberikan sumbangan bagi kaum miskin.

Akan tetapi masih ada keprihatinan di Lingkunga St. Yohanes Paulus bahwa umat belum sepenuhnya memiliki keprihatinan bagi kaum miskin dan juga masih lemahnya kesadaran umat untuk peduli kepada sesama, terutama dalam situasi masa pandemi Covid 19 ini. Oleh karena itu perlu adanya usaha agar umat di Lingkungan St. Yohanes Paulus semakin memiliki rasa kepedulian dan kesadaran untuk terlibat langsung membantu umat yang miskin.

Dari realita yang ada, diharapkan adanya suatau usaha yang dapat

membantu umat Katolik untuk semakin membangun rasa kepeduliannya dan

terbuka untuk semakin melayani kaum miskin. Melayani orang miskin bukan

(22)

hanya merupakan tindakan saja, tetapi jugu menciptakan perubahan dan mendatangkan berkat dalam hidup mereka (Widharsana & Hartono, 2017:635).

Untuk itu, sebagai umat Katolik diharapkan untuk semakin memberikan kepedulian, pelayanan bagi sesama yang membutuhkan dan menciptakan perubahan dalam kehidupan mereka. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan suatu proses Katekese. Katekese sebagai salah satu upaya untuk mendorong terjadinya perubahan, yakni dengan memberikan penyadaran bagi setiap orang akan pentingnya keterlibatan untuk membangun masyarakat yang lebih manusiawi. Suatu proses katekese seharusnya dapat membantu setiap orang untuk mengalami panggilannya sebagai murid Kristus yang melayani setiap orang dengan sepenuh hati. Katekese diharapkan dapat menjadi suatu proses komunikasi iman yang dapat menciptakan pembaharuan hidup bagi setiap orang. (Yakobus 2:

14-26) Iman seharusnya menjadi iman yang “hidup dan terlibat”. Dengan demikian katekese mampu mendorong umat untuk semakin memiliki kesadaran dan kepedulian bagi kaum miskin dan membangun penyadaran bagi setiap pribadi untuk semakin terlibat dalam kehidupan masyarakat yang ada di sekitarnya.

Dalam Ensiklik Paus Paulus VI, Octogesima Adveniens (Panggilan untuk

bertindak) juga mengajak seluruh anggota Gereja dan seluruh bangsa untuk

bertindak untuk memerangi kemiskinan (Riyanto, 2014:44). Artinya bahwa setiap

orang diajak dan didorong untuk semakin bertindak dan aktif dalam

memperjuangkan nilai-nilai keadilan sosial. Hal ini juga diungkapkan dalam

amanat PKKI IX, yang lebih menekankan katekese terhadap masyarakat yang

tertekan [Kotan, (2008). “Pertemuan Kateketik antar-Keuskupan se-Indonesia Ke

(23)

IX” https://komkat-kwi.org]. Artinya bahwa katekese lebih mementingkan martabat manusia dan kemiskinan, sehingga melalui katekese, umat semakin dimampukan untuk meningkatkan rasa kepedulian bagi kaum yang miskin dan lemah. Melalui kegiatan berkatekese, setiap umat saling berbagi pengalaman bersama dan akan berujung pada aksi nyata sebagai bentuk tanggapan dari proses katekese yang telah dilaksanakan. Untuk itu perlu sebuah katekese yang lebih menekankan pada aksi nyata dan tindakan pelayanan. Salah satu katekese yang cocok yang dapat membantu umat untuk semakin meningkatkan rasa kepedulian terhadap kaum miskin, yakni dengan menggunakan Katekese Analisis Sosial.

Katekese Anlisis Sosial mendorong agar terjadinya perubahan dalam masyarakat ke arah yang lebih manusiawi. Artinya bahwa Katekese Analisis Sosial lebih kepada sebuah tindakan perubahan bagi masyarakat. Dalam Katekese Analisis Sosial, membantu umat untuk semakin menaruh kepedulian terhadap masalah masyarakat, belajar dari Sabda Allah, dan memahami masalah masyarakat dalam terang Sabda Tuhan.

Metode yang digunakan dalam Katekese Analisis Sosial adalah metode SOTARAE (Situasi, Obyek, Tema, Analisis, Rangkuman, Aksi dan Evaluasi).

Katekese SOTARAE memiliki 7 bagian penting dalam menganalisis masalah

kemudian diwujudkan dalam aksi nyata (KOMKAT KWI, 1997: 57-72). Metode

SOTARAE dilihat sebagai metode yang memberikan pendidikan penyadaran

rohani yang dapat membantu umat untuk semakin peka dan peduli dengan situasi

sekitar. Untuk itu dalam metode SOTARAE, pemilihan dokumen harus sesuai

dengan permasalahan dan tema yang dibahas. Kemudian peserta diajak untuk

(24)

mengutarakan makna dari dokumen tersebut sehingga dapat memilih tema dan menganalisisnya. Dari analisis tersebut kemudian peserta merangkum dan membuat aksi nyata sesuai dengan permasalahan dan keprihatinan sosial yang ada.

Aksi nyata dari katekese ini sebagai bentuk tanggapan dan wujud konkret umat dalam mewujudkan rasa kepedulian sosial bagi mereka yang miskin dan lemah.

Umat di Lingkungan St. Yohanes Paulus sebagai penggerak dalam pelaksanaan katekese ini. Katekese Analisis Sosial sebagai upaya untuk membantu umat di Lingkungan St. Yohanes Paulus dalam melayani orang-orang yang miskin dan lemah. Umat lingkungan dimampukan untuk semakin meningkatkan rasa kepedulian sosial untuk berbagi kasih bagi mereka yang membutuhkan terutama yang miskin dan lemah. Pengajaran iman Katolik menjelaskan bahwa iman yang diwujudkan melalui perbuatan, dan perhatian serta kepedulian kepada orang miskin merupakan salah satu perwujudan iman yang paling utama dalam hidup kita sebagai umat beriman (Widharsana & Hartono, 2017:639).

Diharapkan melalui Katekese Analisis Sosial setiap umat didorong untuk menyadari akan situasi sosial yang ada dalam masyarakat dan membantu umat untuk semakin meningkatkan rasa kepedulian sosial terhadap kaum miskin.

Dengan melihat permasalahan yang ada penulis mengajukan skripsi dengan judul

“UPAYA MENINGKATKAN KEPEDULIAN SOSIAL UMAT DI

LINGKUNGAN SANTO YOHANES PAULUS PAROKI SANTO ANTONIUS

PADUA KOTABARU TERHADAP KAUM MISKIN MELALUI KATEKESE

ANALISIS SOSIAL”.

(25)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksudkan dengan Katekese Analisis Sosial?

2. Bagimana Katekese Analisis Sosial sudah dilaksanakan dan kepedulian umat di Lingkungan St. Yohanes Paulus, Paroki St. Antonius Padua Kotabaru terhadap kaum miskin.

3. Usaha apa saja yang dapat diupayakan untuk meningkatkan kesadaran dan rasa kepedulian sosial, umat di Lingkungan St. Yohanes Paulus, Paroki St. Antonius Padua Kotabaru terhadap kaum miskin.

C. TUJUAN PENULISAN

1. Membantu Umat Katolik di Lingkungan St. Yohanes Paulus dalam memahami dan memberikan pengertian tentang Katekese Analisis Sosial, sehingga umat dapat mengikuti proses katekese dengan baik.

2. Untuk mengetahui, apakah Katekese Analisis Sosial dapat membantu umat di Lingkungan St. Yohanes Paulus, Paroki St. Antonius Padua Kotabaru dalam meningkatkan kepedulian terhadap kaum miskin.

3. Memberikan sumbangan pemikiran usulan program berupa kegiatan pendampingan pendalaman iman dengan Katekese Analisis Sosial, sehingga umat semakin meningkatkan kesadaran dan rasa kepedulian bagi kaum miskin.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi umat di Lingkungan St. Yohanes Paulus

Tulisan ini diharapakan mampu membantu umat dalam meningkatkan

kesadaran dan rasa kepedulain sosial dan semakin memampukan umat di

(26)

Lingkungan St. Yohanes Paulus untuk semakin melayani sesama, terutama yang miskin dan lemah.

2. Bagi penulis

Hasil tulisan ini dapat memberi masukan dan pengetahuan baru bagi penulis dan membantu penulis untuk mengetahui tentang adanya rasa kepedulian umat di Lingkungan St. Yohanes Paulus, Paroki St. Antonius Padua Kotabaru terhadap kaum miskin.

E. METODE PENULISAN

Dalam penulisan skripsi, metode yang digunakan adalah deskriptif analisis.

Penulis menggunakan metode ini untuk membantu memberikan gambaran dan data secara komprehensif, sejauh mana katekese Analisis Sosial dapat meningkatkan kesadaran dan rasa kepedulian umat Lingkungan St. Yohanes Paulus, Paroki St.

Antonius Padua Kotabaru terhadap kaum miskin. Penulis juga mencoba memahami apa itu Katekese Analisis Sosial dan kepedulian sosial, serta realita dan teori yang ada serta hambatan yang harus dihadapi. Kemudian penulis mengusulkan program kegiatan pendampingan Katekese bagi umat di Lingkungan St. Yohanes Paulus.

Untuk memperoleh data, penulis menggunakan instrumen penelitian

melalui wawancara dan kuesioner. Wawancara dilakukan secara langsung dengan

umat Lingkungan St. Yohanes Paulus untuk menganalisa dan mengetahui keadaan

umat dan juga memperoleh data sejauh mana Katekese Analisis Sosial dan

membantu umat dalam meningkatkan rasa kepedulian bagi kaum miskin. Selain itu

penulis juga menggunakan kuesioner untuk memperoleh data sejauh mana

(27)

Katekese Analisis Sosial dan membantu umat dalam meningkatkan rasa kepedulian bagi kaum miskin. Kuesioner dilakukan secara tertutup dengan membagikan kepada masing-masing peserta, saat selesai melaksanakan kegiatan ketekese yang pertama.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Gambaran umum yang dibahas dari tulisan ini dirincikan secara sitematika penulisan sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan

Pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II: Gambaran Umum Upaya Meningkatkan Kepedulian Sosial Umat Katolik Terhadap Kaum Miskin Melalui Katekese Analisis Sosial

Dalam bab II ini bagian pertama membahas Katekese Analisis Sosial. Pada

bagian ini penulis mengurai katekese yang termuat di dalamnya ada pengertian

katekese, tujuan katekese, unsur-unsur katekese dan perkembangan katekese PPKI

IV. Selain itu penulis juga menguraikan Katekese Analisis Sosial yang termuat di

dalamnya ada pengertian dan kerangka berpikir analisis sosial. Berikutnya penulis

menguraikan Katekese Analisis Sosial yang termuat di dalamnya pengertian

Katekese Analisis Sosial, unsur-unsur Katekese Analisis Sosial, langkah-langkah

dalam Katekese Analisis Sosial, Metode Katekese Analisis Sosial dan kualifikasi

pendamping Katekese Analisis Sosial.

(28)

Bagian kedua membahas Kepedulian Umat Katolik terhadap Kaum Miskin.

Pada bagian ini penulis menguraikan arti kepedulian sosial, umat katolik, pengertian kaum miskin yang termuat di dalamnya kaum miskin menurut Kitab Suci, kaum miskin menurut Ajaran Sosial Gereja dan kaum miskin zaman sekarang.

Selanjutnya membahas kepedulian umat terhadapa kaum miskin. Bagian terakhir membahas sintesis Katekese Analisis Sosial.

Bab III: Upaya Meningkatkan Kepedulian Sosial, Umat di Lingkungan St.

Yohanes Paulus Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Terhadap Kaum Miskin Melalui Katekese Analisis Sosial

Di dalam bab ini penulis membahas penelitian yang dilakukan. Mulai dari pemahaman tentang Katekese Analisis Sosial sampai pada upaya meningkatkan kepedulian sosial umat di Lingkungan St. Yohanes Paulus paroki St. Antonius Padua Kotabaru, terhadap kaum miskin yang meliputi: letak geografis, situasi umum umat paroki, gambaran umum mengenai umat di lingkugan St. Yohanes Paulus. Setelah itu disampaikan proses penelitian tentang Katekese Analisis Sosial sebagai salah satu upaya meningkatkan kepedulian sosial, umat di Lingkungan St.

Yohanes Paulus paroki St. Antonius Padua Kotabaru, terhadap kaum miskin yang terdiri dari: latar belakang penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian dengan menggunakan wawancara dan kuesioner.

Kemudian membahas hasil penelitan yang berkaitan dengan identitas responden,

katekese analisis sosial dengan menggunakan metode SOTARAE dan pelaksanaan,

dan penarikan kesimpulan

(29)

Bab IV: Usulan Program Pendampingan Umat dalam Upaya Meningkatkan Rasa Kepedulian Umat Katolik di Lingkugan St. Yohanes Paulus terhadap Kaum Miskin melalui Katekese Analisis Sosial

Bab ini berisi latar belakang penyusunan program, pemilihan program, contoh program pendampingan bagi Umat Katolik, contoh satuan persiapan Katekese Analisis Sosial bagi umat Katolik di Lingkungan St. Yohanes Paulus untuk meningkatkan rasa kepedulian terhadap kaum miskin.

BAB V: Penutup

Bab ini berisi penutup yang mencakup kesimpulan dan saran.

(30)

BAB II

GAMBARAN UMUM UPAYA MENINGKATKAN KEPEDULIAN SOSIAL UMAT KATOLIK TERHADAP KAUM MISKIN

MELALUI KATEKESE ANALISIS SOSIAL

A. Katekese Analisis Sosial

Sebelum kita membicarakan Katekese Analisis Sosial, kita akan melihat terlebih dahulu katekese secara umum dan analisis sosial itu sendiri.

1. Katekese

a. Pengertian Katekese

Katekese pada umunya dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman bagi orang yang sudah dibaptis agar semakin dewasa dalam imannya. Katekese merupakan salah satu bentuk pelayanan sabda, yang bertujuan membuat iman umat hidup, dasar, dan aktif lewat cara pengajaran (DKU. 17).

Pengertian ini diperoleh dari Kitab Suci yaitu dalam Lukas 1:4 (diajarkan), Kisah Para Rasul 18:25 (pengajaran dalam jalan Tuhan), 1Kor 14:19 (untuk mengajar orang lain), Galatia 6:6 (pengajaran). Untuk itu katekese menjadi hal yang penting dalam kedewasaan iman Katolik.

Menurut CT 18, “Katekese sebagai pembinaan iman dari anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa yang dilaksanakan secara organis dan sistematis agar dapat mengantar seluruh umat untuk mencapai kepenuhan hidup imannya”.

Artinya katekese juga dapat diberikan kepada seluruh umat, dengan harapan bahwa katekese dapat membantu setiap umat untuk semakin dewasa dalam imannya.

Katekese kembali ditegaskan oleh Adisusanto (2000:7) mengatakan bahwa,

(31)

Katekese dilihat sebagai permulaan perjumpaan antar pribadi, karena sabda Allah bukan sesuatu melainkan Seseorang, sehingga katekese dapat memberikan perjumpaan yang bersifat pribadi antara umat beriman.

PKKI (Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia) I merumuskan bahwa katekese adalah usaha saling menolong terus-menerus dari setiap orang sebagai wujud mendalami hidup pribadi dan bersama menurut pola Kristus menuju kepada hidup Kristiani yang utuh (KOMKAT KWI, 2010: 207). Sedangkan hasil akhir dan rekomendasi PKKI X menegaskan bahwa katekese tetap setia mempertahankan jati dirinya sebagai pelayanan pewartaan sabda di tengah masyarakat yang berbudaya, berpikir dan bertindak secara digital [Kotan, (2008).

“Pertemuan Kateketik antar-Keuskupan se-Indonesia Ke IX” https://komkat- kwi.org]. Hal ini kembali ditegaskan bahwa katekese juga dipandang sebagai perkembangan manusia seutuhnya. Artinya bahwa katekese merupakan sabda Allah yang membebaskan dan menyelamatkan seluruh aspek kehidupan manusia (Adisusanto, 2000: 11). Melalui Katekese setiap peserta menjalin relasi dengan peserta lain dan saling meneguhkan dan menghayati setiap pengalaman hidup mereka, sehingga peserta semakin menyadari kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui komunikasi iman, setiap peserta semakin memperkaya pengalaman

hidup imannya. Komunikasi iman sebagai gambaran bahwa manusia sebagai

makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Karena dalam

berkatekese setiap pengalaman hidup orang lain dapat memperkaya pengalaman

hidupnya sendiri. Katekese membantu setiap umat untuk semakin mengenal setiap

(32)

pribadi yang ada di sekitarnya. Mengenal dapat mendorong setiap umat untuk semakin bertanggungjawab, sadar, dan peduli terhadap orang lain. Dengan demikian, komunikasi iman membawa peserta untuk semakin berkembang dalam kehidupan imannya dan merasakan kehadiran Kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan mereka.

b. Tujuan Katekese

KOMISI KATEKETIK KWI (2010: 219) menegaskan tujuan dari katekese (komunikasi iman ) yaitu:

1) Dalam terang Injil, kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari.

2) Kita bertobat dan semakin menyadari kehadiranNYA dalam kenyataan hidup Kristiani sehari-hari.

3) Dengan bertobat kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih, dan semakin dikukuhkan hidup Kristiani kita.

4) Kita juga semakin bersatu dengan Kritsus dan semakin kokoh dalam hidup dan tugas menggereja.

5) Kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat.

Pada intinya katekese bertujuan dalam mengembangkan iman, penghayatan

dan pengertian tentang misteri Kristus dalam cahaya firman Allah, sehingga seluruh

pribadi manusia diserapi oleh firman itu (CT 20). Artinya tujuan katekese,

membantu umat untuk semakin mengembangkan dan mendewasakan imannya.

(33)

Selain itu, katekese dapat membantu setiap orang saling berkontak, berdialog, dan saling membangun kesatuan dan kemesraan dengan Yesus Kristus.

c. Unsur-unsur Katekese

Berdasarkan hasil Pertemuan Kateketik Keuskupan se-Indonesia (PKKI) III unsur-unsur katekese umat adalah (Lalu, 2007: 17-18):

1) Unsur dan proses menyadari pengalaman hidup

Katekese Umat sebagai komunikasi iman merupakan proses kesaksian dan berpangkal pada apa yang sungguh dialami (Lalu, 2007:17). Oleh karena itu, katekese harus bertolak dari pengalaman konkret peserta, termasuk di dalamnya adalah situasi hidup aktual dalam masyarakat itu.

2) Unsur dan proses menyadari komunikasi pengalaman iman dalam terang Kitab Suci

Pengalaman konkret peserta dipadukan dengan pengalaman iman melalui terang Kitab Suci (Lalu, 2007:18). Yang dimaksud di sini adalah bahwa umat dapat melihat campur tangan Tuhan dalam pengalaman manusiawinya.

3) Unsur dan proses menyadari komunikasi dengan tradisi Iman Kristiani

Iman kita didasari oleh pribadi Yesus Kristus sendiri dan iman para Rasul akan

Dia sebagai Penyelamat (Lalu, 2007:18). Komunikasi iman tidak bisa terlepas

dari kesaksian para Rasul seperti terungkap dalam Kitab Suci dan dihayati oleh

Gereja sepanjang masa. Oleh karena itu, komunikasi iman juga menyangkut

ajaran Kristiani yang dimengerti secara luas sebagai tradisi, spiritualitas, liturgi

dan segala praktik hidup Gereja yang menampakkan Kristus.

(34)

4) Unsur dan proses menyadari arah keterlibatan baru

Katekese Umat sebagai komunikasi iman harus menolong para peserta katekese untuk mengalami panggilan mereka dan menjalankan pengutusan mereka (Lalu, 2007: 18). Untuk itu komunikasi iman terarah pada pembaharuan hidup dan keterlibatan kelompok umat dalam pengembangan masyarakat. Hal ini perlu diungkapkan dalam bentuk perencanaan yang konkret sampai pada pelaksanaannya.

Hal ini kembali lagi ditegaskan oleh PKKI IV, di mana PKKI IV menjadi awal dalam membawa suatu wawasan baru yang menantang suatu perubahan strategi dalam berketekese. PKKI IV mau mempelajari kemungkinan bagimana Katekese Umat dapat membina iman umat yang terlibat dalam masyarakat, sehingga dalam katekese terjadi komunikasi iman antara umat baik secara formal maupun informal, dan diharapkan iman umat akan Yesus Kristus semakin mendalam, mantap, dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, terhadap umat, maupun terhadap masyarakat (Lalu, 2007:21). Katekese Umat sebagai komunikasi iman dilaksanakan dalam berbagai bentuk dan metode. Katekese Umat tidak terikat pada satu bentuk atau metode karena metode/bentuk sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi setempat.

Untuk mewujudkan katekese yang membina iman untuk terlibat dalam

masyarakat, maka perlu melihat beberapa pokok-pokok mengenai arti iman yang

terlibat dalam masyarakat itu, antara lain (Lalu, 2007:23):

(35)

1) Iman yang ditandai sikap sederhana, misalnya memperhatikan lingkungan sekitar.

2) Iman yang bercorak missioner, yang berarti lebih memberikan perhatian pada mereka yang lemah dan terdesak serta mendampingi mereka untuk mengatasi kesulitan hidup mereka.

3) Iman yang memperjuangkan kelestarian lingkungan dan kekayaan alam.

4) Iman yang mendorong setiap orang untuk melayani setiap orang disekitarnya dan mewujudkan Kerajaan Allah di tengah-tengah mereka.

Penghayatan iman Kristiani atau kesaksian iman terjadi dalam kenyataan sosial konkret. Dalam kenyataan sosial itu muncullah masalah-masalah sosial.

Untuk menangkap kenyataan sosial tersebut secara luas, suatu analisis sosial diperlukan (Lalu, 2007: 24). Dengan demikian, dalam kaitan dengan tujuan katekese: membina iman yang sungguh terlibat dan bertanggung jawab dalam kenyataan sosial, analisis sosial mutlak perlu diusahakan sebagai titik tolak dan mewarnai proses katekese. Sudah waktunya Gereja terlibat langsung dalam kehidupan masyarakat, sehingga Gereja dapat mewujudkan Kerajaan Allah di tengah-tengah umat. Dengan demikian arah katekese akan menjadi semakin memasyarakat iman.

2. Model Analisis Sosial a. Pengertian Analisis Sosial

Analisis Sosial merupakan usaha untuk menganalisis sesuatu keadaan atau

masalah sosial secara objektif, sehingga dapat diarahkan untuk memperoleh

(36)

gambaran lengkap mengenai situasi sosial dan mendalami fenomena-fenomena sosial, kaitan-kaitan aspek politik, ekonomi, budaya dan agama. Melalui analisis sosial akan diketahui sejauh mana terjadi perubahan sosial, bagaimana institusi sosial yang menyebabkan masalah-masalah sosial, dan juga dampak sosial yang muncul akibat masalah sosial [Analisa Sosial (Ansos) Dan Metode Swot. (2010).

http://pmiisyariah-sunanampel.blogspot.com/2010/04/analisis-sosial.html].

Analisis Sosial menunjuk pada usaha untuk mendapatkan pemahaman tentang situasi sosial dengan menelaah kondisi serta kaitan antara fakta historis dan struktural [Apriando, (2012), “Materi Analisis Sosial”. https://www.slide share.net/Profesi Randi/materi-analisis-sosial]. Secara lebih rinci Analisis Sosial berusaha untuk mendapatkan gambaran persoalan terutama tentang: permasalahan sosial, struktural, kultural, dan historis, sehingga dari permasalahan tersebut memungkinkan setiap orang untuk memahami realitas sosial yang dihadapi untuk selanjutnya dicari solusi permasalahannya. Hal ini kembali ditegaskan, menurut Utama (2018:184), Analisis Sosial adalah suatu usaha untuk mempelajari struktur sosial yang ada, yakni meliputi institusi ekonomi, politik, agama, budaya dan keluarga, sehingga kita dapat mengetahui sejauh mana institusi tersebut menyebabkan ketidakadilan sosial.

b. Dimensi Analisis Sosial

Prior dalam Lalu (2007: 107-109) mengatakan bahwa ada lima dimensi

Analisis Sosial yaitu:

(37)

1) Dimensi Ekonomis

Mulai dari menggambarkan bagaimana kenyataan ekonomis dari situasi, yang di dalamnya masyarakat menemukan dirinya. Pengalaman menunjukkan apabila suatu kelompok menganalisa suatu dimensi secara sistematis, maka akan diperoleh penemuan-penemuan baru. Penting juga untuk menempatkan analisa yang bergerak dari tingkat lokal ke regional, dari regional ke nasional, dan dari tingkat nasional ke international. Hal ini dilakukan guna memahami secara menyeluruh sifat saling memengaruhi yang terjadi pada dimensi ekonomi ini. Dimensi ekonomi dalam banyak hal sangat fundamental dan memengaruhi apa yang terjadi pada dimensi-dimensi lain.

2) Dimensi Politik

Dimensi ini berkaitan dengan penggunaan kekuasaan di dalam masyarakat,

siapa yang menentukan undang-undang dan melaksanakannya dan demi

keuntungan siapa. Yang terpenting ialah kenyataan ketidakadilan yang begitu

biasa dalam politik. Konsep kristiani mengajak setiap orang orang

berpartisipasi dalam membentuk masyarakat mereka bagi keuntungan semua

orang. Bila partisipasi ini ditantang, hal ini menjadi problem pastoral, karena

akan terjadi dehumanisasi (perilaku merendahkan martabat orang lain). Proses

dehumanisasi dalam masyarakat menyebabkan mereka bersikap sebagai

penerima pasif terhadap keputusan-keputusan orang lain dan mempersulit

mereka untuk menjadi manusia yang matang dan karena itu juga sulit untuk

sampai pada suatu jawaban yang penuh iman.

(38)

3) Dimensi Sosial.

Dimensi sosial lebih mengarah pada perhatian terhadap kelompok-kelompok basis yang membentuk masyarakat, yakni kelompok petani, pekerja/buruh, tuan-tuan tanah dan kelompok orang kaya pada umumnya. Perhatian juga terhadap realitas kelas-kelas, masyarakat, struktur keluarga, persekolahan, pemeliharaan kesehatan, dan sistem legal. Oleh karena itu katekese hendak mengarahkan minatnya untuk melihat bagaimana faktor-faktor ini membentuk manusia yang dipanggil kepada kebebasan dan kematangan melalui rahmat Kristus.

4) Dimensi Kultural

Dimensi ini secara mendasar lebih berhubungan dengan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat dan nilai-nilai yang meresap lebih jauh di dalam motivasi mereka, misalnya mereka bertindak menurut cara yang mereka biasa bertindak.

5) Dimensi Religius

Dimensi ini berkaitan dengan keyakinan setiap orang, kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan, penghayatan, pengetahuan agama, serta pengalaman dan konsekuensinya.

Lalu (2007:110) mengatakan bahwa dari lima dimensi tersebut ada tiga pendekatan yang digunakan untuk menganalisis dimensi-dimensi Analisa Sosial.

Pertama, pendekatan analisis fenomenalis-historis, yakni menempatkan problem

yang sedang diselidiki dalam konteks sejarah seturut pandangan masyarakat

setempat yang dibandingkan dengan dokumen-dokumen seperlunya. Analisis ini

(39)

ditempatkan dalam konteks sejarah perjuangan masyarakat. Analisa ini dimunculkan dari pengikut-sertaan dalam kecemasan dan pengharapan yang telah dialami selama ini. Kedua, pendekatan analisis struktural-budaya. Analisis dapat dipahami sebagai sistem pemahaman budaya di balik pengalaman masyarakat yang dipakai oleh orang setempat untuk menafsirkan pengalaman dan menata tingkah lakunya. Yang dianalisis misalnya, simbol-simbol bahasa, tingkah laku, dan benda.

Ketiga, pendekatan analisis sosiologis untuk meneliti situasi seturut golongan- golongan masyarakat. Contohnya, golongan tua dan muda, pria dan wanita, desa dan kota, petani, buruh, pedagang, orang kebanyakan, dan orang elite.

c. Kerangka Berpikir Analisis Sosial

Ada 2 model yang sering melatarbelakangi orang dalam mendekati masalah-masalah sosial, yaitu:

1) Model konsensus

Menurut model konsensus struktur sosial yang ada merupakan hasil konsensus bersama anggota masyarakat, perjanjian dan pengakuan bersama akan nilai-nilai. Setiap masyarakat pada hakekatnya teratur dan stabil disebabkan karena adanya kultur bersama yang meliputi nilai-nilai, norma, dan tujuan yang hendak dicapai, dianut dan dihayati oleh masyarakat (Utama, 2018: 109) Artinya bahwa model konsensus membantu agar tata sosial dalam masyarakat tetap stabil. Oleh karena itu, masalah sosial dinilai sebagai penyimpangan dari nilai-nilai dan norma-norma bersama karena dianggap membahayakan stabilitas sosial dan penyelesaiannya selalu.

Ada dua ideologi yang melatarbelakangi model konsensus yaitu:

(40)

a) Ideologi Konservatif

Kaum konservatif sangat menjunjung tinggi struktur sosial. Demi tegaknya struktur sosial tersebut menurut kaum konservatif otoritas dinilai sangat hakiki. Adanya perbedaan tingkat sosial ini disebabkan karena perbedaan di antara individu dengan bakat yang berbeda. Setiap orang harus berkembang sesuai dengan bakat dan pembawaannya. Karenanya sudah sewajarnya kalau ada perbedaan dalam tingkat prestasi yang menuntut masyarakat untuk memberi imbalan dan balas jasa yang berbeda. Prestasi yang berbeda dan hak untuk mendapat balas jasa yang berbeda merupakan dasar adanya hak milik pribadi. Ideologi konservatif juga memandang masalah kemiskinan sebagai kesalahan pada orang miskin sendiri. Orang miskin dinilai pada umumnya bodoh, malas, tidak memiliki motivasi untuk berprestasi tinggi, tak punya keterampilan, dan melihat kemiskinan disebabkan oleh pribadinya sendiri dan menganggap bahwa mereka gagal dan menyimpang dari struktur sosial. Hal ini dikarenakan kaum konservatif selalu memandang positif terhadap struktur sosial yang ada. [Aran, (2013), “Struktur Sosial dan Analisis Sosial”. http://alfonsus mudiaran.blogspot.com/2013/09/ katekese-umat2].

Pada umumnya kaum konservatif tidak memandang masalah

kemiskinan sebagai masalah yang serius dan mengangap bahwa masalah

kemiskinan akan terselesaikan dengan sendirinya. Dalam jangka panjang

proses sosial yang natural akan berjalan dan menguntungkan kepentingan

semua anggota masyarakat. Karenanya, kaum konservatif tidak mendukung

adanya campur tangan pemerintah untuk mengatasi kemiskinan.

(41)

b) Ideologi Liberal

Liberalisme memandang manusia sebagai yang digerakkan oleh motivasi kepentingan ekonomi pribadi dan liberalisme mempertahankan hak manusia untuk mencapai cita-cita pribadinya dan memberikan kebebasan akan hak-hak pribadi dan melindungi individu-individu terhadap kesewenangan negara. Kemiskinan dipandang sebagai suatu masalah yang perlu diselesaikan.

Mereka berpendapat bahwa orang miskin dapat mengatasi kemiskinannya yaitu, dengan memberikan pelayanan-pelayanan, membuka kesempatan- kesempatan kerja baru, membangun perumahan dan menyebarluaskan pendidikan [Rita, (2015). “Analisis Sosial dan Katekese Umat”. http:// ariririta.

Blogspot .com/ 2015/ 04/ analisa- sosial- dalam- katekese -umat. Html].

Kaum liberal ini mempunyai pandanngan yang optimis. Orang miskin perlu mengalami perubahan agar mereka terbebas dari kemiskinan. Untuk itu perlu adanya perubahan terhadap lingkungan dan situasi hidup mereka yang meliputi, dihapuskannya diskriminasi dalam mencari kerja, perumahan, dan pendidikan. Perlu juga diciptakannya lapangan-lapangan kerja dan latihan- latihan ketrampilan dan diperbaikinya pelayanan-pelayanan lainnya. Tentu hal ini membantu orang miskin untuk mengalami perubahan dalam hidupnya.

Kedua ideologi ini mempertahankan struktur sosial yang sudah ada.

Dalam memandang kemiskinan ada perbedaan antara kaum konservatif dan

liberal. Konservatif cenderung menyalahakan orang miskin dan memandang

secara pesimis, sedangkan kaum liberal memandang orang miskin secara

optimis dan melihat bahwa orang miskin memiliki kesempatan untuk berusaha

(42)

untuk sebuah perubahan. Selain itu, kaum konservatif lebih cenderung membiarkan orang miskin berusaha sendiri, sedangkan liberal bersifat membantu dan mendukung.

2) Model Konflik

Model konflik ini sebagai struktur sosial yang ada sebagai hasil pemaksaan sekelompok kecil anggota masyarakat terhadap mayoritas warga masyarakat. Jadi, struktur sosial bukanlah hasil konsensus seluruh warga apalagi persetujuan bersama mengenai nilai-nilai dan norma-norma [Rita, (2015). “Analisis Sosial dan Katekese Umat”. http:// ariririta. Blogspot .com/

2015/ 04/ analisa- sosial- dalam- katekese -umat. Html]. Model ini memandang positif perubahan-perubahan dan konflik sebagai sumber-sumber potensial bagi perubahan sosial yang progresif. Penganut model ini selalu mempertanyakan struktur sosial yang sudah ada dan menganggapnya sebagai penyebab kemiskinan (Utama, 2018:194). Maka, persoalan kultur dan mentalitas orang miskin tidak menarik perhatian para penganut model konflik, sebab persoalan kultur orang miskin dianggap tidak mempersoalkan secara mendasar struktur ekonomi dan kekuasaan politik yang sudah ada. Model konflik ini selalu mempersoalkan struktur sosial yang ada dan dianggap sebagai titik tolak dari kemiskinan yang terjadi di masyarakat.

3. Katekese Analisis Sosial

Pada bagian ini ingin menjelaskan mengenai katekese analisis sosial itu

sendiri dengan pokok-pokok dalam katekese analisis sosial, beserta dengan metode

yang cocok untuk digunakan dalam katekese analisis sosial.

(43)

a. Pengertian Katekese Analisis Sosial

Katekese Analisis Sosial dilihat sebagai suatu usaha berkatekese yang secara eksplisit berpangkal pada pengalaman kontekstual dan membantu penghayatan iman dalam konteks itu (Utama, 2018:182). Katekese ini sangat diperlukan karena penghayatan iman yang terjadi lebih menekankan pada situasi konkret. Untuk itu ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam Katekese Analisis Sosial. Pertama, katekese terbuka pada analisis hidup dalam Gereja maupun masyarakat, sehingga penghayatan iman sungguh-sunguh terjadi dalam realita kehidupan. Kedua, bekerjasama dengan ilmu pengetahuan, sehingga dapat mempertanggungjawabkannya secara ilmiah. Ketiga, mampu berdialog dengan tradisi Kristiani yakni berlandasan pada Yesus Kristus sendiri. Pada intinya bahwa Katekese Analisis Sosial harus bersifat terbuka melihat ketidakadilan dalam masyarakat secara kritis dan membangun. Dengan demikian Katekese Analisis Sosial membantu setiap orang dalam memahami dan mengetahui segala permasalahan yang ada dalam masyarakat dan bersama-sama membantu untuk melakukan sebuah perubahan dalam masyarakat ke arah yang lebih baik.

b. Langkah-langkah dalam berkatekese model Analisis Sosial

Ada 8 langkah yang perlu diperhatikan dalam Katekese Analisis Sosial [Tjahaja, (2010).”Katekese Sosial”. http://www. Iman katolik.or.id/ katekese- sosial-ansos.html]:

1) Pemetaan masalah (melalui dokumen tertentu: cergam, kasus, caset. dll)

(44)

2) Menanggapi dokumen yang telah dibaca dan dicermati bersama. Dalam dokumen tersebut tergambarkan permasalahan yang ada.

3) Mengungkapkan isi atau fakta dokumen secara lengkap/sejelas mungkin 4) Peserta nantinya bisa menemukan tema-tema persoalan atau pembicaraan

yang muncul dari dokumen yang ditampilkan, serta memilih 1 pokok persoalan yang dirasa paling mendesak dengan berpedoman pada dokumen yang ada.

5) Bersama menemukan peristiwa atau masalah yang dijumpai dalam masyarakat dan masalah tersebut berkaitan dengan tema pembicaraan yang ada, sehingga kemudian dapat menganalisis permasalahan tersebut. Dalam menganalisis permasalahan yang perlu diperhatikan adalah masalah apa yang terjadi, akibat dari permasalahan dan apa yang menjadi penyebab dari permasalahan tersebut.

6) Menjelaskan hasil analisa langkah-langkah

7) Memilih dan merenungkan Sabda Allah yang sesuai dengan masalah yang ditemukan. Pertanyaan: Bagaimana pesan Injil untuk masalah tersebut?

Pada siapa Allah berpihak?

8) Membaharui diri dan bersama masyarakat, terutama yang tertindas membuat rencana konkret untuk memecahkan masalah.

c. Metode Katekese Analisis Sosial

Katekese Analisis Sosial dilihat sebagai katekese yang dapat memberikan

suatu tindakan konkret terhadap suatu permasalahan dalam masyarakat. Pada

dasarnya langkah-langkah pengembangan metode-metode Katekese Analisis Sosial

(45)

memiliki gambaran umum yang sama, yaitu bertolak dari realitas atau masalah yang diangkat, dianalisis sampai menemukan akar masalah, dan permasalahan itu dihayati dengan terang Kitab Suci untuk sampai pada suatu solusi atau tindakan nyata untuk menghadapi masalah tersebut. Selain itu, Katekese Analisis Sosial memberikan penyadaran akan permasalahan yang ada di sekitar. Bertolak bahwa Katekese Analisis Sosial memberikan tindakan nyata dan penyadaran akan situasi sekitar. Sebagai salah satu contoh dari metode Katekese Analisis sosial adalah metode SOTARAE (Situasi, Objetif, Tema, Analisis, Rangkuman, Aksi dan Evaluasi). Langkah SOTARAE 1-5 (Situasi, Objektif, Tema, Analisis, Rangkuman) merupakan langkah-langkah untuk mendalami suatu peristiwa atau dokumen apa pun yang diangkat sebagai masalah. Setelah sampai pada rangkuman masalah, Kitab Suci digunakan sebagai bahan penghayatan dan refleksi dari semua hasil analisis di langkah-langkah sebelumnya. Setelah menghayati permasalahan dengan terang Kitab Suci, kemudian bersama-sama menentukan langkah konkret dalam menyikapi masalah tersebut.

Pokok-pokok dalam metode SOTARAE (Olivera, 1989:30-32) dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. S (Situasi)

Tahap ini bertujuan untuk memberikan gambaran sebuah dokumen yang berkaitan

dengan situasi yang terjadi. Dokumen ini berupa film, artikel, foto, poster, slide,

dan lain-lain. Pada tahap situasi ini fasilitator dapat menanyakan kesan awal peserta

setelah melihat dokumen misalnya film.

(46)

2. O (Obyektif)

Peserta diminta untuk menceritrakan kembali isi dokumen selengkap dan sejelas mungkin (apa yang terjadi, pelaku, bagaimana peristiwa, di mana terjagi, dsb).

Berpegang teguh pada hal-hal obyektif dalam dokumen, tanpa menambah/mengurangi dan subyektif.

3. T (Tema).

Pada bagian ini peserta menemukan tema-tema atau pokok pembahasan yang sesuai dengan situasi atau tema yang dibahas. Peserta diminta untuk memilih satu pokok pembicaraan untuk pertemuan yang sedang berlangsung yang dirasa paling mendesak, dan merupakan permasalahan yang dihadapi.

4. A (Analisis)

Pada bagian ini peserta dapat kembali menelusuri tema yang telah ditemukan dan mencari sebab, hubungan dengan fakta, dan lain-lain. Hal ini bertujuan memperjelas materinya dan juga memperluas pemikiran. Tahap ini dapat juga memberikan gambaran menyeluruh mengenai tema permasalahan yang sedang dianalisis bersama.

5. R (Rangkuman)

Pada tahap ini peserta bersama-sama merangkum hasil analisis yang telah

dilaksanakan. Merangkum dengan cara mengumpulkan kembali dan menunjukkan

persoalan-persoalan yang telah menjadi jelas.

(47)

6. A (Aksi)

Pada langkah ini peserta merencanakan aksi atau tindakan yang akan dilakukan dengan melihat akar/sebab utama masalah yang telah ditemukan sehingga peserta dapat merencanakan tindakan konkret yang dapat dilaksanakan untuk memecahkan masalah.

7. E (Evaluasi)

Evaluasi ini bertujuan untuk meninjau kembali metode yang telah dipakai. Melalui evaluasi ini kelompok dapat memperbaiki pertemuan berikutnya nanti agar menjadi lebih baik.

d. Katekese Model SOTARAE

Metode SOTARAE (Situasi, Objektif, Tema, Analisis, Rangkuman, Aksi, Evaluasi) dalam pelaksanaan katekese, digunakan untuk memberikan pendidikan kesadaran bagi umat berdasarkan dokumen-dokumen Gereja. Dalam pengunannya, metode SOTARAE perlu dirancang, sehingga dapat menjadi sebuah komunikasi iman. Untuk itu dalam metode SOTARAE perlu menambah bagian Kitab Suci sebagai permenungan iman. Kitab Suci, menjadikan bagian untuk menghadirkan komunikasi dan penghayatan iman umat. Melalui penghayatan dan komunikasi iman tersebut dapat mengantar umat pada tindakan konkret.

Metode SOTARAE dengan menambah permenungan Kitab Suci sehingga

menjadi SOTARAE (delapan langkah) yakni Kitab Suci menjadi penghayatan dan

komunikasi iman. Dengan demikian SOTARAE dapat dibagi menjadi tiga bagian

utama yaitu : Bagian pertama, Menghadirkan Pengalaman (Pada langkah, S

(48)

(Situasi), O (Obyektif), T (Tema), A (Analisis), dan R (Rangkuman). Kedua, Reflkesi Biblis (Pada langkah K (membaca dan merenungkan Kitab Suci). Ketiga:

(Pada langkah A (aksi). Akhirnya seluruh langkah-langkah dalam proses itu kemudian dievaluasi demi perbaikan (pada langkah E (Evaluasi). [Aran, (2013),

“Struktur Sosial dan Analisis Sosial”. http:// alfonsusmudiaran. blogspot. Com /2013/09/ katekeseumat2_9536. html]

Proses katekese dengan metode SOTARAE yang terdiri dari 8 langkah yakni, sebagai berikut:

1) Menghadirkan Pengalaman a). Situasi (S)

Pada bagian menghadirkan pengalaman fasilitator memberikan sebuah gambaran mengenai sebuah dokumen Gereja yang berkiatan dengan membangun rasa kepedulian pada sesama. Peserta diminta menggutarakan pendapat atas dokumen yang baru dibaca/diamati/didengar. Contoh dokumen video dan gambar mengenai ketidakadilan dan kemiskinan.

b). Objektif (O)

Kemudian faslitator mengajak peserta untuk kembali mendalami dokumen

tersebut dan memberikan kesempatan kepada peserta untuk menceritakan

kembali atau memberikan gambaran mengenai dokumen yang barus saja

didalami.

(49)

c). Tema (T)

Setelah peserta selesai menceritakan apa yang diamati, fasilitator mengajak peserta untuk mengemukakan bahan-bahan pembicaraan (tema/pokok pembicaraan) yang diambil dari dokumen. Peserta diajak untuk memilih satu pokok pembicaraan untuk pertemuan yang sedang berlangsung yang dirasa paling mendesak, dan merupakan permasalahan yang dihadapi. Dalam mencari tema peserta dibagi dalam beberapa kelompok, sehingga tema yang ditemukan lebih efektif dan mendalam.

d). Analisis (A)

Tema yang dipilih kemudian dianalisis bersama, dicari tahu dan dirumuskan apa masalahnya. Peserta diminta untuk menceritakan peristiwa/masalah dalam masyarakat yang sesuai dengan pokok pembicaraan/tema yang dipilih.

Fasilitator kembali mengajak peserta untuk menganalisa peristiwa/masalah tersebut. Dalam menganalisis tema yang telah dipilih oleh peserta, faslitator memandu dengan pertanyaan, misalnya: sebenarnya apa yang terjadi dalam peristiwa/masalah tersebut? Gejala/akibat apa yang muncul dari persitiwa/masalah tersebut? Siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan dalam peristiwa/masalah tersebut? Apa yang menjadi sebab-sebab peristiwa/masalah tersebut? Apa yang menjadi akar/sebab utamanya.

e). Rangkuman

Peserta diajak untuk merangkum hasil analisa yang dilaksanakan. Fasilitator

menekankan sekali lagi akar masalahnya/sebab utama masalah yang dihadapi.

(50)

Hal ini bertujuan untuk menghantar peserta kepada pemikiran lebih dalam mengenai tindakan yang harus diambil.

2) Refleksi Biblis a). Kitab Suci (K)

Peserta diajak merenungkan Kitab Suci, yang sesuai dengan masalah masyarakat yang sedang dibicarakan. Atau dengan perkataan lain, bagaimana pandangan Allah dalam menyikapi sitasi tersebut untuk memasuki dalam permenungan Kitab Susi, fasilitator memandunya dengan beberapa pertanyaan penuntun, misalnya :

(1). Dari masalah/peristiwa tersebut, apa yang memperkuat nilai-nilai Injili dan apa yang memperlemah nilai-nilai Injili ?

(2). Dalam sitasi seperti itu, apa arti rahmat/keselamatan dan apa arti dosa/kedosaan ?

(3). Di mana Yesus berada dan pada siapa, Ia berpihak ? (4). Apa yang dikehendaki Allah dalam peristiwa/masalah ini ? 3) Aksi (A)

Berdasarkan hasil analisis, terutama penemuan akar/sebab utama masalah,

dan renungan atas Sabda Tuhan, kemudian fasilitator mengajak peserta

untuk memperbaharui diri dan bersama-sama merencanakan tindakan

konkret yang dapat dilaksanakan untuk memecahkan masalah supaya

dengan demikian terjadi transformasi dalam masyarakat. Setelah

pertemuan, faslitator meminta para peserta untuk memberikan masukan

(51)

tetang proses pelaksanaan katekese yang baru saja dilaksanakan. Hal ini sebagai bahan evaluasi secara bersama.

e. Kualifikasi Pendamping Katekese Model Analisis Sosial

Heryatno dalam Utama (2018:43-45) mengatakan menjadi seorang katekis perlu meneladani Yesus sebagai Sang Guru. Ada 3 hal yang menjadi pedoman bagi seorang katekis.

1) Spiritualitas Katekis

a) Mempunyai hati dan kepedulian

Belajar dari sikap Yesus yang mempunyai hati bagi mereka yang menderita. Belajar dari Yesus bahwa seorang pendamping memiliki hati agar mampu mengajak umat untuk secara bersama-sama memiliki kepedulian bagi mereka yang menderita.

b) Sosok pemimpin yang melayani

Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya untuk menebus dosa manusia (Mrk. 10:45).

Untuk itu seorang pendamping diajak untuk semakin melayani degan sepenuh hati.

2) Pengetahuan

Seorang katekis perlu mempunyai pengetahuan yang luas dan memadai baik dalam bidang Kitab Suci, moral, telogi, liturgi dan juga mampu melihat dan memahami perkembangan situasi sosial dalam masyarakat.

3) Keterampilan

(52)

a). Mampu menciptakan suasana akrab dengan mengenal dan memahami mereka, serta bergaul dengan kaum muda tetapi tetap pada batasannya.

b). Memiliki kreatifitas dan inisiatif. Seorang pendamping juga harus mempunyai daya imaginasi yang membawa diri untuk berkatekese secara kreatif disesuaikan dengan konteks. Apalagi bertemu dengan umat baik yang muda maupun yang tua. Untuk itu perlu ada kreatifiats katekis dalam membawakan pendalaman iman. Selain itu, katekis harus terampil berefleksi untuk menemukan nilai-nilai manusia dan Kristiani yang kemudian memadukannya di antara keduanya (Heryatno dalam Utama: 2018:43-45).

B. Kepedulian Umat Katolik terhadap Kaum Miskin

Pada bagian ini membahas tentang arti kepedulian sosial umat dan pengertian kaum miskin.

1. Arti Kepedulian Sosial

pada bagian ini ingin menjelaskan mengenai apa arti dari kepedulian sosial itu sendiri dan jenis-jenis kepedulian sosial. Mengambarkan arti kepedulian sosial secara umum, berdasarkan Kitab Suci, dan Dokumen-dokumen Gereja.

a. Pengertian Kepedulian

Kepedulian marupakan salah satu bentuk tindakan nyata yang dilakukan

oleh masyarakat dalam merespon suatu permasalahan. Dalam (Kamus Besar

Bahasa Indonesia) kepedulian juga merupakan partisipasi yakni keikutsertaan.

Gambar

Table  di  atas  dapat  dianalisis  menggunakan  distribusi  (table  t)  [Llampiran  2(2)]
Tabel  di  atas  menjelaskan  besarnya  persentase  pengaruh  variabel  bebas  terhadap variabel terikatnya
Tabel di atas menjelaskan apakah variasi nilai variabel independent dapat  menjelaskan  variasi  nilai  dependent  dengan  menggunakan  besarnya  nilai  F

Referensi

Dokumen terkait

“Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan penghasilan dilakukan sesuai

Teknik ini dapat memberikan klasifikasi pada data baru dengan memanipulasi data yang ada yang telah diklasifikasi dan dengan menggunakan hasilnya untuk memberikan

Bahasa kial adalah bahasa yang menggunakan gerakan tangan atau tubuh sebagai isyarat atau bisa suatu perbuatan, gerakan tersebut mempunyai arti pesan dalam konteks

Uraian Pernyataan spiritual dalam hidup saya Pembinaan Mental Rohani Katolik mempertinggi moral dan akhlak yang luhur Pembinaan Mental Rohani Katolik bermakna bagi hubungan

Visi dan misi menjadi arah dan pedoman bagi suatu lembaga dalam menjalankan program yang akan dilaksanakan di dalam lembaga tersebut.. misi LKSA selalu mengalami

Penelitian ini terdapat banyak kelemahan dalam penilaian tingkat kehalusan yang sebaiknya kehalusan kulit harus diamati secara cermat dengan menggunakan alat ukur yang

Pembaptisan dapat dilaksanakan secara lancar dan sah apabila pelaksanaan dilaksanakan oleh beberapa orang yang memiliki peranan penting dalam pembaptisan. 3)

Segala puji dan syukur saya haturkan kepada Allah Tritunggal Maha kasih yang telah menyelenggarakan segala berkat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi